"Masih lama kayaknya, pak. Soalnya mereka pakai perahu." kata Pak Aji
"Iya pak Aji, soalnya barang-barang yang dibawa mereka banyak. Saya sengaja bawa itu biar nggak seperti kemarin, bolak-balik bawa barang-barang yang dibeli mas Damar untuk desa." kata Pak Sapto
Pak Sapto sudah menunggu di dermaga bersama pak Aji selama setengah jam yang lalu.
Tadi dia sempat mencari sinyal di lapangan dan menanyakan apakah Damar dan Ridwan sudah berangkat.
Ternyata Damar malah meminta pak Sapto membawa beberapa orang untuk membantunya membawa barang-barang.
Sontak saja Pak Sapto meminta pak Aji membantunya menjemput Damar dan Ridwan.
Sebenarnya mas Khadafi pun ingin ikut sebagai ucapan terimakasih atas genset yang diberikan oleh Damar, namun tadi pagi pasien yang datang ke puskesmas cukup banyak dan kebetulan yang ada di sana hanya dia sendiri.
"Itu kayaknya pak, yang barangnya banyak itu." kata pak Aji sambil menunjuk sebuah perahu penyeberangan yang sudah kelihatan.
Damar memang menaiki sebuah perahu penyebrangan untuk mengangkut motor dan barang-barang. Agak lama dibandingkan dengan motor air kecil yang pernah Damar pakai, namun itu tak bisa mengangkut motor.
Damar bernafas lega ketika sudah sampai di dermaga dan melihat dua orang lelaki yang selalu menemani nya itu.
"Assalamualaikum. Apa kabar pak?" tanya Damar ketika sudah berada di dermaga dan menunggu Ridwan mengeluarkan barang-barang dari perahu air itu dan menaikan barang-barang ke atas dermaga.
Pak Aji sudah turun ke perahu untuk membantu Ridwan mengangkut barang-barang yang tak sedikit itu. Belum lagi motor baru milik Damar yang tak bisa diangkat sembarangan.
"Waalaikumsalam, Alhamdulillah. Ternyata ditinggal sama mas Damar dan Ridwan desa kembali sepi." kata Pak Sapto lalu tertawa.
Damar pun tertawa mendengar ucapan pak Sapto.
Damar dan pak Sapto ikut membantu memindahkan barang-barang ke dekat motornya. Ternyata Pak Sapto membawa gerobak yang pernah dipakai untuk mengangkut Bu Nur dulu.
"Ini motor mas Damar?" tanya pak Aji dengan heran
"Iya pak." kata Damar sambil tersenyum
"Balik ke kota rupanya beli motor baru, buka bungkus. Motor mahal ini." kata Pak Aji yang memang senang mengutak-atik mesin itu.
Dia berdecak kagum melihat motor di depannya itu.
"Kebetulan ada rejeki lebih pak, jadi saya beli motor ini saja. Katanya bisa melewati jalan yang terjal sekalipun." kata Damar lalu terkekeh.
Pak Sapto dan Damar menaiki motor pak Sapto yang sudah ada gerobaknya.
Sedangkan Damar membonceng pak Aji. Tes drive motor baru.
" Sudah semuanya, gak ada yang tinggal lagi kan? " tanya pak Sapto
Damar dan Ridwan pun menjawab sudah aman dan mereka pun pulang ke desa Timur.
Damar sudah merindukan suasana desa itu. Merindukan rumah dinasnya. Juga merindukan kopi buatan istri pak Aji jika dia menghabiskan malam dengan bermain gaplek bersama lelaki itu. Suara mas Khadafi yang menyapu dengan sapu lidi di halaman.
Terutama dia merindukan suara histeris Bu Nur dan juga suara nyanyian Kasih yang menenangkan ibunya.
"Untungnya jalan dua hari ini aman mas, jadi ngangkut barang jadi gampang." kata Pak Aji.
"Alhamdulillah, pak. Mungkin karena untuk kebaikan bersama jadi alam pun mendukung." kata Damar
"Iya pak, kemarin waktu pak Sapto mau ngangkut barang gak bawa gerobak, jadinya kebingungan mau ditinggal takut hilang. Akhirnya pak Sapto hubungi mbak Kasih dan Pak Irwan. Mereka yang bantuin bawa barang-barang." kata Pak Aji.
"Kasih bantu angkut barang, maksud pakai motor, pak?" tanya Damar heran
"Iya, mas jangan khawatir Kasih itu udah terbiasa kerja keras. Anak itu dari kecil memang sudah sering membantu almarhum kakeknya. Mereka hidup bertiga saja, jadi Kasih yang mengurus rumah dan ibunya yang sakit setelah pulang sekolah." kata Pak Aji
"Memangnya ayah mbak Kasih kemana pak?" tanya Damar
"Entahlah, mas. Saat itu saya belum bertugas di daerah ini. Dan setiap saya tanya tak ada yang mau menjawabnya." kata Pak Aji.
"Yang saya tau, Kasih gadis baik mas. Beberapa tahun yang lalu sempat mau menikah dengan kekasihnya. Tapi satu hari mau acara malah dibatalkan oleh pihak laki-laki. Alasannya keluarga laki-laki tak bisa menerima ibu mbak Kasih yang sedang sakit. Padahal semuanya udah siap pak, bahkan kami udah bantu pasang tenda dan siapin pelaminan buat akad nikah." kata Pak Aji.
"Ya ampun, kasihan sekali Kasih pak." kata Damar yang tak bisa membayangkan betapa hancurnya hati wanita itu.
"Sekarang dimana laki-laki itu, pak?" tanya Damar.
"Laki-laki itu tinggal di kecamatan mas, sama-sama Kasih menjadi guru di SMP itu." ucapan pak Aji membuat Damar semakin terkejut. Bagaimana bisa kasih bertahan setiap hari bertemu dengan orang yang menyakiti hatinya.
"Itulah hebatnya Kasih, pak. Dia hanya diam dan meminta kami membereskan acara akad nikah yang tak jadi dilangsungkan itu. Bahkan saat tamu undangan ada yang datang pun, Kasih tetap menjamu dengan hidangan yang sudah terlanjur dimasak. Sambil menjelaskan jika dia tak jadi menikah." kata Pak Aji
"Benar-benar laki-laki kurang ajar. Apa dia tak memikirkan perasaan Kasih dan keluarganya?" Damar sangat geram mendengar ada laki-laki tak bertanggung jawab seperti itu.
"Sepertinya dia biasa saja mas, beberapa bulan kemudian dia malah melangsungkan pernikahan dengan anak pejabat di kecamatan. Acaranya bahkan mewah untuk ukuran kampung ini. Dan sekarang sudah punya anak berusia satu tahun." kata Pak Aji.
'Cih, anak pejabat kecamatan saja sudah belagu, aku yang dulunya menikahi anak kepala dinas saja masih dibuang setelah tak berguna lagi.' batin Damar.
"Bu Nur udah lama sakitnya pak?" tanya Damar
"Menurut cerita yang saya dengar sih begitu, ada banyak info yang saya dapat. Tapi gak tau kebenarannya, makanya saya gak berani cerita ke mas Damar. Kalau gak benar berarti kan saya fitnah Bu Nur." kata Pak Aji.
Damar pun mengangguk paham dengan pemikiran lelaki ini. Dia tak mau menyebarkan berita yang belum tentu benar.
Sepertinya nanti dia akan mencari tahu sendiri. Sejak bertemu kasih yang menari dan menyanyi di depan ibu nya saat di lapangan, Damar sering melirik gadis itu diam-diam.
Bahkan Damar sudah hapal jam pergi dan pulang Kasih dari sekolah.
Dan yang paling gilanya saat dia menyapa Kasih yang akan berangkat menggunakan motor bebeknya, Damar sempat-sempatnya memperhatikan tas yang dikenakan gadis itu.
Makanya dia tau jika resleting tas kasih rusak dan saat dia berjalan melintasi toko tas bersama Ridwan, niatnya adalah membelikan gadis itu sebuah tas baru untuk mengganti tas rusaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Husnul Abadiah
keren ceritanya..
2024-04-15
3
ɪsᴛʏ
jangan² kasih jodohnya damar nih😂
2024-03-15
0