"Selamat bro, karena lu udah berhasil nikahin cewek gue!"
Ucapan itu terus terngiang-ngiang di pikiran Aksal, saat ini ia sudah berada di dalam hotel dan ia masih belum bisa melupakan kalimat dari sahabatnya tersebut.
Aksal tampak sangat menyesali itu semua, ia seharusnya tidak menikahi wanita yang merupakan kekasih dari sahabatnya. Ia tak mau kalau hal ini akan merusak persahabatan mereka, karena pastinya Raka tak mungkin bisa menerima semua itu begitu saja.
Air mata menetes di wajahnya, ia memukul dinding kamar mandi dan meluapkan emosinya. Ia sungguh tak menyangka kalau semua ini akan terjadi, hidupnya benar-benar kalut dan dipenuhi oleh penyesalan.
Duk Duk Duk
Tiba-tiba saja, seseorang di luar sana menggedor-gedor pintu dan mengejutkan Aksal yang sedang merenung di bawah guyuran air shower. Sontak ia mematikan sejenak shower itu untuk bertanya pada seseorang yang menggedor pintu itu.
"Ya siapa?" tanyanya dengan suara yang lantang dan sedikit berteriak.
"Ya siapa, ya siapa. Emangnya siapa lagi yang ada di kamar ini selain kita, ha? Ini aku lah, Zena. Kamu mandinya udah selesai belum? Masih lama apa enggak? Buruan dong, aku juga mau mandi tau! Lama amat sih mandi doang, udah kayak cewek aja. Sambil ngocok ya kamu disana?" balas seseorang di luar sana yang tak lain ialah Zena.
Aksal terkekeh, ia sadar kalau Zena istrinya itu memang sangat lucu dan kerap kali membuatnya tertawa. Namun, ia juga harus sadar kalau semua ini salah. Zena adalah kekasih Raka, sahabatnya. Sebagai seorang sahabat, tentunya Aksal tak boleh menyakiti hati sahabatnya itu.
"Iya iya, ini saya udah selesai kok. Sebentar, saya mau pake handuk dulu!" ucap Aksal seraya meraih handuk di dekatnya.
Tak terdengar lagi suara dari Zena, sepertinya gadis itu telah memaklumi semuanya.
Ya Aksal pun cepat-cepat mengeringkan tubuhnya dengan handuk tersebut, lalu berjalan ke luar dengan mengenakan handuk yang terlilit di pinggangnya.
Ceklek
Aksal membuka pintu, saat itu juga ia terkejut karena ternyata Zena berdiri tepat di depan sana.
Tak hanya Aksal, bahkan Zena juga sangat kaget dibuatnya dan reflek berteriak. Gadis itu juga menutupi kedua matanya, ia tak ingin melihat tubuh setengah telanjang dari pria yang tidak ia cintai itu.
"Aaaaaa...."
Aksal reflek menutupi telinganya, suara teriakan Zena sungguh kencang dan berhasil memekakkan telinganya saat ini.
"Ck, berisik! Apaan sih lebay banget pake teriak-teriak segala?" tegur Aksal.
"Ish, ya kamu itu loh bukannya pake baju dulu kek gitu! Mata aku kan jadi ternodai nih, aku kira kamu udah pake baju loh di dalam sana," ucap Zena tampak histeris.
Aksal menggeleng saja dan langsung melangkah melewati tubuh Zena, ia tak perduli pada kelakuan gadis itu yang dianggap lebay dan terlalu berlebihan. Kini ia justru pergi menuju lemari, mengambil pakaian miliknya dari dalam sana.
"Kamu ngapain masih disitu? Udah masuk sana ke dalam, saya mau pake baju nih! Mau lihat, hm?" seru Aksal.
"Hah? Huweekkk... ogah banget!" Zena langsung membuka mata dan cepat-cepat masuk ke dalam kamar mandi.
Braakkk
Zena menutup pintu dengan kasar, sehingga Aksal terkejut mendengarnya. Gadis itu sangat syok kali ini, ia tak menyangka akan melihat secara langsung bentuk tubuh atletis milik suaminya itu.
•
•
Sesudah mandi, Zena keluar dari kamar mandi dengan baju tidur yang ia kenakan. Ya gadis itu telah membawanya tadi, dan memakainya di dalam kamar mandi.
