Setelah mengantarkan Mbah Susilo menuju rumahnya, Yogi kembali lagi menuju kampusnya. Karena jadwal kuliah belum selesai masih ada jadwal mata kuliah lainnya.
Ketika masih di perjalanan, tiba-tiba handphone Yogi yang didalam saku celana berbunyi.
Yogi melipir dulu sebentar ke pinggir jalan dan melihat siapa yang menelepon sebelum Yogi angkat teleponnya.
***
Beberapa detik kemudian, Yogi pun mengangkat teleponnya. Rupanya dari tantenya yang sedang bekerja di pabrik boneka tak jauh dari desa tempat rumah Yogi berada.
Tantenya memberitahu Yogi kalau di pabrik tempat tantenya bekerja ada sebuah kejadian kesurupan masal.
‘ Aduh, ada apa lagi ini ?’ gumam Yogi dalam hati.
Setelah mengobrol dengan tantenya lewat telepon, Yogi akhirnya menelepon Mbah Susilo, tapi sayang, hari ini Mbah Susilo tidak bisa menuju ke pabrik boneka untuk menetralisir makhluk astral.
Sebagai gantinya, Aki Agenglah yang akan menetralisir area pabrik boneka itu. Karena Aki Ageng hari ini kebetulan sedang santai tidak ada kegiatan apapun.
***
Dengan semangatnya, Aki Ageng sudah berada di lokasi yaitu pabrik boneka. Sementara Yogi masih berada di kampus untuk meminta izin dosen bersangkutan sekaligus membawa tasnya.
Yogi pun sudah berada di lokasi kejadian yaitu pabrik boneka, nampak disana sangat berisik sekali dengan teriakan-teriakan orang yang kerasukan makhluk astral penghuni pabrik boneka.
“ Mana kepala kerbaunya, aku lapar.” Teriak seseorang yang kerasukan makhluk astral penghuni pabrik boneka.
Mendengar teriakan para karyawan yang kerasukan itu, lalu Aki Ageng segera menghampiri para karyawan yang sedang kesurupan sembari membaca mantra-mantra supaya makhluk astral itu keluar dari tubuh para karyawan yang dipinjam raganya oleh makhluk astral penghuni pabrik boneka.
“ Sepertinya pabrik ini selalu rutin memberikan persembahan kepala kerbau tiap waktu tertentu, sehingga makhluk-makhluk disini menagih janjinya ketika pengelola pabrik ini lupa memberikan persembahannya.”
Yogi yang mendengar sekilas aki Ageng berbicara, lalu Yogi pun bertanya “ Apa benar Ki, mereka rutin memberikan persembahan kepala kerbau?”
“ Iya, mereka rutin memberikan persembahan ketika malam bulan purnama tiba, ketika para pengelola pabrik lupa makanya mereka menagih janji.”
***
Teman-teman Yogi pun mendatangi pabrik boneka tempat kesurupan massal karena penasaran.Edwin, Ruri,dan juga Restu sudah tiba di lokasi pabrik boneka tempat kesurupan masal itu terjadi.
Mereka saling bengong satu sama lain karena heran di siang hari begini terjadi kesurupan.
Proses produksi terpaksa dihentikan sementara waktu, karena karyawan yang lain ikut panik dengan adanya kejadian ini.
***
Aki Ageng pun memanggil pihak pabrik untuk dimintai keterangan kenapa terjadi seperti ini, akhirnya pihak pabrik pun mengakui jika setiap bulan dan dalam keadaan bulan purnama selalu melakukan ritual.
“ Lain kali jangan melakukan ini ya pak, karena akan menimbulkan rasa senang para penghuni dedemit sini,”
“ Tapi sebaiknya melakukan pengajian rutin, agar para penghuni menjadi tidak betah dan tidak akan mengganggu kalian lagi yang sedang beraktifitas.” Lanjut aki Ageng menasehati pihak pabrik.
“ Baiklah kalau begitu Ki, maafkan atas kecerobohan kami.” Ucap pihak pabrik sambil tertunduk lesu.
***
Aki Ageng kemudian melakukan netralisasi area pabrik yang sering menjadi tempat kerasukan para karyawan oleh dedemit penghuni pabrik.
Setelah selesai melakukan netralisasi ruangan, para karyawan pun perlahan sudah mulai sadar karena dibantu oleh para kyai sekitar juga.
Lalu, Tantenya Yogi pun menghampiri Yogi yang sedang berdiri dekat aki Ageng.
“ Terima kasih ya Gi, untung ada kamu dan teman-temanmu,”
“ Maafkan Tante sudah mengganggu kuliahmu, oiya ini Tante ada sedikit buat uang bensin mu.” Lanjut tantenya Yogi sambil memberikan selembar uang limapuluh ribu.
“ Iya Tante sama-sama, terima kasih juga tan ini uang bensinnya, ya sudah Yogi pamit dulu ya tan.” Ucap Yogi sambil pamit kepada tantenya.
***
Yogi dan teman-temannya mulai menyalakan kembali mesin motor mereka, bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan pulang. Meski hujan telah reda, jalanan masih basah dan licin, membuat mereka harus ekstra hati-hati. Bau tanah yang basah menyebar di sekitar mereka, menguarkan aroma segar yang khas setelah hujan. Namun, suasana gelap di sekitar masih terasa sedikit mencekam, terutama karena jalan yang mereka lalui adalah jalan kecil yang jarang dilalui orang dan minim penerangan.
Sambil berkendara, Yogi teringat pada gudang tempat mereka berteduh tadi. Gudang tua itu tampak sangat tidak terawat, seakan sudah lama tidak digunakan. Jendela-jendela gudang pecah dan tertutup debu, dindingnya penuh dengan coretan vandalisme, dan rumput liar tumbuh tinggi di sekelilingnya. Meski mereka hanya berada di sana sebentar, gudang itu meninggalkan kesan aneh pada Yogi. Terlebih, dia merasa melihat sesuatu dari balik jendela gudang tadi—entah apa, tapi cukup membuatnya merinding.
Setelah beberapa menit berkendara, mereka akhirnya tiba di sebuah persimpangan jalan. Salah satu teman Yogi, Raka, melambaikan tangan dan berteriak, "Gue belok sini dulu, ya! Rumah gue udah dekat!" Yogi membalas lambaian itu dengan anggukan sambil tersenyum. Satu per satu, mereka berpisah di jalan yang berbeda, menuju rumah masing-masing.
Perjalanan pulang Yogi yang tinggal beberapa kilometer lagi terasa tenang, hingga tiba-tiba motor yang ia kendarai mengeluarkan suara aneh. "Apa ini?" gumamnya sambil melirik ke arah mesin motor. Tanpa sempat menepi, motornya mendadak mati di tengah jalan yang gelap dan sepi. Dia mencoba menyalakan kembali motornya, tetapi usahanya sia-sia. “Ah, kenapa harus sekarang sih?” gerutunya kesal.
Yogi akhirnya menepi dan mencoba mengutak-atik mesin motor. Namun, dengan penerangan seadanya dari senter ponsel, ia kesulitan mengetahui apa yang salah. Saat sedang sibuk memeriksa, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat dari arah belakang. Suara itu membuat bulu kuduk Yogi berdiri. Dia menoleh perlahan, berharap menemukan orang yang bisa membantunya. Namun, yang ia lihat hanyalah kegelapan di sepanjang jalan.
Tiba-tiba, sosok bayangan muncul dari balik pepohonan di tepi jalan. Yogi tercekat, hatinya berdegup kencang. Dalam kegelapan, sosok itu tampak tidak jelas, hanya terlihat seperti bayangan tinggi yang berdiri diam menghadap ke arahnya. Yogi merasa cemas sekaligus penasaran. Dengan ragu, ia mencoba memanggil, "Halo? Ada orang di sana?"
Tidak ada jawaban. Bayangan itu tetap diam di tempatnya, seolah memperhatikannya dari kejauhan. Yogi merasa semakin tidak nyaman, dan tanpa berpikir panjang, ia mencoba menyalakan kembali motornya dengan lebih keras. Setelah beberapa kali mencoba, akhirnya motornya menyala kembali. Dengan cepat, dia langsung memacu motornya, meninggalkan bayangan misterius itu di belakang.
Sesampainya di rumah, Yogi segera masuk ke dalam dan langsung duduk di ruang tamu, masih terguncang oleh kejadian yang baru dialaminya. Dia mencoba menenangkan diri, meyakinkan dirinya bahwa mungkin apa yang dilihatnya hanyalah halusinasinya semata akibat suasana gelap dan lelah setelah seharian beraktivitas. Namun, bayangan sosok tadi terus terbayang di benaknya, membuatnya sulit untuk merasa tenang.
Malam itu, Yogi tidak bisa tidur nyenyak. Pikirannya terus melayang-layang, teringat pada gudang tempat mereka berteduh dan bayangan misterius yang dilihatnya di jalan. Di tengah malam yang sunyi, dia tiba-tiba teringat pada legenda kota yang pernah diceritakan oleh neneknya dulu—tentang sosok misterius yang sering muncul di jalan sepi setelah hujan deras, mencari orang-orang yang tersesat atau terlambat pulang.
Malam semakin larut, dan suara angin yang berdesir di luar kamar membuat suasana semakin mencekam. Yogi mencoba memejamkan mata, tetapi bayangan sosok itu terus menghantui pikirannya. Akhirnya, menjelang dini hari, ia baru bisa tertidur dengan lelap.
Keesokan paginya, saat di kampus, Yogi menceritakan pengalaman semalam kepada teman-temannya. Beberapa dari mereka hanya tertawa dan menganggap Yogi terlalu parno, tapi ada juga yang terlihat serius mendengarkannya. "Serius, Yog. Itu mungkin bukan halusinasi," kata Dimas, salah satu temannya yang terkenal suka hal-hal mistis.
Dimas menceritakan bahwa gudang tempat mereka berteduh semalam pernah menjadi tempat kejadian yang mengerikan beberapa tahun lalu. "Katanya, ada pekerja di gudang itu yang meninggal karena kecelakaan kerja, dan sejak itu gudang itu ditinggalkan begitu saja. Banyak orang yang bilang suka melihat bayangan aneh di sekitar sana," lanjut Dimas dengan suara pelan, membuat teman-teman yang lain ikut merinding.
Mendengar itu, Yogi hanya bisa terdiam. Dia tidak pernah terlalu percaya pada hal-hal mistis, tapi pengalaman semalam membuatnya berpikir ulang. Mungkinkah apa yang dilihatnya semalam benar-benar sosok misterius dari cerita lama itu? Ataukah hanya permainan pikirannya saja?
Hari itu berlalu dengan cepat, tetapi pengalaman semalam terus menghantui pikiran Yogi. Bahkan setelah beberapa hari, ia masih merasa was-was setiap kali pulang malam. Terbayang dalam benaknya, sosok misterius di jalan sepi itu, seakan memperingatkannya agar tidak sembarangan melewati tempat-tempat angker.
Meski tidak ada yang tahu pasti apa yang sebenarnya dilihat Yogi malam itu, satu hal yang pasti: kejadian itu meninggalkan kesan mendalam yang mungkin tidak akan pernah ia lupakan. Sosok misterius di tengah kegelapan dan gudang tua itu kini menjadi cerita yang selalu akan ia kenang, sebuah pengalaman menakutkan yang mengajarkannya untuk lebih waspada, terutama saat berada di tempat-tempat sepi yang jauh dari keramaian.
Dan sejak malam itu, setiap kali Yogi melewati jalan itu lagi, ia selalu mempercepat laju motornya, berharap tidak bertemu lagi dengan bayangan misterius yang pernah menghantuinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments