bab 20

Narendra telah menyelesaikan makan malamnya dengan ditemani oleh sang istri. Sepiring nasi dengan lauk ayam kecap, udang goreng, serta tumisan pakcoy kini telah habis dalam hitungan menit saja.

Arumi menatap kasihan kepada Narendra, ia pikir saking semangatnya dalam bekerja, Narendra jadi melupakan jadwal makannya bahkan mengabaikan rasa laparnya.

“Lain kali kalau memang lembur, pesanlah makanan sebentar. Kalau kamu terus terlambat makan, bisa-bisa lambung kamu jadi bermasalah,” omel Arumi yang penuh dengan perhatian.

“Lain kali juga, kalau aku belum pulang, nggak usah nunggu aku di depan. Tunggulah aku di kamar saja!” balas Narendra membuat Arumi mendelik.

“Dikasih tahu malah balik ngomel,” gerutu Arumi pelan. Namun, Narendra masih mendengar dengan jelas dan Narendra suka akan hal itu karena sedari tadi Narendra menemukan sosok lain di diri istrinya.

Waktu semakin larut. Keduanya masih setia duduk di sofa tanpa berniat untuk beranjak dan tidur di kasur. Arumi berdeham pelan, mengatur napasnya. Wanita itu ingin memulai pembicaraan.

“Tadi pagi aku bertemu sama wanita cantik di depan kantor. Dia bilang, dia nyariin kamu,” ucap Arumi.

“Wanita? Berkacamata dan pakaian kurang bahan itu maksud kamu?” tanya Narendra memastikan. Ia sangat mengenal siapa-siapa saja yang mencarinya di saat dirinya tidak berada di kantor.

Arumi terkejut, bagaimana bisa Narendra tahu akan hal itu? Akankah Narendra mengeceknya sendiri ataukah wanita itu memang sering ke sana?

“hu’um, kok, kamu bisa tahu?”

“Bukan hal baru karena memang dia sering datang ke kantor tiba-tiba. Mungkin dia berpikir dirinya bisa keluar masuk kantor itu dengan bebas seperti sebelumnya,” Narendra menjeda ucapannya kala melihat ekspresi wajah Arumi yang begitu penasaran. “Dia mantan istriku, namanya Christina.”

Duarr!!

Kini, bertambah pula rasa tidak percaya diri Arumi. Bersanding dengan seorang bos saja membuat ia terlihat kecil apalagi jika dibandingkan dengan mantan istri suaminya itu, ia merasa tidak ada apa-apanya karena dilihat dari penampilan wanita itu, ia terlihat berkelas selayaknya orang kaya, sosialita.

“Jangan berpikir yang macem-macem.” Narendra menegur Arumi yang terlihat terkejut.

Pria itu seakan tahu tentang apa yang ada di pikiran Arumi saat ini.

“Seharusnya dia bersyukur punya suami tampan, kaya, dan pengertian kayak kamu, bukannya malah selingkuh. Kalau aku jadi dia, justru akulah yang akan menjaga kamu dari para kawanan ulet bulu supaya kamu tidak selingkuh.”

Pernyataan Arumi membuat Narendra tiba-tiba mengulas senyum senang. Tanpa sadar, Arumi mengakui ketampanannya juga keinginannya mempertahankan dirinya. Arumi sendiri masih tidak menyadari akan perubahan raut wajah suaminya. Ia masih sibuk bergumam, merutuki kebodohan Christina yang sudah meninggalkan Narendra.

“Jadi, aku tampan dan pengertian?” celetuk Narendra.

“Iya, lah … kamu itu, tam–eh,” Arumi melotot ketika menyadari jika ucapannya barusan memancing keingintahuan dari suaminya.

Arumi langsung menutup bibirnya, ia juga langsung menunduk untuk menutupi pipinya yang terasa memanas karena ucapannya barusan.

“Wah, sepertinya kamu sudah mulai menyukaiku, Arumi?”

Arumi mendongak, menatap Narendra. “Enggak! Siapa pula yang suka sama kamu!”

Wanita itu segera beranjak dari duduknya dan berlari ke arah kasur dan melompat ke atasnya. Narendra yang mengetahui tingkah lucu istrinya itu hanya tersenyum sembari menggeleng, terlebih ketika melihat Arumi tengah bergulung dalam selimut tebalnya.

Narendra turut beranjak dari berlari ke arah Arumi. Didekapnya tubuh mungil istrinya masih masih memunggunginya.

“Hei, coba katakan dengan benar kalau aku ini tampan. Ayo, katakan! Atau aku akan gelitikin kamu biar kamu mau ngomong lagi!” pinta Narendra sambil memaksa Arumi membuka selimutnya. Tidak lupa pria itu juga turut menggelitik Arumi, supaya wanita itu keluar dari selimut.

“Ahaha … Naren, berhenti! Geli tau, ha haa… Udah, stop!” Arumi berseru sambil menggeliat di atas kasur layaknya seekor ulat. Namun, Narendra masih terus menyerang Arumi hingga wanita itu merasa lemas.

“Haha, iya, iya, aku akan ngomong, tapi berhenti dulu, Ren. Geli!” pekik Arumi di sela tawanya.

Narendra lantas menyudahi aksinya. Arumi segera keluar dari selimut kemudian menjaga jarak dari Narendra.

“Ayo, sekarang katakan!” tantang Narendra.

Bukannya menuruti perintah suaminya, Arumi justru menjulurkan lidahnya seolah mengejek Narendra.

“Nggak mau, wlee!”

“Arumi!” geram Narendra kemudian kembali menerjang wanitanya.

Gelak tawa dan teriakan terus bersahutan di dalam kamar itu membuat dua orang yang semula asing kini tampak saling tertawa bahagia.

Gerakan tangan Narendra yang tengah mengunci kedua tangan Arumi tiba-tiba terhenti ketika tatapan keduanya saling bertemu.

Arumi dan Narendra menenggak ludahnya kasar. Posisi mereka saat ini terlihat begitu intim dengan Arumi yang berada dalam kungkungan suaminya. Napas keduanya terlihat memburu, pipinya bak tomat matang yang terlihat sangat merona.

Untuk beberapa saat keduanya saling bertatapan. Menikmati keindahan yang tersaji di hadapannya. Narendra mulai menurunkan wajahnya, jiwa kelakiannya tiba-tiba meronta saat melihat wajah polos istrinya yang terlihat begitu cantik. Namun, ketika jarak keduanya hampir terpangkas habis, Arumi tiba-tiba melengos, wanita itu membuang muka, seakan tidak menerima tindakan suaminya.

“maaf,” ucap Narendra segera beranjak dari atas tubuh istrinya. Pria itu sedikit menjauh kemudian duduk bersandar di kepala tempat tidur.

Arumi masih mematung, ia masih mencerna tentang apa yang baru saja terjadi. Wanita itu menoleh ke arah Narendra yang tengah membuang muka, ia kemudian segera beranjak duduk dan mengikuti Narendra bersandar.

“Maafkan aku,” ucap Arumi lirih.

Arumi merasa Narendra tidak seharusnya mendapatkan semua ini. Pria itu seharusnya mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dari dirinya. Arumi hanyalah wanita kotor yang tubuhnya telah dijamah oleh Vino. Ia wanita hina yang selamanya tidak akan pernah mendapatkan pria yang bisa menerima masa lalunya dengan tulus.

Tubuh Arumi bergetar, air matanya mulai menganak sungai, ingatannya tentang hari itu kembali muncul di kepalanya.

Arumi memang tidak tahu, apa saja yang sudah Vino lakukan pada dirinya. Namun, Arumi cukup paham ketika saat ia terbangun, ia mendapati tubuhnya yang sudah polos tanpa selesai benang dan juga ada Vino yang berada di sampinya dengan keadaan yang hampir sama dengan dirinya. Meski tidak tahu apa yang terjadi, tetapi Arumi cukup trauma dengan hal yang pernah ia lihat dan alami terlebih Vino juga menyimpan foto dirinya yang masih polos.

“Hei, kamu kenapa nangis, apa aku menyakitimu?” Narendra terkejut melihat istrinya tiba-tiba saja menangis.

Diraihnya tubuh sang istri yang masih bergetar dengan isakan kecil yang mulai terdengar. Narendra pikir Arumi marah dengan kelakuannya, pria itu sungguh menyesal telah menggoda istri mungilnya.

“Naren, maaf, tapi aku tidak bisa,” ucap Arumi pelan di sela isakannya.

“Maaf, maaf karena tidak memikirkan perasaanmu,” ucap Narendra.

Arumi lantas menggeleng, wanita itu melerai pelukan suaminya kemudian menatapnya dengan lekat.

“Ceraikan aku, Ren.”

***

Jangan lupa di like, komen, share, subscribe, dan Votenya ya teman-teman🥰🥰🥰

5⭐⭐⭐⭐⭐

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!