NovelToon NovelToon

Benih Tuan Presdir

Bab 1

“Saya terima nikah dan kawinnya Jihan Putri Yahya binti Rusli Yahya dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang tunai sebesar 35 juta rupiah, dibayar tunai!” ujar Keenan hanya dengan satu tarikan nafas.

“Sah!” sahut beberapa tamu undangan yang hadir dalam akad sederhana itu.

Keenan dan Jihan, memutuskan untuk melaksanakan pernikahan secara siri, lantaran sedari 5 tahun menjalin hubungan pacaran hingga saat ini, tak juga mendapat restu dari Pak Basuki, ayah Keenan. Lelaki paruh baya itu tak merestui Jihan sebagai menantunya karena Jihan bukan berasal dari keluarga pengusaha, yang tak akan memberikan keuntungan apa pun untuk bisnisnya. Bagi ayah Keenan, pernikahan adalah salah satu jalan untuk menguatkan kejayaan suatu bisnis, sehingga perlu dilakukan dengan sesama anak pengusaha.

Untuk itu, Keenan terpaksa mengajak Jihan menikah secara agama, sembari restu mereka terus usahakan, hingga mereka bisa menggelar pernikahan secara negara. Benih cinta yang mulai mekar semasa kuliah, membuat Keenan maupun Jihan tak dapat dipisahkan, meski ayah Keenan menentangnya. Pernikahan ini juga Keenan maksudkan, agar ayahnya tak lagi menjodohkannya dengan anak dari relasi bisnisnya.

Hingga 2 jam berlalu, acara akad yang hanya dihadiri oleh keluarga Jihan itu telah usai, Keenan segera memboyong Jihan ke rumah pribadinya, yang sudah ia beli setahun yang lalu.

“Bu, saya izin bawa Jihan ya, nanti kapan-kapan kami akan jenguk Ibu di sini. Kalau Ibu mau, Ibu juga bisa ikut tinggal bersama kami,” ujar Keenan dengan sopan.

Menolak ikut tinggal bersama anaknya, Bu Dina memilih tetap tinggal di rumah peninggalan suaminya, karena ia masih harus mengajar di sekolah dasar dekat dengan rumahnya.

“Ibu titip Jihan ya, Keenan. Tolong jaga dan bimbing dia,” pesan Bu Dina.

“Jihan titip ibu ya, Lus,” pinta Jihan pada Lusi, anak tetangga yang hampir sebaya dengannya, yang sering berkunjung ke rumahnya.

Setelah selesai berpamitan, Keenan dan Jihan kemudian pergi meninggalkan rumah, menuju rumah Keenan.

Hari itu benar-benar menjadi hari yang dinantikan, selama bertahun-tahun. Selayaknya pengantin baru, mereka menghabiskan malam pertama mereka begitu syahdu. Jihan juga melayani suaminya dengan baik, seperti seorang istri pada umumnya.

Hingga pada keesokan paginya saat sedang menghabiskan waktu bersama dengan menonton televisi, Jihan menyeletuk tentang keinginan di masa depannya.

“Nanti kalau kita punya anak laki-laki, aku mau beri nama dia Ale, seperti artis cilik yang sedang viral itu, dia tampan dan lucu sekali,” cetus Jihan ketika melihat tayangan televisi yang sedang diperankan oleh seorang anak laki-laki yang sedang naik daun.

Seolah setuju dengan kemauan sang istri, Keenan mengacungkan dua jempolnya.

Tiba-tiba di tengah kehangatan obrolan mereka, berita buruk menyergap kebahagiaan yang tengah Keenan dan Jihan rasakan, seolah kedukaan ingin selalu menemani perasaan suka cita. Kala Keenan baru saja mendapat telepon dari sang ayah. Raut wajahnya memucat dan kesal, juga kecewa.

“Ayah kamu bilang apa? Dia sudah tahu kita menikah?” tanya Jihan ikut panik.

Tubuh Keenan melemas. Seakan tak kuat berdiri, ia menyelonjorkan kakinya di lantai. Air matanya mulai menetes.

“Ayah tetap ingin menjodohkan aku dengan Nayla. Aku sudah menjelaskan tentang pernikahan kita, tapi ayah tidak mau tahu. Ayah mengancam tak akan menganggapku anak, juga memintaku pergi dan perusahaan, dan mencabutku dari ahli warisnya, jika aku tak mengikuti perintahnya. Ayah tak main-main dengan ancamannya. Sebenarnya, aku tak mengapa bila harus mencari pekerjaan lain, tapi aku butuh waktu karena aku tidak mungkin menganggur hingga tak bisa menafkahimu. Kamu tanggung jawabku,” ujarnya tanpa gairah.

Seketika Jihan ikut melemas, mendengar perkataan suaminya.

Keenan menguatkan dirinya sendiri, agar Jihan tak ikut bersedih. “Sayang, tenang saja. Pernikahan kita akan tetap berjalan. Hari ini aku akan menemui Nayla, akan aku bicarakan padanya.”

“Bagaimana bisa? Apa kamu dan dia bisa menolak pernikahan ini?” tanya Jihan tak paham akan maksud suaminya.

“Aku sudah pernah bertemu dengan Nayla sebelumnya, dan kami sama-sama menolak perjodohan ini. Jadi, aku yakin, kalau kita bicarakan lagi, dia bisa bekerja sama denganku, untuk menjalankan pernikahan ini demi formalitas belaka. Aku akan tetap di sini menjadi suamimu, sedangkan pernikahanku dengannya hanya lah status,” terang Keenan meyakinkan istrinya.

Seolah paham, raut wajah kecewa dan sedih tersemburat di wajah cantik Jihan. Itu artinya, ia harus rela melihat suaminya menikah secara sah dengan wanita lain. Tentu, ia merasa sedang dikhianati.

Berusaha meyakinkan istrinya, Keenan meminta pengertian Jihan, agar kehidupan mereka tak menderita. “Setelah aku bisa membangun bisnisku sendiri dan tak bekerja lagi di kantor ayah, kita tak perlu takut lagi. Aku juga tak peduli jika ayah tak mau lagi menganggapku sebagai anak. Secepatnya juga aku dan Nayla akan mengatur perceraian kami. Dengan begitu, ayahku dan papanya tak akan bisa berbuat apa-apa lagi. Jihan, aku tak bisa meninggalkan kantor saat ini, yang baru satu tahun aku pimpin. Kantor bisa berantakan kalau tiba-tiba terjadi perubahan kepemimpinan. Aku juga tak bisa membiarkan Rio, adik tiriku, mengambil alih semuanya. Dia belum bisa dipercaya untuk memimpin kantor.”

Hanya pasrah, Jihan menyetujui ucapan sang suami.

***

Pagi ini juga, Keenan menemui ayahnya di rumah untuk bernegosiasi, dengan harapan akan ada keajaiban.

“Apa harus begini caranya, Yah? Keenan baru saja menikah dengan Jihan. Apa Ayah tak bisa mengerti? Keenan begitu mencintai Jihan,” ujar Keenan memohon sepenuh hati.

“Hanya siri ‘kan? Tak masalah kalau kamu langsung tinggalkan wanita itu. Papa sudah menjadikanmu Presiden Direktur. Apa tidak bisa kamu membalas kebaikan Papa? Anak Papa bukan hanya kamu, ada Rio juga. Tapi, Papa hanya mau kamu. Jangan lupa, perusahaan kita bisa besar seperti sekarang juga karena papanya Nayla. Jangan jadi orang yang seperti kacang lupa kulitnya!” tegas ayah Keenan.

Dulu, ayah Keenan pernah menjelaskan bahwa orang tua Nayla berperan besar dalam bisnisnya selama ini. Pak Lukman, papa Nayla adalah pemilik rumah sakit dan beberapa klinik dokter yang selama ini menyuplai obat-obatan dari perusahaan farmasi milik ayah Keenan. Bahkan, sejak perusahaan milik Pak Basuki masih merintis bisnisnya, Pak Lukman lah yang banyak membantunya.

Soal perjodohan, berawal ketika para pengusaha itu sedang bercanda 25 tahun yang lalu, Pak Basuki pernah bertanya, harus dengan cara apa ia membalas kebaikan Pak Lukman.

“Tak perlu begitu, relasi kita tetap berjalan sampai nanti saja itu sudah lebih dari cukup. Kalau perlu, kita besanan, hahaha,” jawab Pak Lukman saat itu dengan nada bercanda.

Kemudian tepat satu tahun yang lalu, tiba-tiba Pak Lukman menagih ucapannya yang ternyata dianggapnya serius. Hal itu lantaran anak gadisnya, Nayla, yang tengah berumur 30 tahun, belum juga menikah. Ia kemudian ingin menjodohkan anaknya dengan Keenan, yang berusia dua tahun lebih muda dari Nayla. Tak segan, Pak Lukman bahkan mengancam akan menghentikan pasokan obat dari perusahaan milik ayah Keenan, jika mereka menolak.

“Kalau tidak mau kita jadi besan, besok-besok aku tak mau lagi ah mengambil obat darimu. Bisa dibayangkan berapa besar penurunan profitmu, kalau klien besarmu hilang satu.” Begitu lah ucapan papa Nayla, yang sengaja ia utarakan dengan nada bercanda, tapi sangat terdengar sebagai bentuk ancaman yang nyata.

Merasa pernikahan anak-anak mereka akan saling menguatkan bisnis masing-masing, ayah Keenan menyetujuinya, dengan membujuk dan mendesak Keenan selama 1 tahun ini, hingga Keenan nekat menikahi Jihan agar terlepas dari desakan sang ayah untuk menikahi Nayla.

“Sebelum adanya perjodohan ini, Ayah sudah melarangmu berhubungan dengan dia. Tak perlu Ayah katakan lagi apa alasannya. Dua minggu lagi, acara pernikahanmu dengan Nayla akan digelar, mereka sudah meminta jasa WO handal untuk mengurusnya, kamu tinggal terima beres," lanjut ayah Keenan, kemudian bergegas pergi meninggalkan anaknya sendiri di ruang tamu.

Menyandarkan kepalanya sebentar di sofa, Keenan semakin pusing dibuatnya. Apa yang ia rencanakan, ternyata tak semudah itu dilaksanakan. Ia lalu bergegas menemui Nayla yang sudah berjanjian akan bertemu dengannya di salah satu kafe, setengah jam lagi.

Hingga 20 menit perjalanan, tiba lah ia di kafe. Tak disangka, Nayla sudah menunggunya di salah satu meja. Keenan segera menghampirinya, selesai ia memarkir mobil.

“Hai, Keenan,” sapa wanita cantik yang tampak dewasa dan anggun itu.

Hanya tersenyum kecil, Keenan duduk di sebelah Nayla.

“Nay, aku baru saja menikah dengan pacarku, yang pernah aku ceritakan dulu. Apa kamu bisa bekerja sama denganku? Kamu ikut menolak pernikahan kita ‘kan? Aku tidak mau meninggalkan istriku. Bisa kah kita menjalankan pernikahan ini hanya status, kemudian kita bercerai nantinya?” tanya Keenan tanpa basa-basi.

Nayla meminta Keenan untuk tenang, agar mereka bisa bicara baik-baik.

“Aku bisa saja bekerja sama denganmu, kita pura-pura menerima pernikahan ini, dan akan bercerai beberapa bulan kemudian, agar orang tua kita tak curiga. Tapi, ada syaratnya,” terang Nayla.”

...****************...

Bab 2

Kembali pulang menemui istrinya, Keenan memeluknya erat.

“Ada apa?” tanya Jihan yang baru saja selesai menata barang-barangnya.

Tertunduk lesu, Keenan menguatkan Jihan, bahwa semuanya akan baik-baik saja. “Kami akan menikah, tapi kami sudah sepakat untuk tak berhubungan. Hanya saja, aku akan tinggal bersamanya selama beberapa hari dalam seminggu. Itu syarat yang harus aku penuhi, untuk perjanjian kita. Agar ayahku dan papa Nayla tidak curiga, karena mereka bisa saja sewaktu-waktu mengunjungi kami. Jadi dalam 1 minggu nanti, aku akan bagi waktu untukmu, dan untuknya. Dan dalam beberapa bulan kemudian, kami akan bercerai. Aku janji semua ini tak akan lama.”

Berusaha menegarkan hatinya sendiri, Jihan mengangguk, dan memaksa tersenyum, meski hatinya hancur.

“Kamu mandi dulu gih, aku akan siapkan makan malam kita,” ujar Jihan mengalihkan pembahasan, karena ia tak bisa menahan kehancuran hatinya.

Keenan dengan cepat menarik tangan Jihan, lalu kembali memeluknya. “Maafkan aku. Aku janji, pernikahan kita akan segera kembali normal. Bersabarlah menungguku.”

Ingin selalu menghibur istrinya agar tak larut dalam kesedihan menerima semua ini, Keenan berlaku seolah tak terjadi apa-apa selama 2 minggu menjelang pernikahannya. Berlaku selayaknya seorang suami yang sangat meratukan istrinya. Meski air mata sewaktu-waktu jatuh, tapi mereka berusaha menjalani hari-hari sebelum pernikahan Keenan dan Nayla dengan sebaik mungkin. Tak semenit pun Keenan rela membuang waktu untuk tak bermesraan bersama Jihan.

***

Hingga 2 minggu berlalu, tiba lah hari pernikahan Keenan dan Nayla yang digelar begitu meriah di salah satu hotel bintang lima. Di rumah, Jihan hanya bisa terus memanjatkan doanya pada Sang Pencipta, akan kehancuran hatinya saat ini. Air mata yang tak mau berhenti mengalir, membuatnya tak kuasa mengeluarkan sepatah kata pun. Doa-doa yang dilangitkan, hanya bisa ia sampaikan melalui tutur batinnya.

Sementara itu, dalam meriahnya pesta, Keenan tak sekalipun bisa tersenyum tulus. Terguratnya senyuman manis di wajahnya, hanya lah bentuk simbol penghargaan pada tamu undangan yang datang. Sedangkan pikirannya hanya tetap pada Jihan. Hatinya tak tenang dan sama sesaknya seperti yang Jihan rasakan.

Hingga selesai acara pada malam harinya, Keenan mulai tinggal di apartemen mewah milik Nayla. Sedari tadi ia terus sibuk berkirim pesan pada Jihan, yang tak kunjung mendapat balasan. Hingga diteleponnya berkali-kali, tetap tak ada jawaban.

“Jihan, aku mohon angkat,” mohonnya dalam hati.

Lalu tak lama, Jihan mengangkatnya.

“Keenan, maaf, aku ketiduran sehabis sholat Isya tadi,” ucap Jihan lirih tanpa tenaga.

Ia memang ketiduran selesai beribadah, ditemani derasnya air mata yang masih menggenang di wajahnya, mungkin ini lah bentuk kasih sayang dari Sang Pencipta agar Jihan sedikit merasakan ketenangan dalam menghadapi ujian ini, dengan memberikan rasa kantuk.

Merasa lega, Keenan meminta Jihan untuk tak berpikiran macam-macam, karena ia akan menjaga jarak dengan Nayla, lalu meminta istri sirinya itu untuk kembali beristirahat.

“Kamu juga ya, pasti lelah sekali seharian ini. Sampai bertemu lagi, Keenan,” pamit Jihan lalu menutup teleponnya.

Sementara itu di apartemen miliknya, Nayla juga meminta Keenan beristirahat.

Menolaknya, Keenan tak bisa tidur dengan tenang malam ini. Ia hanya ingin bertemu Jihan. Keenan lalu meminta Nayla untuk beristirahat lebih dulu.

Hingga tak lama, Nayla keluar kamarnya dengan mengenakan baju tidur seksinya. Ia lalu mengajak Keenan mengobrol, meski malam sudah semakin dingin. Keenan yang berusaha menundukkan pandangannya, mengutarakan rasa tak nyamannya dengan penampilan Nayla malam ini.

“Kita ‘kan sudah menikah, jadi tak dosa jika kamu melihatku berpakaian terbuka seperti ini. Apalagi kamu tak ada rasa padaku, jadi seharusnya tak masalah. Lagi pula, sehari-hari aku memang selalu memakai baju seperti ini setiap mau tidur,” jelas Nayla sembari membuatkan teh hangat untuk teman mengobrol mereka.

Ditemani teh hangat buatan Nayla, mereka membunuh malam dengan saling bercerita. Keenan begitu bangga menceritakan Jihan, termasuk mengutarakan betapa besarnya rasa cintanya sedari dulu yang tak pernah berubah pada mantan kekasihnya itu. Nayla juga tampak bersemangat mendengarkan cerita Keenan, seolah ia bisa menjadi pendengar yang baik.

Merasa rasa teh yang diseruputnya berbeda dari rasa teh kebanyakan, Keenan menanyakan hal ini pada Nayla.

“Itu aku dapat dari temanku yang berada di London. Aku juga baru merasakannya sekarang, tapi aku suka karena katanya lebih sehat,” jawab Nayla mengarang.

Memang terasa berbeda tapi enak, hingga Keenan tetap meminumnya hingga hampir habis. Sesekali saat mereka tengah mengobrol, Nayla memberikan sentuhan lembut pada leher dan telinga Keenan. Hingga tiba-tiba, Keenan merasakan sesuatu yang berbeda dari dalam dirinya. Seakan tak sadar tapi ia masih terjaga, Keenan merasakan gairah yang begitu luar biasa ketika melihat Nayla.

Berusaha mengontrol dirinya sendiri, tapi Keenan seperti sudah tak kuasa menahan rasa ingin bercinta dengan wanita di hadapannya itu. Apalagi, Nayla seolah berusaha menggagalkan usaha pertahanan Keenan. Ia justru bertingkah menggoda Keenan, hingga suami siri Jihan itu benar-benar tak sanggup menahan hasratnya.

Hingga terjadi lah malam panas yang seharusnya tak mereka lakukan, sesuai perjanjian di awal.

***

Pagi harinya, saat terbangun dari tidurnya, Keenan merasa sedikit pusing. Setelah kesadarannya hampir mencapai 100 persen, ia bangun dan betapa terkejutnya ketika mendapati dirinya dan Nayla tidur dalam 1 ranjang, dengan kondisi tanpa busana. Seketika ia menjauhkan tubuhnya dan mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya.

Aksi Keenan yang terkejut, membangunkan Nayla. Wanita itu tampak bertanya pada Keenan, mengapa suaminya itu tampak panik. “Ada apa?”

“Kenapa kita bisa tidur 1 ranjang? Apa semalam kita....” Tak sempat Keenan melanjutkan kata-katanya, Nayla membenarkan dugaan Keenan.

Nayla menjelaskan bahwa semalam Keenan begitu agresif mengajaknya bercinta, padahal ia sudah mengingatkan akan janji mereka untuk tak berhubungan, karena pernikahan ini hanya formalitas semata.

Mencoba mengingatnya, Keenan seakan tak bisa percaya dengan semua ini, tapi apa yang dilihatnya pagi ini, sangat bertentangan dengan nuraninya.

“Keenan, wajar saja jika seorang laki-laki merasakan nafsu pada wanita yang berada dalam 1 tempat. Mungkin itu yang kamu rasakan semalam. Aku minta maaf karena telah memakai baju yang membuatmu bergairah,” sesal Nayla.

Tetap tak ingin mempercayai semua ini, Keenan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi, ia mendapati ponselnya begitu banyak pesan dan panggilan telepon dari Jihan. Dilihatnya hari sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Ia lalu bergegas pergi meninggalkan apartemen Nayla.

“Keenan, mau ke mana? Bukan kah kamu masih cuti? Bukan kah 3 hari ini kamu masih harus tinggal di sini?” teriak Nayla agar Keenan yang terburu-buru pergi, bisa mendengarnya.

Tak peduli dengan teriakan Nayla, Keenan berlari menuju mobilnya, lalu melajukannya begitu kencang.

Hingga setibanya di rumahnya, Keenan memanggil-manggil istrinya. “Jihan, Jihan.”

Tak ada jawaban, Keenan berjalan menuju kamarnya dan kembali memanggil istrinya dengan setengah berteriak. “Jihan, kamu di mana, Sayang?"

Sayangnya, tetap tak ada suara sahutan dari dalam.

...****************...

Bab 3

Hingga saat Keenan membuka pintu kamarnya, dilihatnya istrinya itu sudah tergeletak di lantai dekat pintu kamar mandi. Dengan panik dan terus memanggil-manggil Jihan, Keenan dengan sekuat tenaga membopong tubuh istrinya menuju mobilnya. Ia lalu tancap gas menuju rumah sakit.

Setibanya di depan ruang IGD, petugas rumah sakit dengan sigap menjemput Jihan untuk dibawa ke dalam. Keenan diminta untuk menunggu di luar, karena dokter jaga akan segera melakukan pemeriksaan. Sementara di luar, Keenan hanya bisa berdoa, berharap tak terjadi apa-apa pada istrinya.

Hingga hampir 30 menit kemudian, dokter jaga ke luar ruangan menemui Keenan, dan memintanya masuk.

“Ibu Jihan pingsan karena dehidrasi dan kurangnya pasokan oksigen dalam tubuhnya. Apa ini sering terjadi selama masa kehamilan?” tanya dokter pada Keenan dan juga Jihan yang sudah sadar.

Seketika mereka berpandangan, berusaha mencerna maksud dari ucapan dokter.

“Hamil, dok?” tanya Keenan memastikan pendengarannya tak keliru.

Dokter mengangguk. “Ibu Jihan sedang hamil. Untuk memeriksakan kondisi kandungannya terkait dengan pingsan yang tiba-tiba, sudah kami konfirmasikan dengan dokter spesialis kandungan. Sebentar lagi beliau datang. Biar diperiksa dulu, takutnya ada masalah dengan janinnya.”

Seketika Jihan menangis. Di satu sisi ia begitu bahagia, tapi di sisi lain ia seakan tak siap dengan kehamilannya dalam situasi seperti ini. Meski sebenarnya, ia begitu menantikan kehadiran sang buah hati.

Begitu juga dengan Keenan, yang seakan bahagia mendengar kabar kehamilan istrinya. Meski hatinya juga hancur, karena tak akan selalu bisa menemaninya. Dipeluknya istrinya itu, lalu berbisik lirih. “Kamu hamil, kita akan punya anak.”

Hingga saat mereka sedang dalam perjalanan pulang setelah Jihan selesai diperiksa dokter kandungan dan dibekali beberapa vitamin, Jihan maupun Keenan seakan sedang merasakan perasaan yang campur aduk. Jihan yang sedari tadi melamun, seolah bingung bagaimana seharusnya ia bersikap. Seharusnya ia bisa berbahagia, tapi ternyata tidak sepenuhnya merasakan hal itu. Begitu pun dengan Keenan, yang masih memikirkan kejadian semalam. Ia takut jika Jihan tahu akan hal ini, padahal ia sudah berjanji tak akan menyentuh Nayla.

“Semoga semalam tak membuat Nayla hamil,” batinnya penuh harap.

Berusaha menegarkan hati sang istri, Keenan melupakan sejenak permasalahannya. Digenggamnya tangan Jihan, seakan ingin memberikan kekuatan padanya. “Semua akan baik-baik saja, kita akan hidup bahagia,” ujarnya sembari mengelus perut istrinya itu, yang tengah mengandung 4 minggu.

Ya, berdasar pemeriksaan dokter, usia kandungan dihitung sejak hari pertama haid terakhir Jihan, yang menyebabkan meskipun usia pernikahannya belum ada 4 minggu, tapi usia janinnya sudah berusia 1 bulan.

Setibanya di rumah, Keenan segera bersiap menuju kantor, karena mendapat telepon dari asistennya. Tak hanya itu, Nayla juga menghubunginya agar ia segera kembali ke apartemennya sepulang kantor nanti, sesuai dengan perjanjian mereka. Selain itu, hari ini mereka akan kedatangan orang tua Nayla, jadi tak mungkin jika Keenan tak berada di sana.

“Ya sudah, nanti kamu langsung pulang saja ke apartemen Nayla. Aku sudah merasa lebih sehat kok,” tutur Jihan pelan.

“Aku akan mengirim asisten rumah tangga untuk menemanimu di sini, hari ini juga,” ucap Keenan, yang akhirnya ditolak oleh Jihan, karena ia lebih nyaman tanpa ditemani orang asing.

Merasa bersalah karena membawa Jihan berada di situasi sulit seperti ini, Keenan tak sanggup melihatnya. Dipeluknya lagi istri pertamanya itu begitu lama. Sedangkan Jihan pun hanya diam, memandang lurus ke depan dengan tatapan kosong.

***

Saat malam harinya, Jihan hanya bisa merenungi kesepian dirinya, bersandarkan jendela kamar. Dipandanginya bintang-bintang di langit yang tampak indah, sambil sesekali mengusap lembut perutnya. Sesekali juga ingatannya pada sang suami yang entah sedang apa di sana, bersama istrinya yang lain.

“Terima kasih sudah hadir, Nak, meskipun di waktu yang kurang tepat. Tapi Mama yakin, kehadiranmu adalah anugerah terindah yang Dia berikan, sebagai pelepas kesedihan Mama,” ucapnya sembari kembali mengusap lembut perutnya, tentunya juga dengan tetesan air mata yang sering kali keluar.

Beberapa hari berlalu, hingga minggu demi minggu silih berganti, Keenan terbiasa membagi waktunya bersama Jihan dan Nayla secara bergantian. 3 hari tinggal bersama Jihan, 4 hari menginap di apartemen Nayla, dan sebaliknya. Jihan yang sudah terbiasa pasrah dan ikhlas pun hanya bisa menjalani hari-harinya dengan berbagi suami.

Bahkan, ketika ia sangat membutuhkan Keenan berada di sampingnya, tapi jika sedang bukan jadwalnya ia bersama sang suami, mau tak mau ia harus melapangkan hatinya.

Hingga pada suatu siang, Jihan yang sedang sibuk di dapur, mendengar suara seseorang mengetuk pintu rumahnya. Ia lalu bergegas berjalan untuk membukakan pintu. Dilihatnya seorang wanita yang cantik dan elegan berdiri di hadapannya.

“Halo, aku Nayla,” sapa Nayla, menyodorkan tangannya, untuk menjabat tangan Jihan.

Dengan senyum tipisnya, Jihan menjabat tangan Nayla. “Jihan.”

“Boleh saya masuk?” tanya Nayla begitu sopan.

Jihan mengangguk, lalu mempersilakan Nayla masuk dan duduk di ruang tamu.

“Jihan, maaf jika saya mengganggu waktu kamu. Saya hanya ingin menunjukkan ini kepadamu," ujar Nayla, sembari memberikan amplop putih untuk Jihan.

Dengan ragu, Jihan menerimanya, lalu membuka perlahan amplop itu. Di dalamnya berisikan sebuah surat dan sebuah benda berbentuk seperti stick, yang ia tahu betul benda apa itu. Betapa hancur hatinya, ketika ia membaca isi surat dalam amplop tersebut, juga saat mengamati tanda yang tertera pada benda kecil tersebut.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!