Bab 16

"Baiklah Dona, thanks informasinya. Mungkin besok aku akan mulai bekerja kembali." Ucap Brianna di penghujung panggilannya. Brianna pun memutus panggilannya setelah Dona mengucapkan salam perpisahan.

Brianna duduk termenung di atas sofa sembari menyandarkan tubuhnya. Ia memejamkan matanya dan berusaha untuk mencerna semua peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini.

'Aku harus memulai kehidupanku lagi seperti dulu. Ya, langkah pertamaku akan dimulai besok. Aku akan kembali ke perusahaan.' Gumamnya.

Brianna merasa semuanya sudah cukup berantakan semenjak kematian orang tuanya. Ditambah lagi fakta mengenai kakaknya- Jeffrey membuat dirinya sangat terkejut. Ia tak menyangka sosok kakak yang sangat ia banggakan, kini terjebak dengan dunia gelap. Hidupnya sudah kacau karena ketergantungan dengan narkoba bahkan ia berurusan dengan seorang mafia.

Kini Brianna tak memiliki tempat berlindung lagi. Kakaknya sudah tak bisa di percaya karena secara terang-terangan, Jeffrey melakukan penawaran berupa dirinya kepada sang pengusaha multinasional, Allard Leonardo Smirnov. Saat otak Brianna bergemul dengan berbagai pikiran, tiba-tiba saja pintu mansion terbuka sangat kencang.

BRAAAK

Brianna terkejut dan menoleh ke belakang.

"DIMANA JEFFREY?!" Ucap seorang pria berbadan besar, tinggi dan kepalanya yang pelontos.

Ada sekitar tiga orang yang masuk ke dalam mansion menggunakan pakaian serba hitam dan masing-masing membawa senjata berupa tongkat kayu serta senjata api.

"SIAPA KALIAN?" Teriak Brianna yang terlonjak kaget. Brianna sampai melompat ke arah belakang sofa hingga ponselnya terlempar entah kemana.

"Wah kau adik Jeffrey? Cantik dan sexy juga ternyata." Sahut salah satu pria yang lainnya.

"Mau apa kalian? PAMAAAN.. PAMAAAN!!!" Teriak Brianna memanggil security.

"Percuma. Mereka tak akan datang karena mereka sudah babak belur di depan." Jawab pria yang lainnya.

"HEI SIAPA KALIAN?!" Beberapa pelayan wanita di mansion muncul setelah mendengar teriakan Brianna.

"Bibiii.." Pekik Brianna lalu berlari menuju ke arah pelayan tersebut. Tapi sebelum Brianna melangkahkan kakinya, salah satu pria itu menarik rambut Brianna dengan kasar.

'"Aaaakhhhh.." Pekik Brianna.

"Kau mau kemana? Kau akan menjadi jaminan untuk kakak brengsekmu itu. Dia sudah mengacaukan bisnis kami dengan membawa uang hasil penjualan narkobanya." Jawab seorang pria yang berambut panjang.

"Apa maksud kalian?!" Tanya Brianna dengan kedu tangan menahan tangan pria tersebut yang masih menjambak rambut Brianna karena Brianna masih terus berusaha untuk melepaskan diri.

"Mungkin saja jika kami membawamu, maka Jeffrey akan membayar semua ganti ruginya." Jawabnya.

"Tolong... Lepaskan aku. Kau tak akan mendapatkan apa-apa jika membawaku karena ia sudah tidak peduli padaku lagi." Brianna memohon sambil terisak. Ia sangat ketakutan hingga tetesan air matanya kini membasahi wajahnya.

"Tolong lepaskan nona Anna, Tuan." Ucap seorang pelayan memohon kepada para pria tersebut.

"Kau jangan ikut campur!" Teriak pria tersebut sambil mengangkat senjata apinya untuk menakut-nakuti saja. "Kalian lebih baik masuk ke dalam kamar kalian dan ingat jangan menghubungi polisi atau siapapaun! Jika kalian berani melakukan hal itu maka nyawa kalian taruhannya!" Ancam pria yang masih menjabak rambut Brianna.

Para pelayan itupun berlari dengan ketakutan menuju kamarnya yang ada di belakang. Salah satu pelayan melihat ponsel Brianna yang tergelatak di dekat meja bar. Dengan sangat hati-hati ia mengambil ponsel itu lalu membawanya tanpa diketahui oleh para penjahat itu.

"Apa yang akan kita lakukan dengan wanita ini?" tanya pria tersebut.

"Kita akan menjadikannya jaminan, tapi sepertinya sayang jika kita melewatkan tubuhnya." Jawab pria yang satunya.

Brianna yang mendengar hal itu pun panik dan dengan cepat ia menarik tangan pria tersebut dan menggigitnya sampai berdarah. Brianna membalikkan tubuhnya lalu menendang kejantanan pria tersebut dengan sangat kencang.

Seketika pria itu terjatuh di lantai dan berteriak kesakitan. Brianna pun menjadikan kesempatan itu untuk berlari. Tetapi pria yang satunya menendang perut Brianna dengan sangat kencang. Seketika tubuh Brianna ambruk di atas lantai dengan darah yang keluar dari mulutnya.

"Kau dasar jalang! Berani bermain-main dengan kami!" Umpat salah satu pria yang lainnya.

"To.. tolong lepaskan aku." Ucap Brianna dengan suara lirih dan hampir tidak terdengar.

"Hei lebih baik sekarang kita ikat dia terlebih dahulu lalu hubungi Jeffrey dan ancam dia." ucap pria yang tadi di gigit tangannya oleh Brianna.

"Bagaimana jika bermain-main terlebih dahulu dengan tubuhnya? Aku sudah tidak kuat karena melihat tubuhnya yang molek itu." Sahut pria yang lainnya.

"Lebih baik kita mencari tali." Ucap pria yang tadi menendang Brianna.

"Hei lebih baik bawa dia ke kamar terlebih dahulu. Akan lebih nikmat jika kita bercinta di atas ranjang empuk."

Ketiga pria itu masih saja berdebat hingga mereka tak menyadari bahwa Brianna sudah beranjak duduk dengan sisa tenaga yang masih tersisa.

Brianna memanfaatkan kelengahan ketiga pria itu untuk berlari dari cengkraman mereka. Brianna berusaha sekuat tenaga untuk berlari meskipun langkahnya terseok-seok. Brianna berlari menuju pintu samping sambil memegangi perutnya yang sakit.

"SHIT! kejar dia!"

Ketiga pria itu pun langsung mengejar Brianna. Dan salah satu dari mereka berhasil menendang punggung Brianna hingga ia jatuh tersungkur dan keningnya mengenai meja kayu yang berada di beranda samping mansion dengan sangat keras.

"Aaaakhhhh...." Brianna berteriak kesakitan dan darah segar mengalir deras dari keningnya hingga darah menutupi sebagian wajahnya.

Sementara itu di kamar belakang, para pelayan berkumpul di dalam sana. Dan tiba-tiba saja ponsel Brianna berdering.

"Angkat saja. Nona Anna butuh bantuan segera." Ucap pelayan yang juga mendengar dering ponsel Brianna.

Akhirnya pelayan yang memegang ponsel Brianna pun mengangkat panggilan tersebut.

"Halo sayang, aunty baru saja tiba di mansion anak aunty. Kau sedang apa? Belum apa-apa aunty sudah merindukanmu." Ucap wanita di sebrang sana.

"Nyo.. nyonya tolong kami. Tolong majikan kami. Ada tiga orang pria penjahat memasuki mansion dan menghajar nona Anna. Kami tak bisa berbuat apa-apa karena kami takut." Ucap pelayan tersebut dengan isakan tangis.

"APA?! Kalian tunggu di sana dan awasi situasi. Aku akan membantu kalian."

Panggilan pun diputus secara sepihak oleh wanita tadi dan para pelayan sedikit lega karena sebentar lagi bala bantuan akan tiba.

"ALLARD!!" Belinda memanggil Allard dengan cara berteriak karena ia benar-benar panik saat itu.

"Ada apa mom?" Tanya Allard yang kebetulan akan pergi bertemu sahabatnya.

"Al, mommy butuh bantuanmu. Wanita yang tadi mommy ceritakan dia sedang di hajar oleh beberapa penjahat yang masuk ke mansionnya. Tolong datang kesana Al. Mommy sudah mengirimkan alamatnya."

"Tapi.."

"CEPAT AL! Bawa semua anak buah terbaikmu!"

Allard pun tak bisa membantah ucapan sang ibu. Selain karena itu, entah kenapa hatinya juga tergerak untuk menolong wanita yang Allard juga belum tahu siapa sebenarnya wanita itu. Allard pun melajukan mobilnya dengan sangat cepat menuju alamat yang diberikan oleh ibunya.

*

*

Di beranda samping terlihat ketiga pria itu masih saja mendebatkan wanita yang sudah terkapar di atas lantai dingin.

"Shit! kenapa kau menendangnya? Diwajahnya jadi banyak darah dan itu menghilangkan wajah cantiknya!" Ujar seorang pria sembari membalikkan tubuh Brianna dan melihat Brianna sudah tak sadarkan diri.

"Hei ini lebih dramatis. Jeffrey akan iba dan mungkin saja dia akan datang kepada bos dan membayar semuanya." Sahut pria yang menendang tubuh Brianna.

"Apa dia mati?"

Pria yang tadi menendang Brianna pun memeriksa denyut nadinya. "Tidak. Akan sia-sia usaha kita jika dia mati. Aku tak ingin bercinta dengan mayat, tapi aku juga tak ingin bercinta dengan wanita penuh darah seperti itu."

"Hei apakah di otakmu isinya hanya seks saja? Pikirkan juga strategi untuk membawa Jeffrey melalui wanita ini!" Sahut pria yang satunya.

"Ka.. kalian tak akan pernah bisa memakai tubuhku brengsek." Ucap Brianna pelan dengan darah yang masih terus keluar dari keningnya.

"Kau terlalu banyak bicara jalang! Akan ku buat kau babak belur hingga kau tak akan bisa berbicara lagi selain hanya desahan yang keluar dari mulutmu bitch!!" Umpat pria tersebut yang sudah tersulut emosinya. Ia menendangi tubuh Brianna bertubi-tubi tanpa ampun bahkan memukulinya dengan tongkat kayu yang mereka bawa.

Hingga akhirnya tiba-tiba seorang pria dengan kemeja putihnya muncul di belakang ketiga pria yang menghajar Brianna. Sebenarnya awalnya Allard terkejut karena ia mengenali alamat mansion yang diberikan oleh Belinda. Allard berusaha berpositif thingking. Tapi pikiran baiknya itu melayang seketika saat GPS di ponselnya yang dihubungkan dengan layar di mobilnya mengarahkan ia ke mansion Brianna.

TBC..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!