Namun, Zena malah melihat Aksal sudah terbaring lebih dulu di atas ranjang empuk yang besar tersebut. Zena pun merasa kesal, karena ia tak terima kalau harus tidur satu ranjang dengan pria yang sama sekali tidak ia cintai itu.
Zena pun mendekati pria itu, menyentuhnya secara perlahan untuk membangunkannya. Ia terpaksa melakukan itu, karena jika tidak maka ia bingung harus tidur dimana malam ini.
"Sal, bangun Sal! Kamu jangan tidur disini dong, ini tempat aku!" ucap Zena.
Tak ada jawaban dari Aksal, entah sengaja atau tidak pria itu hanya terdiam sambil terus memejamkan mata. Sepertinya Aksal tak perduli pada Zena yang terus-terusan berusaha membangunkannya, mungkin saja ia sudah terlalu lelah kali ini.
"Ck, susah amat sih bangunnya!" Zena yang kesal terus memukul-mukul tubuh suaminya itu menggunakan bantal.
Berulang kali Zena melakukannya, tapi sayang Aksal belum juga terbangun dari tidurnya. Ya pria itu malah tampak pulas tertidur, sehingga Zena semakin kesal dan bingung harus berbuat apa lagi saat ini.
"Bangun Sal, woy bangun!" Zena berteriak cukup keras dan memaksa Aksal untuk bangun.
"Eengghh.." Aksal terkejut dan reflek membuka matanya.
Pria itu sangat syok karena melihat Zena ada di dekatnya, ia pun bangkit dan terduduk seraya mengucek matanya untuk memastikan apakah yang dilihatnya ini benar-benar nyata atau tidak.
"Loh Zena, kamu ngapain disini? Mau tidur seranjang sama saya, ha?" tanya Aksal.
"What? Stres aja kali ya kamu, gak mungkin lah aku mau tidur satu ranjang sama laki-laki kayak kamu! Aku itu bangunin kamu, ya biar kamu pindah lah!" elak Zena.
"Ohh, enak aja nyuruh saya pindah. Terus saya mau tidur dimana coba?" ujar Aksal.
"Ya dimana kek, aku gak perduli. Udah sana ah turun, aku ngantuk tau mau tidur!" ucap Zena terus memaksa.
Aksal menyeringai, "Nah, tuh ada sofa. Kamu tidur disana aja gih!" ujarnya.
Zena sontak melirik ke arah sofa yang ditunjuk oleh Aksal, wanita itu langsung menganga dan tentu saja tidak mau mengikuti kemauan Aksal. Belum pernah selama hidupnya, Zena tidur di sofa yang sempit dan tidak leluasa itu.
"Enak aja kamu kalo ngomong, gak ah gak mau! Kenapa gak kamu aja yang tidur di sofa sana?" sentak Zena.
"Saya mah maunya tidur disini, kalau kamu gak mau tidur di sofa ya terserah. Intinya saya gak mau pindah, paham?" Aksal tetap kekeuh pada keputusannya.
Kini Aksal kembali merebahkan tubuhnya di ranjang tersebut, dengan santainya ia memeluk guling dan bersiap untuk tidur.
Zena yang melihat itu sontak kebingungan, tak ada pilihan lain baginya selain mengikuti kemauan pria itu. Ya karena tak mungkin jika Zena satu ranjang bersama Aksal, sebab ia sama sekali tak mencintai pria itu.
Akhirnya mau tidak mau, Zena pun beranjak dari ranjang dan menuju sofa disana. Ia terlihat begitu emosi saat ini, apalagi Aksal dengan mudahnya tertidur tanpa perduli padanya.
"Ck, sialan banget tuh cowok! Kalo gitu besok malam aku gak boleh keduluan sama dia, aku harus bisa tidur di ranjang itu duluan sebelum dia!" gumamnya lirih.
Karena rasa kantuk yang sudah menyerang, Zena langsung perlahan membaringkan tubuhnya di sofa itu. Ia coba memejamkan mata, walau rasanya sangat tidak nyaman harus tertidur di sofa yang sempit tanpa bantal maupun guling.
Aksal mengintip sekilas dari posisinya saat ini, pria itu terkekeh dan merasa puas karena berhasil mengerjai Zena. Meski begitu, ada sedikit rasa kasihan pada Zena yang harus tertidur disana.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments