Bab 6

“Aku harus mendapatkan uang itu. Ya, aku harus mendapatkannya.” Ucap seseorang yang berbicara dengan dirinya sendiri di depan cermin. “Aku harus meyakinkan mommy agar aku bisa mendapatkannya.”

Jeffrey bermonolog dengan tatapan yang tak bisa ditebak. Ia sangat menginginkan uang asuransi tersebut. Jeffrey akan melakukan segala cara untuk bisa mendapatkan uangnya. Jeffrey memang sudah kehilangan akal pikirnya. Apalagi ia baru saja mendapatkan kabar bahwa uang asuransi sang Daddy sudah berhasil di klaim oleh Emilia.

Jeffrey bergegas akan mendatangi Emilia hari ini juga. Ia pun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga jarak dari apartemennya ke mansion tidak memakan waktu lama.

Mungkin keberuntungan sedang berpihak pada Jeffrey. Pasalnya hari ini Brianna tak ada di mansion dan itu bisa memudahkan Jeffrey untuk melancarkan aksinya. Ia masuk ke dalam mansion dan sedang mengamati situasi dan kondisi disekitarnya. Mansion nampak sepi, senyum iblisnya tersungging di wajah tampannya.

Tidak menunggu lama Jeffrey pun masuk ke dalam kamar Emilia dan membuka semua lemari yang ada di sana. Ia mengecek seluruh ruangan tanpa ada yang tersisa.

“Apa yang kau lakukan Jeff?” Tanya Emilia yang tiba-tiba saja sudah berada di dalam kamarnya.

Sontak Jeffrey terkejut lalu membalikkan tubuhnya menghadap Emilia.

“Ha-hai Mom.” Sapa Jeffrey dengan terbata-bata.

“Apa yang kau lakukan?!” tanya Emilia lagi dengan nada yang ditinggikan.

“Well, karena mommy sudah memergokiku aku akan jujur saja. Dimana mommy menyimpan uang asuransi Daddy?” Tanya Jeffrey yang berjalan mendekat ke arah Emilia dengan tatapan tajam dan senyum smirknya.

“Mommy tak akan memberikannya padamu Jeffrey!” Jawab Emilia dengan tegas.

“Oh come on Mom. Kau tega padaku? Aku sangat membutuhkannya saat ini. Kau tega melihat perusahaan anakmu bangkrut begitu saja?” Tanya Jeffrey dengan raut wajah memohon.

“Mommy tahu Jeff. Mommy tahu kemana semua uang-uangmu pergi.” Sahut Emilia dengan dingin.

“Apa maksud Mommy?”

“Mommy tahu kau memakai narkoba Jeff. Dan semua uang yang Daddy berikan padamu, bahkan semua uang milikmu kau gunakan untuk membeli barang itu! Kau kira Mommy dan Daddy tidak tahu? Kami tahu yang sebenarnya Jeffrey!!” Teriak Emilia tepat di depan wajah Jeffrey.

“Aaaaarrrrgghhh!!!!!!”

BRAAAKK

Jeffrey berteriak sambil melempar lampu tidur yang berada di atas meja nakas di samping tubuhnya.

“AKU BUTUH UANGNYA SEKARANG MOM!!!! JIKA TIDAK MAKA AKU AKAN MATI!” Teriak Jeffrey sembari mengguncang bahu Emilia.

“NO JEFF! MOMMY TIDAK AKAN MEMBERIKANNYA PADAMU!” Teriak Emilia tak kalah tinggi lalu seketika Emilia memegang dadanya yang tiba-tiba terasa sakit.

Sekuat tenaga Emilia menahan rasa sakitnya hingga nafasnya tercekat. Lalu beberapa saat kemudian Emilia terjatuh dan tidak sadarkan diri.

“Mom?!” Panggil Jeffrey yang kini menahan tubuh Emilia.

“MOM!!” Teriak Brianna dari ambang pintu kamar emilia. Ia baru saja tiba dari perusahaannya dan langsung disuguhkan kejadian yang menakutkan baginya.

“Kak apa yang terjadi pada Mommy?” Tanya Brianna yang berlari mendekat ke arah Jeffrey dan Emilia.

“Ayo kita bawa Mommy ke rumah sakit.”

Jeffrey berpura-pura seakan-akan tidak terjadi apa-apa dan langsung mengangkat tubuh Emilia dan memasukkannya ke dalam mobil.

Dengan cepat Jeffrey mengendarai mobil agar segera sampai di rumah sakit terdekat.

“Mom sadarlah!” Briana menepuk-nepuk pipi Emilia.

Hanya butuh waktu sepuluh menit Brianna dan Jeffrey sudah sampai di rumah sakit. Jeffrey pun segera menggendong tubuh sang ibu dan membawanya ke ruangan emergency.

“Dokter, suster tolong!!” Teriak Jeffrey yang kini sudah berada di dalam ruangan dan merebahkan Emilia di atas ranjang rumah sakit yang kosong.

“Silahkan tuan dan nona tunggu di luar saja.” Ucap seorang perawat yang datang dan langsung membantu dokter menangani Emilia.

Brianna menangis di dalam pelukan Jeffrey. Jeffrey mengusap puncak kepala Brianna berusaha menenangkan.

“Tenanglah Anna. Mommy akan baik-baik saja.” Ucap Jeffrey.

Brianna benar-benar merasa takut. Ia menangis meraung-raung karena ia takut ditinggalkan oleh Emilia. Ia belum siap dan sepertinya tak akan pernah siap.

“Tenanglah Anna. Kau harus yakin bahwa mommy akan selalu bersama kita, okey?” Ucap Jeffrey menangkup wajah Brianna yang memerah karena menangis.

Brianna pun mengangguk lalu Jeffrey mencium kening Brianna. Brianna pun berhambur kembali ke dalam pelukan sang kakak.

“Mom bertahanlah.” Lirih Brianna dalam tangisnya.

Beberapa saat kemudian tangis Brianna pun mereda. Jeffrey dan Brianna hanya duduk di kursi yang telah disediakan. Tak ada kata apapun yang keluar dari mulut Jeffrey dan Brianna. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Lalu akhirnya dokterpun keluar dan Brianna serta Jeffrey menghampiri dokter tersebut.

“Bagaimana keadaan mommy dokter?” Tanya Brianna cemas.

“Nyonya Emilia terkena serangan jantung dan harus di operasi untuk pemasangan ring.” Jawab dokter tersebut.

Brianna terkejut sekaligus heran karena sebelumnya Emilia tidak ada masalah dengan jantungnya.

“Lakukan yang terbaik dokter.” Sahut Jeffrey.

“Baiklah kalau begitu silakan urus administrasinya, kalian akan diantar olehnya.” Ucap dokter tersebut sembari mengenalkan seorang perawat.

“Mari ikuti saya.” Ucap perawat tersebut.

“Biar aku saja kak. Kakak tunggu Mommy di sini.” Kata Brianna dan dijawab dengan anggukkan oleh jeffrey.

Brianna pun berjalan mengikuti kemana perawat tersebut melangkahkan kakinya. Brianna akan membayar berapapun biaya operasi sang mommy agar kembali sehat seperti sedia kala.

Hingga akhirnya Emilia di operasi dan setelah itu Emilia di bawa ke ruang perawatan VVIP. Brianna sudah meminta kepada Dona untuk membawakan beberapa baju miliknya ke rumah sakit karena sama sekali tak ingin meninggalkan Emilia walau masih ada Jeffrey yang juga ikut menemani.

*

*

Brianna dan Jeffrey masih setia menemani Emilia di rumah sakit. Brianna terus memegangi tangan Emilia, ia idak tenang dan hatinya masih gusar karena Emilia masih belum sadar juga. Untuk saat ini Brianna masih belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

“Anna, istirahatlah sebentar. Kau tenang saja, ada kakak di sini.” Ucap Jeffrey sembari menyentuh bahu Brianna.

“Tidak kak, aku akan tetap di sini.” Jawab Brianna dengan mata yang sudah mulai menghitam di sekitaran mata karena ia kurang tidur.

“Anna, jangan menyiksa dirimu seperti ini. Mommy tak akan suka.” Sahut Jeffrey.

“Baiklah, kalau begitu aku akan beristirahat di hotel di samping rumah sakit ini saja.” Jawab Brianna.

“Ya Anna, istirahatlah agar nanti tubuhmu kembali segar.” Ucap Jeffrey.

“Kabari aku jika Mommy sudah sadar kak.”

“Tentu.”

Akhirnya meski dengan berat hati Brianna pun melangkahkan kakinya keluar dari ruang perawatan sang mommy. Ia memesan sebuah kamar di hotel yang tepat berada di samping rumah sakit. Memang bukan hotel mewah, tapi hotel ini termasuk hotel yang sangat aesthetic jika melihat dekorasinya.

Setelah Brianna selesai membooking kamar, ia pun segera menaiki lift dan menuju ke kamarnya yang berada di lantai tiga belas. Ia berdiri di depan lift menunggu pintunya terbuka. Saat ia menunggu datanglah seorang pria yang juga akan menaiki lift tersebut. Ia berdiri tepat di belakang tubuh Brianna.

TING

Pintu lift terbuka dan Brianna segera memasukinya. Saat Brianna membalikkan tubuhnya, ia melihat sosok pria itu. Mereka saling memandang selama beberapa detik lalu pria itu masuk ke dalam lift.

"Kau menginap di sini juga?" tanya Brianna dengan senyuman yang tersungging saat pria tersebut sudah berada di dalam dan berdiri di samping Brianna.

"Tidak." Jawab Allard dengan wajah yang datar dan fokus ke depan.

"Terimakasih sudah membantuku waktu itu." Ucap Brianna lagi.

"Ya sama-sama." Jawab Allard dengan sagat singkat.

'Oh God, apakah dia terbuat dari sebongkah es? Mengapa dia dingin sekali.' Gumam Brianna dalam hati.

TING

Pintu lift terbuka di lantai delapan, lalu Allard keluar dari lift tersebut tanpa mengucapkan apapun kepada Brianna.

'Apa yang kau pikirkan Anna. Mengapa kau berharap pria itu akan mengucapkan sesuatu sebelum ia pergi. Tidak biasanya kau seperti ini Anna.' Rutuknya dalam hati sambil menjitak kepalanya sendiri.

Brianna terus memandangi Allard yang berjalan semakin menjauh hingga pintu lift kembali tertutup. Kini Brianna sudah sampai dilantai tiga belas. Ia pun segera berjalan menuju kamar yang berada di paling ujung dan masuk ke dalam untuk beristirahat karena tubuhnya sudah sangat lelah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!