Yang Nyaman Untuk Diri Sendiri

"Mas, ini rumah siapa?" tanya Ridwan yang berdecak kagum melihat bangunan rumah yang terlihat mewah dengan gaya minimalis modern itu.

"Rumah kakak ku. Yuk, masuk. Kita udah ditunggu sama mereka di dalam." kata Damar mengajak Ridwan masuk ke dalam rumah.

"Mas, kakak mas jualan mobil?" tanya Ridwan saat melirik ke arah garasi yang terparkir beberapa buah mobil milik Mbak Li dan Mas Sean.

"Nggak, kenapa?" tanya Damar

"Itu mobilnya banyak banget, aku kira jualan mobil." kata Ridwan.

"Memang rejekinya mereka jauh di atas kita. Tapi ingat, harus bersyukur, Wan." kata Damar pada remaja yang baru saja hendak mendaftar kuliah ini.

"Iya, mas. Alhamdulillah aku masih dikasih sehat." kata Ridwan.

Damar tersenyum melihat Ridwan yang ternyata sudah bisa berpikiran seperti itu di usia mudanya

"Assalamualaikum." Damar mengucapkan salam sebelum masuk.

"Waalaikumsalam." suara dari dalam rumah itu begitu ramai. Menandakan jika semuanya sudah berkumpul di rumah Mbak Li menyambut kedatangan Damar.

"Damar, akhirnya udah sampai. Ayo masuk sini." kata mbak Li yang terlihat sedang menata aneka hidangan di meja makan yang panjang dan bisa memuat banyak orang itu.

Dulunya meja makan mbak Li hanya muat untuk empat orang, namun setelah bertambahnya jumlah anak-anak mereka ditambah lagi teman atau kerabat yang sering mengunjungi jadi mbak Li mengganti meja makan lamanya menjadi meja makan panjang ini.

"Ini yang namanya Ridwan?" tanya mbak Li

"Iya mbak, ini Ridwan yang ku ceritakan kemarin." kata Damar

"Oh ini anaknya yang mau kuliah di sini. Masuk yuk." ajak Alisa.

Setibanya di dalam rumah ternyata sudah ada mbak Las dan Amira, adik Damar.

"Kamu apa kabar, kak?" tanya Amira pada kakaknya

"Baik, Alhamdulillah. Kamu gimana sehat? Bilqis mana?" tanya Damar pada adiknya

"Sehat Kak, si Bilqis lagi tidur di kamar si kembar di atas." kata Amira sambil memeluk kakak yang selalu disayangnya itu.

Damar yang sudah lama tak pernah lagi berkumpul dengan keluarganya itu pun merasa senang ternyata dia masih bisa diberikan waktu oleh sang pencipta untuk berkumpul bersama.

Apalagi setelah mendengar ucapan Ridwan yang berkata jika mas Damar itu beruntung masih punya keluarga yang menerimanya dengan hangat.

Setelah waktu makan siang dan semua masakan sudah siap, Alisa mengajak semuanya untuk makan. Begitu juga anak-anak beserta pengasuhnya.

Alisa dan Sean sekarang memiliki enam orang anak sesuai keinginan mereka memiliki banyak anak.

Senja anak pertama yang usianya hampir sepuluh tahun, sepasang kembar kemudian adik si kembar berkelamin laki-laki dan dua kembar perempuan yang baru berusia satu tahun.

Jadi wajar saja keadaan rumah ini sangat ramai.

Selesai makan dan sholat berjamaah, Amira dan mbak Las pamit pulang. Amira sendiri menikah dengan anak mbak Las, Zaki.

Damar dan Ridwan langsung diajak ke rumah yang tak jauh dari rumah Alisa. Hanya berselang tiga pintu saja.

Mas Sean membeli rumah ini karena pemilik lamanya memerlukan uang untuk mengobati istrinya yang sakit kanker. Sean pun membelinya tanpa menawar lagi.

"Kalian tinggal di sini saja dulu gak apa-apa kan?" tanya Alisa pada Damar

"Nggak apa-apa lah mbak, ditempatkan di sini saja saya sudah bersyukur. Soalnya kalau mau pulang ke rumah, Rasita udah gak bakalan mengijinkan." kata Damar

"Jadi kamu mau melepaskan saja rumah hasil keringatmu?" tanya Alisa

"Ya, mau gimana lagi mbak. Aku juga kasian sama anak-anak kalau masih ngotot dengan Rasita." kata Damar

"Kamu gak tau yang sebenarnya, Mar. Nantilah kalau mas kamu pulang, kamu tanyakan ke dia." kata Alisa pada adik angkatnya itu.

"Iya mbak." kata Damar.

Setelah menunjukkan isi rumah Alisa segera kembali ke rumahnya karena pasti anak-anaknya akan mencari nya.

Damar dan Ridwan pun segera membereskan barang-barang mereka di kamar masing-masing. Tak banyak yang dibawa mereka, hanya beberapa helai pakaian saja.

Sedangkan oleh-oleh yang dibawa dari kampung sudah Damar bagikan kepada Alisa dan mbak Las juga Amira.

Rumah ini sudah lengkap dengan perabotan dan juga peralatan elektronik seperti televisi dan lemari es bahkan setiap kamarnya ada AC.

Setelah selesai membereskan barang-barangnya, Damar berjalan ke belakang menuju dapur. Lelaki itu ingin membuat kopi, dia berharap ada disediakan kopi. Jujur saja dia merasa suntuk saat ini.

Kalau di desa Timur jam segini dia sedang asyik berkeliling bersama pak Sapto ataupun pak Aji. Atau mengunjungi kandang ayam Pak Yanto.

Dapur itu juga sangat lengkap, mbak Alisa memang benar-benar mempersiapkan semua nya.

Awalnya damar menolak saat dia ditawari menginap di rumah mbak Alisa, biar bagaimanapun Damar masih ada rasa sungkan.

Karena itulah mbak Li menawarkan rumah ini untuk dia tempati sementara.

"Mas, kok mas mau tinggal di desa Timur padahal fasilitas di sini lengkap kayak begini?" tanya Ridwan menghampiri Damar yang saat ini sedang mengaduk-aduk kopi.

"Kan di mutasikan, masak mas nolak." kata Damar

"Tapi mas bisa mengurus supaya gak kena di desa Timur apalagi kakak mas itu orang kaya banget.' kata Ridwan yang masih takjub dengan kemewahan yang baru saja dia nikmati.

"Yang kaya kan kakak saya, bukan saya. Lagi pula nyaman di orang lain belum tentu nyaman di saya. Di desa Timur saya bisa jadi diri saya sendiri tanpa embel-embel keluarga saya." kata Damar

"Iya sih mas, bener kata mas. Aku malahan nyaman kalau udah pulang ke rumah walaupun gak ada AC tapi bawaannya adem." kata Ridwan

Damar terkekeh mendengar ucapan anak remaja itu. Ridwan mengingatkannya saat dia remaja dulu saat ibunya masih hidup.

Rasanya ingin segera pulang dan menyantap hidangan sederhana yang dimasak oleh ibunya. Meskipun hanya ibu tiri, namun bagi Damar dan Amira, Bu Hanum seperti ibu kandung mereka. Bu Hanum merawat mereka dari kecil dengan kasih sayang layaknya seorang ibu kandung.

Meskipun di masa lalu wanita itu tak sebaik saat dia menjadi ibu Damar dan Amira. Namun, Damar dan Amira sangat menyayangi dan menghormati wanita itu.

"Mas, kenapa mas gak pulang ke rumah mas? Istri mas keberatan ya kalau aku ikut?" tanya Ridwan

Damar menggeleng kepalanya, lalu menyesap kopinya lagi. Setelahnya dia menghela nafasnya cukup panjang.

"Kami sedang proses perceraian, dan istri saya minta rumah sebagai harta gono-gini. Dan sekarang saya tak bisa sebebas dulu mau pulang ke rumah saya sendiri." kata Damar dengan tersenyum namun matanya menatap cangkir kopi itu dengan tatapan sendunya.

🍀🍀🍀

Apa yang nyaman buat orang lain belum tentu nyaman untuk kita. Duh, kata-kata mas Damar ini bener banget.

Jangan lupa likenya ya🤗

Terpopuler

Comments

Susi Akbarini

Susi Akbarini

padahal nelinya sebelum nikah...
kok minta jadi harta gono gini...
dasar Rasita..
serakah ...

2024-03-29

4

ɪsᴛʏ

ɪsᴛʏ

nah bener itu kadang lebih baik hidup sederhana bahagia dripada hidup mewah tapi tak nyaman...

2024-03-15

0

lihat semua
Episodes
1 Permintaan Cerai
2 Mutasi
3 Kenyataan???
4 Di tempat baru
5 Dini Hari Yang Melelahkan
6 Pejuang Sesungguhnya
7 Tekad Baru
8 Damar Yang Sesungguhnya
9 Seragam Yang Berlumpur
10 Pulang Ke Kota
11 Yang Nyaman Untuk Diri Sendiri
12 Beasiswa Untuk Ridwan
13 Sosok Mirip Rasita
14 Informasi Yang Mengejutkan
15 Damar Yang Baru
16 Pulang Ke Rumah
17 Kisah Kasih
18 Membantu Kasih
19 Calon
20 Menunggu Kasih
21 Ketangkap Basah
22 Bukan Lelaki Pilihan
23 Apa Dia Cantik?
24 Cuci Piring
25 Tidur Dimana?
26 Jangan tanggung semuanya sendiri
27 Bersyukur Menikah Dengan Damar
28 Jangan Pernah Meninggalkanku
29 Perubahan Rencana
30 Mereka Jahat
31 Tamu Dadakan
32 Hadiah Kasih Untuk Damar
33 Hukuman Manis
34 Rencana Damar
35 Mulai Membayar
36 Perjalanan Ke Kota
37 Dua Penjahat
38 Rumah Sakit
39 Keluarga Damar
40 Dua Pasangan Yang Bertolak Belakang
41 Konglomerat Berseragam ASN
42 Mas Takut Rindu
43 Memanjakan Istri
44 Bertemu Masa Lalu
45 Istri Sah Damar
46 Kabar Bahagia
47 Calon Ayah
48 Belajar Dari Mbak Mirna
49 Dia Juga Pemilik Perusahaan
50 Jadi Kangen
51 Niat Jahat
52 Wanita Gila
53 Penawaran Basi
54 Siapa Dia?
55 Mas Yadi
56 Rasa Bersalah Pak Sapto
57 Sahabat Pak Sapto
58 Nur, si cantik jelita
59 Nur dan Haryadi
60 Rencana Haryadi
61 Rencana Membawa Petaka
62 Ijin Dari Sean
63 Dia Yang Juga Mencintai Nur
64 Kebahagiaan Orang Desa
65 Si Licik Sugiyono, Si Pengecut Guntoro
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Permintaan Cerai
2
Mutasi
3
Kenyataan???
4
Di tempat baru
5
Dini Hari Yang Melelahkan
6
Pejuang Sesungguhnya
7
Tekad Baru
8
Damar Yang Sesungguhnya
9
Seragam Yang Berlumpur
10
Pulang Ke Kota
11
Yang Nyaman Untuk Diri Sendiri
12
Beasiswa Untuk Ridwan
13
Sosok Mirip Rasita
14
Informasi Yang Mengejutkan
15
Damar Yang Baru
16
Pulang Ke Rumah
17
Kisah Kasih
18
Membantu Kasih
19
Calon
20
Menunggu Kasih
21
Ketangkap Basah
22
Bukan Lelaki Pilihan
23
Apa Dia Cantik?
24
Cuci Piring
25
Tidur Dimana?
26
Jangan tanggung semuanya sendiri
27
Bersyukur Menikah Dengan Damar
28
Jangan Pernah Meninggalkanku
29
Perubahan Rencana
30
Mereka Jahat
31
Tamu Dadakan
32
Hadiah Kasih Untuk Damar
33
Hukuman Manis
34
Rencana Damar
35
Mulai Membayar
36
Perjalanan Ke Kota
37
Dua Penjahat
38
Rumah Sakit
39
Keluarga Damar
40
Dua Pasangan Yang Bertolak Belakang
41
Konglomerat Berseragam ASN
42
Mas Takut Rindu
43
Memanjakan Istri
44
Bertemu Masa Lalu
45
Istri Sah Damar
46
Kabar Bahagia
47
Calon Ayah
48
Belajar Dari Mbak Mirna
49
Dia Juga Pemilik Perusahaan
50
Jadi Kangen
51
Niat Jahat
52
Wanita Gila
53
Penawaran Basi
54
Siapa Dia?
55
Mas Yadi
56
Rasa Bersalah Pak Sapto
57
Sahabat Pak Sapto
58
Nur, si cantik jelita
59
Nur dan Haryadi
60
Rencana Haryadi
61
Rencana Membawa Petaka
62
Ijin Dari Sean
63
Dia Yang Juga Mencintai Nur
64
Kebahagiaan Orang Desa
65
Si Licik Sugiyono, Si Pengecut Guntoro

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!