bab 6

“Saya sudah menikah,” ujar Narendra sembari menatap Satria.

“Apa, Tuan?” Kembali, Satria merasa telinganya sedang bermasalah sehingga ia pikir salah mendengar ucapkan atasannya. Bahkan pria muda itu tampak mengusap telinganya agar kembali pulih dan mendengar dengan jelas.

Narendra mendelik ke arah Satria yang sedari tadi lambat merespon. “Sebaiknya kamu periksa ke dokter THT (Telinga hidung tenggorokan) deh, Sat. Saya khawatir kamu benar-benar tuli.”

“Bu-bukan begitu maksud saya, Tuan. Tapi apa saya tidak salah dengar. Anda sudah menikah? Sama siapa dan kapan, Tuan? Kenapa saya tidak tahu?”

“Kejadiannya terjadi begitu saja. Tapi saya yakin ini semua salah satu rencana Vino untuk menghancurkanku,”

“Kenapa bisa seperti itu, Tuan?” Satria yang tadinya berdiri di depan meja kerja Narendra, segera duduk dengan tenang sambil memerhatikan bosnya yang hendak bercerita.

“Panjang ceritanya, Sat. Yang jelas, saya menikah dengan calon istri Vino yang ditinggalkan itu.” Narendra menghembuskan napasnya pelan.

Bukan hal aneh jika ia menceritakan hal ini pada Satria, sebab selain asisten, Satria juga sepupunya dari pihak sang mama. Itulah sebabnya Narendra bisa terbuka dengan orang lain.

“APA?!”

terkejut? Tentu saja. Satria merasa ini berita paling menghebohkan yang pernah ia dengar dari Narendra. Pasalnya pria itu tidak pernah dekat dengan wanita mana pun setelah resmi bercerai dengan mantan istrinya. Namun, tiba-tiba saja Narendra membawa berita jika ia telah menikah bahkan dengan calon istri sepupunya sendiri.

“Anda serius, Tuan?”

“Hm … tugasmu sekarang, awasi Vino. Saya merasa dia sedang merencanakan sesuatu karena dari kejadian kemarin saja sudah terlihat kalau dia berniat menjebak saya di sana,”

“Baik, Tuan. Jika ada kabar terbaru, saya akan segera melapor.” Satria segera beranjak dari duduknya kemudian berpamitan untuk keluar sebab jam kerja sudah dimulai.

Narendra termangu di kursinya, mengetuk ujung pulpen yang ia pegang pada meja kerjanya seraya melirik Satria yang menghilang di balik pintu. Pria itu kembali memikirkan akan motif Vino mengajak Arumi menikah, tetapi akhirnya tiba-tiba dibatalkan begitu saja.

“Apa mereka memang sudah merencanakan hal ini dari lama?” gumam Narendra.

Narendra kembali teringat pada Vino yang tiba-tiba saja datang ke kantornya dengan membawa dua buah undangan pernikahannya yang diperuntukkan untuknya dan Galendra. Namun, karena Galendra berhalangan hadir, Narendra pun mengajak papa dan mamanya untuk turut hadir semata demi menghargai almarhum kakeknya meski kedatangan mereka nantinya akan dianggap sebelah mata.

Ia tidak menyangka jika pada akhirnya semua keluarganya memang tidak ada yang hadir. Hanya ia dan keluarganya sendirilah yang datang dan berujung menggantikan peran Vino di sana.

“Dia mencari gara-gara pada orang yang salah!”

***

Arumi baru saja selesai mandi. Rencananya pagi ini dirinya akan menghabiskan masa cutinya dengan menonton drama kegemarannya setelah sekian lama ia tidak menontonnya.

“Biasanya orang habis nikah, ngerem di kamar buat anak. Ini, aku malah ngeremin drakor, biar nggak gi*la,” gumam Arumi menatap nanar layar ponselnya.

Meski sedari kemarin wanita itu terlihat biasa saja setelah menikah dengan Narendra. Namun, di dalam hati, ia merasa patah dan sakit yang teramat sangat. Bukan karena gagal menikah dengan Vino, tetapi kesal dengan pria itu yang tega mempermainkan dirinya.

Sebenarnya Arumi sendiri tidak terlalu mencintai Vino sepenuhnya. Ia hanya bersedia menuruti apa mau Vino karena rahasia besarnya berada di tangan pria itu.

Arumi khawatir Vino akan kembali mengganggunya dengan ancaman rahasianya itu.

“Semoga, tuh, orang kecebur laut terus dimakan hiu, paus, dan kawan-kawannya!” Arumi berseru kesal.

***

Hari sudah sore, Dimas dan Tari juga sudah pulang dari tokonya yang terletak di pasar. Keduanya segera membersihkan diri sementara Arumi sendiri terlihat tengah membereskan sisa hajatan sederhananya kemarin.

“Ibu sama Ayah tumben jam segini sudah balik?” tanya Arumi yang melihat kedua orang tuanya duduk di teras setelah selesai mandi.

“Iya, sengaja,” jawab Tari sambil melirik sang suami.

“Sudah, kamu selesaikan dulu nyapunya, habis itu mandi. Sebentar lagi suamimu pasti pulang,” perintah Dimas yang tidak ingin Arumi bertanya lebih lanjut.

“Iya ….” Arumi mengangguk, menyapu halaman yang kotor dan menata tanamannya yang kemarin sempat dipindah tempatnya.

Tari menyenggol sang suami, keduanya terlihat saling melirik. Memastikan Arumi tidak lagi memandang ke arah mereka. Tari kembali membuka suaranya pelan.

“Ibu kira Vino hanya orang kaya biasa, Yah. Ibu nggak nyangka kalau dia ternyata cucu dari Tuan Pradipta.” Tari mere”mas jarinya, cemas.

“Memangnya hanya Ibu yang nggak tahu, Ayah pun sama karena memang selama ini Vino tidak pernah membicarakan tentang keluarganya lebih dalam. Ayah juga nggak nyangka Vino akan berbohong mengenai alamat rumahnya.”

Keduanya terlihat frustasi karena kebohongan yang diberikan oleh Vino.

Pagi tadi mereka sengaja pergi untuk mendatangi rumah Vino dan ingin menanyakan tentang alasannya membatalkan pernikahannya dengan Arumi. Namun, mereka tidak menyangka, sesampainya di sana, mereka justru diusir oleh wanita asing yang mengaku sebagai pemilik rumah itu.

Setelah memastikan kebenarannya, ternyata wanita itu mengaku jika rumahnya pernah disewa selama satu hari oleh orang tua Vino untuk acara arisan. Wanita asing itu setuju karena harga sewa yang ditawarkan begitu menggiurkan.

Dimas juga menanyakan siapa sebenarnya orang tua Vino, dan wanita itu mengatakan jika yang menyewa adalah anak dari almarhum Pradipta, pengusaha sukses yang memiliki perusahaan raksasa di beberapa tempat.

“Apa ini ada kaitannya dengan masa lalu kita, ya, Yah?”

“Ayah juga kurang tahu, Bu. Tapi, meski begitu, Arumi sendiri sekarang sudah menikah, jadi biarkan saja,” pungkas Dimas kemudian menghentikan pembicaraan setelah melihat Arumi telah selesai menata bunganya.

Arumi bergegas membersihkan diri. Sesuai keinginan sang ayah, wanita itu berdandan rapi dengan polesan riasan tipis di wajahnya untuk menyambut kepulangan Narendra.

Wanita itu keluar kamar, melihat sang ayah tengah menonton televisi sementara sang ibu tengah menyiapkan makan malam di dapur.

“Suamimu pulang jam berapa, Rum?” Dimas bertanya.

“Kurang tahu, Yah. Dia juga nggak ada bilang tadi pas berangkat,”

“Memangnya dia nggak ngehubungin kamu? Atau, kamu nggak kirim pesan ke suamimu?”

“Boro-boro, Yah. Tahu nomor teleponnya aja, enggak. Udahlah, nanti juga pasti pulang. Udah gede juga, kan?”

Dimas seketika menghentikan langkah Arumi yang hendak menyusul sang ibu ke dapur.

“Jadi, kamu tidak bertukar nomor dengan suamimu? Iya, kalau dia pulang ke sini? Bagaimana kalau dia lupa bahwa dia sudah menikah dan malah pulang ke rumah orang tuanya?”

“Ya, bagus, dong, Yah. Jadi Arumi bisa tidur dengan bebas nanti malam!”

"Arumi!” Dimas membentak Arumi, membuat Tari yang ada di dapur segera menghampiri keduanya.

“Ingat, Arumi. Jika, bukan karena Narendra, kamu pasti sudah mendapat gunjingan lebih parah daripada kamu menikahi pria asing. Jaga sikapmu jika kamu masih mau dianggap anak sama Ayah. Sekarang, tunggu di luar, jangan masuk dan jangan makan malam sebelum suamimu pulang ke rumah!” tegas Dimas dengan napas memburu membuat Arumi tercekat.

Tari langsung mengusap lengan sang suami agar kemarahannya kembali mereda. Entah apa yang terjadi antara putrinya dengan sang ayah, tetapi Tari yakin, jika, Arumi tengah membantah ayahnya sehingga menimbulkan teriakan dari suaminya.

“Sudah, Yah. Tenangkan dirimu,” pinta Tari cemas.

“Bagaimana Ayah bisa tenang. Anak yang kita bela kehormatannya mati-matian justru bertindak seperti itu!” Marah, Dimas meninggalkan Arumi yang terpaku di tempatnya.

Tari tidak bisa berbuat lebih. Ia menghampiri putrinya dan mengusap pipinya yang mendadak basah.

“Tenangkan dirimu, Rum. Setelah itu turuti perkataan ayahmu. Yakinlah, Arumi. Keputusan yang Ayahmu buat itu semata hanya untuk menjaga dan melindungi kamu. Ayah sangat menyayangi kamu melebihi dirinya sendiri.”

Bruk!

Tubuh Arumi merosot ke lantai setelah kepergian sang ibu. Ia tidak menyangka permasalahannya akan sepelik ini hanya karena ia gagal menikah dengan Vino dan justru menikah dengan orang asing.

Hati wanita itu hancur karena tidak ada yang memikirkan perasaannya. Tanpa ia sadari, jika apa yang dilakukan sang ayah untuknya hanya demi menjaga perasaannya dari orang-orang jahat di sekitarnya.

Terpopuler

Comments

Lina Katarina

Lina Katarina

tau diri lah Arumi dah di bersihkan namanya sama Narendra , berterima kasih lah pada suami mu

2024-05-02

2

Ida Sriwidodo

Ida Sriwidodo

Astagaa.. Arumi!
Ditinggal Narendra juga kayak Vino baru tau! 🤦🤦

2024-04-27

3

Elviraaprillia Vira

Elviraaprillia Vira

semangat lanjut upnya kak 💪🌹

2024-03-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!