"Jangan tinggalkan ayah nak!"Terdengar suara Anton meringis mengucapkan kalimat itu berulangkali.
Dea yang tampak sedang menggendong Rafa pun langsung bergegas menuju sang suami yang terus terdengar mengigo mengucapkan nama sang anak hasil pernikahannya dengan Rita.
"Mas bangun!" Terdengar Dea membangunkan sang suami.
Beberapa kali membangunkan sang suami, Namun Anton tak bangun jua sehingga Dea pun menggerak-gerakkan tubuh sang suami hingga pada akhirnya Anton pun terbangun.
"Rita dimana?" Tanya Anton tiba-tiba.
"Segitu cintanya mas Anton pada mbak Rita ya! Mas lagi disini saja masih cari mbak Rita!" De tampak cemburu.
"Aku serius De, Jangan buat aku emosi deh!" Anton tampak kebingungan karena tak melihat Rita disana.
"Iya mana ada mbak Rita disini mas, Tadi itu habis menemani aku masak didapur mas ketiduran sampai mengigo!" Dea tampak kesal karea Anton terus mencari Rita bukan dirinya.
"Jadi semua itu hanya mimpi! Mimpi aku tadi terasa kayak nyata sekali! Aku benar-benar nggak sanggup kehilangan anak-anakku!"Anton tampak lega karena semu itu hanyalah mimpinya.
"Seandainya semua di mimpi itu aku dan Rafa bagaimana?" Tanya Dea yang terbakar api cemburu.
"Rita itu isteri pertamaku, Dia yang pertama mengisi dihidupku! Jadi nggak mungkin sama denganmu, Walau status Rita denganmu sama-sama isteriku!" Ucap Anton dengan bangganya.
"Aku sadar mas aku hanya isteri simpanan mas, Tetapi tidak adakah ruang untuk aku dan Rafa sedikit dihatimu!" Dea terdengar memberontak.
"Rafa itu juga anakku jadi status Rafa sama dengan Ciko," Ucap Anton.
"Iya sama tetapi berbeda dimata hukum!"
"De, Berapa kali aku katakan, Tolong mengerti aku!"
"Aku sudah berusaha untuk sabar mas, Bahkan aku selalu mengalah tetapi kamu seakan tak pernah menganggap kehadiranku!"
"Kamu maunya apa sih De, Kamu mau mengakhiri semuanya begitu!"
"Asal mas tahu ya, Aku bertahan selama ini hanya karena Rafa nggak lebih!"
"Sekarang kamu bicara seperti itu, Dulu kenapa kamu bodoh.......mau-maunya terima aku padahal kamu tahu status aku waktu itu!".
"Iya mas aku emang bodoh karena telah dibodohi kamu!"
"De, Sudahlah terima saja semuanya!"
"Gampang ya mas kamu bicara seperti itu!"
"Terus apa mau kamu sekarang!".
Keduanya terus menerus berdebat, Akibat perdebatan itu Anton berlaku kasar pada Dea. Seketika Anton memukuli Dea sampai Dea terjatuh di lantai.
Bruk.........Terdengar tubuh Dea jatuh dilantai. Setelah Dea sempat terjatuh dari lantai, Dea tiba-tiba pingsan.
"De, Bangun!" Anton tampak menepuk wajah Dea.
Berbagai macam cara dilakukan Anton untuk menyadarkan Dea tetapi Dea tak sadar juga. Anton tampak panik karena Dea tak jua sadarkan diri sehingga terpaksa Anton menginap malam itu sampai kondisi Dea pulih.
Disaat sang mama pingsan, Baby Rafa tampak terbangun lalu menangis. Anton berusaha menenangkan sang anak namun bayi mungil itu terus saja menangis. Anton mulai bingung, Pria yang berprofesi sebagai TNI itu kehabisan akal untuk menenangkan sang anak.
Ketika baby Rafa tampak masih menangis, Tiba-tiba ponsel Anton berdering.
Drttttttt..........
Drtttttttttt.......
Terdengar ponsel Anton berbunyi. Mendengar suara ponsel itu berdering, Anton segera mengambil benda pipih miliknya disaku celananya. Anton menatap kelayar ponselnya ternyata Rita yang menghubunginya.
Lalu dengan sedikit keberanian, Anton pun mengangkat panggilan itu.
"Mas lagi dimana? Sudah larut malam begini kok nggak pulang-pulang!" Terdengar suara Rita dari seberang sana.
"Sayang malam ini mas nggak pulang! Ada kerusuhan diwilayah selatan!" Dusta Anton pada isterinya.
Disaat Anton masih menelpon dengan Rita, Tiba-tiba baby Rafa kembali menangis dengan sangat kencang.
"Mas, Kok kayak ada suara bayi disitu! Mas nggak sedang menyembunyikan sesuatu kan!" Ucap Rita dari seberang sana.
"Iya sayang, banyak bayi disini yang menangis akibat kerusuhan itu!" Anton berusaha ngeles.
"Ya sudah deh, Mas hati-hati ya disana!" Ucap Rita kembali dari seberang sana.
Setelah itu panggilan pun terputus. Setelah panggilan itu terputus, Suara tangisan Rafa semakin keras saja sampai-sampai ada tetangga yang memanggil diluar akibat kerasnya suara tangis bayi mungil itu.
Akhirnya Anton dengan terpaksa mencampurkan obat tidur pada susu yang dibuatkan untuk Rafa agar bayi mungil itu tenang.
"Maafkan ayah sayang, Terpaksa ayah harus memberimu obat tidur agar kamu tenang!" Anton langsung memberikan susu yang telah dibuat itu pada baby mungil itu hingga lama kelamaan bayi keci itu pun tertidur.
Setelah bayi itu tertidur, Anton pun mengobati luka memar diwajah Dea.
"Sayang, Maafkan aku harus berlaku kasar padamu! Coba saja kamu nggak memberontak, Semua ini nggak akan terjadi!" Anton merasa bersalah karena telah membuat sang isteri babak belur.
Anton mengobati luka memar diwajah isterinya itu dengan perlahan-lahan.
"Kamu itu sebenarnya cantik sayang, Tetapi maafkan aku karena Rita tetaplah yang pertama bagiku!" Ucap Anton sembari menatap wajah cantik isterinya itu.
Ketika sedang menatap wajah cantik sang isteri, Dea pun akhirnya membuka matanya perlahan-lahan. Ketika membuka mata, Dea melihat Anton ada didekatnya.
"Mas, Wajahku perih sekali!" Ucap Dea.
" Kamu istirahat saja, Lukamu belum kering!"
"Memang apa yang terjadi mas?"
"Kamu tiba-tiba pingsan setelah perdebatan itu!"
"Oh iya, Mas nggak pulang malam ini!"
"Nggak, Mas menginap disini malam ini!"
"Benar mas mau menginap!"
"Iya, Kamu istirahat gih!"
Setelah itu Dea pun akhirnya tertidur dipelukan suaminya itu. Dea terlihat sedikit manja dengan suaminya karena luka di beberapa bagian tubuhnya masih belum kering. Meski kerap diperlakukan kasar oleh sang suami, Dea tak pernah dendam maupun benci pada suaminya itu.
Akibat dari sakit yang di alami Dea itu, Anton terpaksa harus menginap beberapa hari disana sampai Dea benar-benar sembuh. Anton terus menerus mencari alasan agar Rita tidak mencurigainya karena Anton tak pulang-pulang.
Pagi itu ketika Anton hendak berangkat kerja, Dea memasakkan makanan untuknya.
"Sayang, Masak apa sih baunya sampai keluar!" Anton tampak memeluk sang isteri dari belakang.
"Hanya nasi goreng saja mas, Tetapi nasi gorengnya dibuat dengan cinta!" Ucapan Dea terdengar manja.
"Oh iya sayang, Bukannya usia Rafa sudah sebulan lebih sekarang!"
"Iya mas, Besok pagi antarkan aku bawa Rafa posyandu! Mas bisa kan!" Pinta Dea.
" Bisa sayang,"
"Oh iya, Kalau Rafa sudah sebulan berarti kamu sudah nifas dong!" Ucap Anton tiba-tiba.
"Sudah mas, "
"Ya sudah, Kamu dandan rapi tunggu mas nanti malam ya!"
"Iya mas, Nanti malam aku dandan spesial buat kamu!"
"Ya sudah, Mas berangkat kerja dulu nanti telat lagi!"
Setelah itu Dea pun menyiapkan bekal sarapan untuk sang suami lalu mengantarkannya ke depan pintu.
"Mas hati-hati ya! Aku tunggu lo nanti malam!" Ucap Dea seraya mencium tangan suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments