Bab 18

Setelah naik ke lantai unit Keenan, mereka langsung masuk dan disambut oleh Ruby.

Selayaknya teman lama yang baru bertemu, mereka saling berpelukan.

“Ale, ayo sini aku punya banyak mainan,” ajak Ruby menarik tangan Ale.

“Eh, perkenalkan dulu, ini sus Riana, yang mengasuhku sejak bayi sampai sekarang,” lanjut Ruby saat mereka bertemu dengan Suster Riana.

Ale dengan sopan mencium tangan sus Riana, dan memperkenalkan dirinya. Ia lalu melepaskan tas ranselnya, dan ikut bermain di kamar Ruby yang besar, disusul oleh Keenan. Sementara Keenan terus memperhatikan Ale yang seakan masih takjub pada apa yang dilihatnya.

Ale terus memandangi setiap sudut tempat tinggal Ruby itu. Tak berhenti kagum, setiap detik ia memuji kemewahan yang dilihatnya. Sesekali ia juga merasa iri dalam hatinya, pada Ruby yang bisa tidur nyenyak dengan AC yang dingin. Yang tak kalah membuat ia iri adalah karena Ruby punya mama dan papa, juga suster yang menjaganya.

Hanya diam, Ale tak banyak bicara. Hanya matanya yang seolah berkomunikasi dengan hatinya. Hingga Ruby menanyakannya, apakah Ale juga memiliki mainan sebanyak yang ia punya.

“Aku tidak mau merepotkan mamaku, dia sudah bekerja keras untukku. Kalau sedang dapat bonus dari Bunda Inka, mama biasanya akan membelikanku mainan. Tapi ya hanya sedikit dan murah, tidak sebanyak punya kamu yang sepertinya mahal. Biar pun begitu, mamaku selalu mengajakku bermain, walaupun hanya ke pasar malam naik bianglala dan wahana lain,” jawab Ale polos.

Kembali menelan ludahnya, Keenan hanya terdiam, seolah sedang berusaha menahan air matanya agar tak terjatuh.

Ruby lalu mengajak Ale untuk berenang sore nanti. Ale dengan bersemangat mengiyakan ajakan Ruby, meski ia tak bisa berenang. Ia juga sedikit kecewa karena tak mempunyai baju renang.

“Pakai punyaku saja, aku punya banyak,” tawar Ruby.

Mereka lalu melanjutkan permainan mereka.

Tak lama, Nayla masuk ke dalam kamar dan menyapa Ale. “Halo, Ale. Apa kabar? Mamamu tidak ikut?”

Ale menggeleng, lalu menghampiri Nayla dan mencium tangannya. “Tidak, Tante. Ale baik.”

"Itu mamaku," cetus Ruby.

Nayla kemudian mengajak Ale dan Ruby juga Keenan untuk makan siang bersama, karena ia sudah menyiapkan makanan yang sangat spesial. Ia lalu menggandeng tangan Ruby dan Ale. Tak lupa, Ale mengucapkan terima kasihnya terlebih dulu pada Nayla.

Keenan begitu kagum pada didikan Jihan, karena Ale memiliki attitude yang sangat baik, saat berhadapan dengan siapa pun.

Saat di meja makan, Ale kembali dibuat terkejut dengan hidangan yang disajikan di atas meja oval yang panjang.

Nayla menawarkan pada Ale, bahwa bocah itu bebas mengambil lauk mana pun yang ia mau. Nayla juga mempersilakan Ale untuk makan sebanyak mungkin, karena nanti sore mereka akan berenang. Ia lalu mengambilkan piring dan nasi, kemudian menyodorkannya pada Ale.

Masih diam, bola mata Ale tak berhenti memandangi seluruh makanan yang tersajikan, seakan ia butuh waktu untuk berpikir mau makan yang mana saja.

“Ale, suka yang mana?” tanya Keenan lirih, membantu Ale mengambilkan makanan yang Ale mau.

“Ayam dan sayur yang itu saja, Om,” jawab Ale polos.

Nayla kemudian meminta Ale untuk kembali memilih menu, tak hanya dua itu saja, karena masih banyak menu yang lainnya. "Tante yakin Ale belum pernah mencoba semua makanan-makanan ini. Ayo, dicicipi."

“Tidak, Tante, terima kasih. Ale rasa dua itu sudah cukup. Kata mama, tidak boleh makan berlebihan, apalagi di rumah orang lain,” jawabnya polos, membuat Keenan semakin bangga pada anaknya itu.

Nayla hanya diam mendengar jawaban Ale yang dirasa sok bijak itu. Ia lalu menawarkan Ale untuk tidur siang bersama Ruby, sebelum mereka berenang nanti sore. Nayla juga menceritakan beberapa kelebihan Ruby yang sudah jago berenang dan bermain piano karena ikut les.

“Ale, bisa renang? Kalau Ale juga bisa bermain piano, itu ada, bisa Ale mainkan,” tawar Nayla.

Sembari mengunyah makanannya, Ale menggeleng pelan.

"Kenapa tidak minta sama mama Ale, untuk ikut les? Minta ya sama mama, biar Ale bisa banyak hal," ujar Nayla sok memberikan sarannya.

Ale dengan sopan menolaknya dan mengatakan bahwa ia tak punya uang untuk membayar les. Ia juga tak ingin merepotkan mamanya dengan meminta uang untuk itu karena ia menyadari kehidupannya tidak seperti Ruby. "Ale bukan anak orang kaya, Tante."

Ucapan Ale sungguh mengiris hati Keenan yang sedari tadi memandang Nayla dengan tajam, seakan sudah siap ingin menyemprotnya.

***

Hingga saat malam hari, Jihan yang sudah menghubungi Keenan agar segera mengantarkan Ale pulang, tak berhenti mencemaskan anak lelakinya itu.

Lalu tak lama, mobil Keenan berhenti di depan rumah Jihan. Jihan yang sedari tadi berdiri di halaman rumahnya, segera menghampiri mereka. Ia lalu meminta Ale masuk ke dalam dan segera mencuci kaki dan tangannya.

Tak mengucapkan apa pun pada Keenan, Jihan membalikkan badannya untuk ikut masuk ke dalam rumah, tapi Keenan dengan cepat menahan tangannya.

“Jihan,” panggilnya lirih.

Jihan menepis tangan Keenan untuk melepaskan tangannya.

“Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih sudah mendidik Ale dengan baik, juga untuk hari ini, karena sudah mengizinkan Ale main bersama Ruby,” lanjut Keenan.

Tak menjawab apa pun, Jihan kembali membalikkan badannya lalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Keenan.

Ia lalu mengajak Ale tidur ke kamar, setelah bocah itu keluar dari kamar mandi.

“Tadi main apa saja di sana, seru ya?” tanya Jihan, yang selalu melakukan pillow talk dengan anaknya sebelum tidur.

Menjawabnya dengan jawaban singkat dan malas-malasan, Ale bersikap tak seperti biasanya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Al Vian

Al Vian

lanjut Thor

2024-03-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!