Selama perjalanan aku hanya terdiam, karena mengingat Marvin dan Sheila. Ah.. Mood ku kembali turun, semakin banyak pertanyaan di dalam kepala ku.
"Rey, Reyna... Woi", teriak Davin memanggilku
"Apa?", jawabku singkat
"Diem mulu, kenapa sih?", tanya nya
"Pengan aja, emang kenapa?", tanya ku balik
"Ya gpp sih", ucapnya
"Dih, udh deh fokus aja nyetir", titah ku
Davin pun kembali diam dan fokus menyetir, setelah beberapa lama, akhirnya kami berdua sampai di rumah.
"Duluan aja masuk ke rumah, aku simpen motor", ucapnya dan hanya ku balas dengan anggukan kepala lalu berjalan ke arah pintu
"Oh iya, belanjaan mama simpen aja di sofa", teriaknya dan pergi untuk menyimpan motor.
Aku berjalan memasuki rumah, setelah masuk tak lupa aku menyimpan belanjaan mama Iren di atas sofa, seperti apa yang di perintahkan Davin.
Karena mood ku turun lagi, aku menjadi merasa sangat lelah dan memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar, aku langsung membersihkan badanku, berganti pakaian, lalu merebahkan diriku ke atas kasur sambil menatap langit-langit kamar.
"Apa Marvin mulai buka hati buat Sheila ya?", ucapku dengan nada lirih setelah itu aku mencoba untuk memejamkan mataku. Namun...
*Tok tok tok
"Rey, tidur?", panggil Davin dari depan pintu
"Belum, masuk aja ga di kunci", ucapku dari dalam kamar
*Ceklek...
Aku melihat ke arah Davin yang sedang berjalan mendekati ku, lalu ia pun duduk di samping kasur.
"Coba duduk dulu Rey", titahnya dan aku pun langsung duduk menghadap padanya
"Ada apa sih?", tanyaku dengan ekspresi keheranan
"Tutup mata deh", titahnya lagi
"Dih mau ngapain, gamau nanti kamu aneh-aneh kan?",
"Apaan si, negatif bener pikiran nya udah cepet nurut aja", paksanya
"Iya, awas kalau aneh-aneh, aku bilangin mama", ancam ku padanya, lalu menutup mataku.
Setelah menutup mata, aku merasakan Davin sedang memasangkan sesuatu pada leherku. Aku pun membuka mataku lalu menyentuh dan melihat benda yang terpasang di leherku.
"Kalung? Apaan nih tiba-tiba?", tanyaku semakin keheranan dengan sikapnya
"Iya kalung, gpp sih tadi lihat di toko aksesoris kayak nya cocok sama jepit rambut yang kamu beli", jelasnya
"Boong, gak percaya, ayo kasih tau cepet kenapa tiba-tiba kasih hadiah?!
Dia menarik nafas panjang, lalu menatap ke arahku dan berkata..
"Aku tau kamu sekarang lagi sedih, bingung, dan cemburu iya kan? Aku cuma mau hibur kamu, kalau mau cerita ada aku, tapi kalau emang belum mau cerita gpp aku ga maksa kok", ucapnya dengan nada lembut
*Deg hati ku tiba-tiba berdetak dengan kencang. Mendengar perkataan Davin, hanya bisa membuatku terdiam sambil menatapnya.
"Eh sebentar aku ke bawah dulu", ucap Davin lalu pergi ke luar kamar
Setelah 5 menit, Davin kembali dengan membawa banyak sekali cemilan dan ice cream di tangannya.
"Nih, takutnya kamu males ke bawah buat makan, ada ice cream juga nih", ucapnya sambil menyimpan semua cemilan tersebut ke atas kasurku.
"Perhatian amat deh", ucapku sambil tersenyum ke padanya
"Makasih ya, nanti aku cerita sama kamu", ucapku lagi
"iya, sekarang istirahat aja pasti tadi cape banget, aku keluar ya", ucapnya lalu keluar kamar sambil menutup pintuku.
Setelah melihat Davin pergi, seketika aku merasa wajahku memanas. Ih apaan nih? Emang boleh seperhatian ini? Emang boleh?
Mood ku menjadi lebih baik karena perlakuan Davin, dan hatiku pun masih berdetak dengan kencang. Perhatian nya mengalihkan perasaanku tentang Marvin.
...----------------...
...POV Davin...
...----------------...
Setelah menyimpan motor, aku langsung menuju ke kamar ku, lalu duduk di atas kasur. Aku mengambil dan menatap sebuah barang yang aku beli sebelumnya.
"kasih sekarang gak ya?gimana kalau dia nolak? Gimana kalau dia sadar aku suka?aduhh jadi bingung gini..", Batinku dengan hati yang berdetak kencang
Saat di mall tadi, sebenarnya aku membelikan Rey kalung. Aku ingin menghiburnya, tapi aku sendiri malah takut untuk memberikannya.
Setelah beberapa lama memikirkan nya, akhirnya aku memutuskan untuk memberikannya sekarang.
Aku berjalan menuju kamar Reyna, untuk mengetuk pintunya saja jantung ku rasanya sudah akan meledak. Tapi aku tidak bisa mengurungkan niatku begitu saja bukan, harus LAKI! dong.
*Toktoktok..
"Rey, tidur?", panggilku
"Belum, masuk aja ga di kunci", jawabnya dari dalam kamar
*Ceklek...
Aku melihat ke arah Rey yang sedang berjalan merebahkan dirinya di atas kasur
"Coba duduk dulu Rey", titahku padanya
"Ada apa sih?", tanyanya sambil memasang wajah keheranan.
"Sial, gitu doang gemesin heran", batinku
"Tutup mata deh", titah ku padanya
"Dih mau ngapain, gamau nanti kamu aneh-aneh kan?",
"Apaan si, negatif bener pikiran nya udah cepet nurut aja", Paksaku
"Iya, awas kalau aneh-aneh, aku bilangin mama", ancaman nya padaku, lalu ia pun menutup matanya.
Setelah melihat nya menutup mata, aku langsung mengeluarkan kalung yang aku beli untuknya.
Aku menatap wajah nya.. "Cantik banget buset ini bidadari dari mana deh? Mana ini jantung deg deg an nya udah kayak ketemu malaikat pencabut nyawa, moga aja Rey ga denger dag dig dug ser nya", batinku lalu cepat-cepat memasangkan kalung tersebut di lehernya.
Setelah terpasang, ia membuka matanya lalu menyentuh kalung yang aku berikan dan melihatnya.
"Kalung? Apaan nih tiba-tiba?", tanyanya
"Iya kalung, gpp sih tadi lihat di toko aksesoris kayak nya cocok sama jepit rambut yang kamu beli", jelas ku padanya
"Boong, gak percaya, ayo kasih tau cepet kenapa tiba-tiba kasih hadiah?!", tanya nya lagi
Aku menarik nafas panjang, lalu menatapnya.
"Aku tau kamu sekarang lagi sedih, bingung, dan cemburu iya kan? Aku cuma mau hibur kamu, kalau mau cerita ada aku, tapi kalau emang belum mau cerita gpp aku ga maksa kok", ucapku dengan nada yang ku usahakan agar terdengar lembut di telinganya.
Setelah mengatakan itu, Rey hanya terdiam sambil menatapku.
"Eh sebentar aku ke bawah dulu", ucapku lalu pergi ke dapur
Saat tiba di dapur aku langsung berjongkok di balik meja makan, selain jantung ku yang gak aman, ternyata kaki ku juga, lemes coy ini elahh...
Aku mengambil segelas air dan meminumnya "ayo Davin pasti bisa Davin", aku menenangkan diriku sendiri. Setelah sedikit tenang, aku mengambil cemilan dan ice cream untuk kuberikan lagi pada Reyna, lalu aku kembali ke kamarnya.
"Nih, takutnya kamu males ke bawah buat makan, ada ice cream juga nih", ucapku sambil menyimpan semua cemilan tersebut ke atas kasurnya
"Perhatian amat deh", ucapnya sambil tersenyum ke pada ku.
"Makasih ya, nanti aku cerita sama kamu", ucapnya lagi
"iya, sekarang istirahat aja pasti tadi cape banget, aku keluar ya", ucapku lalu keluar kamar sambil menutup pintu.
Setelah memastikan pintu nya tertutup rapat, aku langsung berlari ke kamarku, tak lupa ku kunci pintunya.
"Berhasil berhasil berhasil hore!", ucapku dengan suara yang sangat pelan.
Aku naik ke atas kasur dan berbaring, mengambil bantal untuk menutupi wajahku.
"Sial sial sial, deg deg an banget woi? Ke lihat aneh gak ya?", Batinku
Aku melempar bantalku ke sembarang arah, dan menggulingkan badanku ke arah kanan dan kiri.
"Stop Davin! Apaan ini, aku sampai berguling-guling seperti ini?! Ayo kita tidur! Harus tidur! Tapi bisa tidur gak ya?! Bisa lah? Pokoknya ayo tidur!", aku berbicara pada diriku sendiri di kamar.
Aku pun mencoba untuk memejamkan mataku, tapi sulit sekali untuk tertidur saking senangnya aku hanya karena bisa memberi perhatian ku pada Reyna.
Setelah mencoba berbagai cara agar aku mengantuk, akhirnya aku bisa tidur pada pukul 2 pagi hari...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments