"Gila malam malam gini siapa sih yang mengasah pisau, mana bunyi nya ngilu banget" ucap ku merasa terganggu dengan suara tersebut.
Aku membiarkan suara itu terlebih dahulu, siapa tahu dia mengasah pisau nya hanya sebentar, namu setelah aku menunggu sekitar 20 menit, suara mengasah pisau itu tidak kunjung hilang malah semakin keras.
"Gak bisa dibiarkan, kenapa sih si Mbak pemilik kos ngak negur ya!" Akhirnya aku memberanikan diri untuk menegur dan mencari sumber dari suara tersebut, aku berani karena aku disini sama sama bayar dan memang suara itu sudah sangat menganggu.
Krieeeet
Aku membuka pintu kamar, saat aku melihat ke sekitar kos kosan ini benar benar sangat sepi, dan lampu lampu yang ada di kolidor kosan begitu redup yang membuat kosan ini terlihat sangat mencekam, belum lagi ada dua buah pohon beringin yang menambah keangkeran kos kosan ini.
"Bismillahirrahmanirrahim" aku pun mulai berjalan ke arah suara asahan pisan tersebut, saat aku telusuri ternyata suara asahan itu ada di sebelah kiri kos kosan, dan saat aku berjalan ke sana suara itu semakin terdengar.
Aku pun memberanikan diri untuk belok ke arah kiri dan mencari sumber suara itu dengan dekat, ternyata di sana ada koridor dengan dua kamar, di koridor itu tidak ada lampu sama sekali jadi dengan terpaksa aku hanya mengenakan senter hp saja.
"Inj bukan setan, aku yakin ini manusia, mana ada setan yang mengasah pisau hampir 20 menit." Gumamku untuk memberanikan diri dan berusaha untuk berpositif thinking.
Akhirnya akupun tiba di delan ruangan tersebut, aku sedikit mengintip, aku melihat ada seorang pria yang perawakan nua tinggi sedang mengasah golok, dan di sebelahnya ada pula seorang pria yang tidak sadarkan diri.
"Hah, astaga ! Mau apa dia." Aku menutup mulutku karena aku merasa bahwa pria itu akan melakukan hal buruk kepada pria yang sedang pingsan.
"Aaaaaaa!" Bodohnya aku berteriak sangat kencang ketika aku melihat pria tersebut mengayunkan gol0knya ke arah leher pria yang sedang pingsan, karena mendengar suara teriakan ku pria itu langsung berbalik ke arahku, tanpa pikir panjang dan tanpa ingin melihat wajah pria tersebut, aku langsung berlari sekencang kencangnya lalu masuk kembali ke dalam kamar.
Huh
Huh
"Ya allah, apakah aku tafi sedang melihat sebuah pembunuh4n? Bagaimana jika pria itu mengejarku ke sini dan aku dijadikan korban selanjutnya." Gumamku dalam hati sambil ketakutan.
Karena aku merasa takut, aku pun mengemasi barang barangku yang untung nya tidak terlalu banyak, aku langsung bergegas untuk mengambil motorku yang kebetulan aku parkir di depan kamar.
"Si4lan kenapa pintunya digembok seperti ini" aku berusaha untuk melepaskan gembok tersebut namun hasilnya nihil, gembok tersebut dilengkapi dengan rantai yang sangat berat.
" Mau kemana kamu?" Tanya pria yang Membunuh itu.
Aku berbalik ke arahnya, dan ternyata tubuh dan baju si pria itu dipenuhi dengan D4r4h segar.
"A-ku, mau pergi dari sini, tolong maafkan aku, seharusnya aku tidak kepo, aku Berjanji untuk tidak bicara kepada siapapun mengenai masalah ini"." Aku meminta ampun kepada pria menakutkan itu.
"Sepertinya aku mengenalmu" ucap nya.
Mendengar ucapannya aku pun langsung melihat ke arahnya, aku mengamati wajah pria tersebut.
"Ka-kamu?" Keringatku langsung bercucuran ketika aku melihat pria yang ada di hadapanku adalah pria yang telah merenggut kesucian ku kemarin.
"Tolong jangan sakiti aku dan jangan bunuh aku, aku berjanji tidak akan menuntut tanggung jawab kepadamu dan aku juga berjanji tidak akan melaporkan hal ini ke pihak yang berwajib atau kepada pihak siapapun, tapi tolong biarkan aku hidup." Lagi lagi aku memohon kepada pria tersebut agar aku lolos dari ajal. Pria itu malah tersenyum sinis kearahku, ekspresi wajahnya terlihat datar dan juga dingin.
"Oiya? Apakah aku bisa mempercayaimu? Sepertinya mulut mu harus aku sobek agar tidak dapat berbicara pada siapapun, bagaimana?" Jawab nya dingin.
"Jangan, tolong jangan lukai ku, aku akan segera pergi dari sini!" Ucapku.
"Enak saja, kamu harus tetap berada di sini dalam pengawasanku" pintanya sambil menodongkan golok kearahku.
",Tolong .. tolong aku!" Karena aku merasa terancam aku pun berteriak sekencang kencangnya agar para penghuni kos ini membantuku.
",,Silahkan berteriak, tidak ada orang yang menolongmu di sini" jawabnya.
Dan benar saja, ada beberapa orang yang keluar dari kamar, namun mereka hanya melihat saja seperti tidak ada niat untuk menolong.
",Tolong !" Aku berteriak lagi berharap ada orang yang mendengar dari luar kosan ini.
Crasssh
Aku merasakan perih di lenganku dan aku juga merasakan ada darah yang mengalir.
"Sekali lagi kau bersuara, maka golok ini akan melayang tepat di lehermu!"
Huh
Huh
Nafasku tidak beraturan karena merasakan sakit dan juga takut, ternyata aku memutuskan pergi dari rumah adalah kesalahan yang salah, hidupku ibarat keluar dari mulut singa masuk ke dalam mulut buaya.
"Sekarang masuk kedalam kamarmu!" Pria itu menuntunku masuk ke dalam kamar, dengan golok yang masih menempel di leherku, golok itu seolah olah bersiap siap untuk menebas leherku kapan saja.
Mau tak mau aku pun menuruti apa keinginannya, aku tidak ingin kehilangan kepalaku, aku masih ingin hidup.
"Jangan pernah mencoba untuk kabur dari sini, atau kamu akan merasakan akibatnya" ucapnya dengan memegang golok yanh masih berada di dekat leherku.
"Iya, lalu bagai mana untuk aku mencari uang? Aku bekerja di pabrik yang tak jauh dari sini, kalau aku tidak bekerja aku tidaka akan bisa hidup" jawabnya sedikit meminta keringanan kepadanya.
"Kamu tidak apa aa keluar dari kos kosan ini, tetapi kami semua yanh ada di sini akan memantaumu, jika beranj saja kamu kabur dan tidak berniat untuk kembali lagi ke sini, maka kami akan mencarimu sampai Ke dalam lubang semut sekalipun" ancamnya, tidak ada raut wajah main main.
"Baiklah"lalu aku pun masuk ke dalam kamar dan menutup pintu.
Aku membuka jaketku untuk melihat luka yang pria itu torehkan di lenganku, darahku cukup banyak keluar, aku berusaha untuk menghentikan pendarahan dengan mengikat baju di lenganku,. Namun hasilnya nihil, darah itu tetap rembes.
"Yaa allah bagaimana ini, aku benar benar binggung harus bagaimana" ucapku sambil menangis.
Akhirnya aku memutuskan untuk kembali keluar untuk pergi ke rumah sakit atau klinik sepertinya lukaku ini membutuhkan jahitan.
Tok
Tok
"Mbak, mbak !" Aku mengetuk pintu kamar penjaga kos kosan yang kebetulan kamarnya terletak paling depan dekat gerbang.
Krieeett
"Mbak, tolong buka kan pintu gerbang, aku mau ke rumah sakit, aku harus segera mendapatkan pertolongan sebelum aku kehabisan darah" ucapku memohon dan meminta tolong kepada penjaga kos.
Perempuan itu hanya melihat ke arah luka ku sejenak lalu mengambil sebuah kunci, dia pun membuka kan pintu gerbang tanpa menanyakan sedikitpun aku kenapa, tapi sepertinya dia tahu apa yang terjadi padaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments