Bab 8

"Anna kau dimana? Kembali ke rumah sakit sekarang." Ucap Jeffrey dalam panggilannya.

Brianna tidak menjawab apapun dan ia bergegas kembali ke rumah sakit. Pikirannya sudah bercabang dengan segala pemikiran buruk yang memenuhi otaknya.

Saat ia sampai di depan ruang perawatan sang mommy, ia melihat alat infus yang sudah di lepas. Apakah Emilia sudah sembuh? batinnya terus berucap.

"Kak.." Panggil Brianna dengan lirih.

Brianna berjalan mendekat dengan tatapan yang masih mengarah ke tubuh Emilia yang terbaring di atas ranjang.

"Nona, kuatlah. Takdir berada ditangan Tuhan, kami tim medis hanya berusaha semampu kami." Ucap seorang dokter dengan berat hati menyatakan bahwa Emilia telah pergi untuk selama-lamanya.

"No.." Sahut Brianna dengan berbisik.

"No..No..No..!!! Mooooomm!!!" Hingga akhrinya Brianna berteriak sembari menangis lalu memeluk tubuh sang ibu yang sudah terbujur kaku. Ia kembali merasakan dinginnya kulit tubuh orang yang sangat ia sayangi.

Tak ada kalimat lagi yang keluar dari mulut Brianna. Hanya suara tangisan dan teriakan yang memenuhi ruangan. Tangisan pilu yang menyayat hati kembali terdengar. Bianna kehilangan sosok orang yang sangat ia cintai. Keduanya pergi meninggalkan Brianna dalam waktu kurang dari satu bulan. Ini benar-benar di luar dugaan. Brianna tidak bisa melakukan apapun. Karena keputusan ini mutlak dan pasti akan terjadi. Hanya tinggal menunggu waktunya tiba.

Bethany yang baru saja tiba berniat untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di sana pun berdiri mematung diambang pintu. Tubuhnya serasa sangat lemas. Ia menjadi saksi kepedihan hati Brianna untuk yang kedua kalinya. Bethany langsung masuk ke dalam tanpa menyapa Jeffrey. Ia mengambil ponselnya yang berada di atas sofa lalu mengirimkan pesan kepada suaminya dan kedua sahabatnya untuk memberitahukan bahwa Emilia telah tiada.

Setelah Bethany mengirimkan pesan, ia berjalan menghampiri Brianna yang sedang menangis meraung-raung memeluk tubuh Emilia. Bethany menyentuh bahu Brianna, dan ia pun menoleh ke arahnya. Tanpa mengucapan kata-kata Brianna langsung menghambur ke dalam pelukan Bethany.

Bethany tak bisa menahan tangisnya lagi. Ia ikut merasakan kepedihan yang mendalam atas meninggalnya Emilia. Bethany mengelus punggung Brianna dan mengecup puncak kepalanya.

"Oh God.. Kuatlah sayang." Ucap Bethany dengan lirih sembari memeluk tubuh Brianna yang bergetar hebat karena menangis.

Jeffrey hanya duduk di sofa dengan raut wajah yang tidak terbaca. Mungkinkah ia sama terpukulnya seperti Brianna? Atau justru menjadi sebuah keuntungan bagi Jeffrey? Tak ada yang tahu dan hanya Jeffrey yang mengetahuinya.

*

*

Axel sedang bersama ketiga sahabatnya yaitu Allard, Arvy dan James. Mereka sedang membahas pembukaan resort milik Allard yang di desain oleh tim dari perusahaan milik Axel. Resort ini adalah resort kedua yang berada di pegunungan Zugspitze yang merupakan puncak tertinggi di Jerman.

Saat mereka sedang asyik berbincang, ponsel Axel berdering. Ia melihat ada satu pesan dari sang istri.

"Wait guys.." Axel mengangkat sebelah tangannya memberikan pertanda agar menghentikan sejenak pembicaraannya.

Tangan kanan masih memegang ponsel dan matanya tertuju pada isi pesan yang singkat namun mampu membuatnya shock.

"Oh God.." Ucap Axel.

"Ada apa?" Tanya Allard.

"Aunty Emilia baru saja meninggal." Jawab Axel.

"Siapa Aunty Emilia?" Tanya Arvy.

"Dia ibunya Brianna." Jawab Axel.

Allard yang awalnya acuh tak acuh seketika mendongakkan kepalanya ke arah Axel yang masih berdiri terpaku dengan ponsel ditangannya.

"Bethany memintaku untuk segera datang ke mansion Brianna dan menyiapkan semua keperluan di sana serta pemakamannya." Ucap Axel.

Axel segera menghubungi seseorang untuk menyiapkan pemakaman. Lalu setelah itu ia menaruh kembali ponselnya ke dalam saku jasnya.

"Kalian akan ikut denganku atau menunggu di sini?" Tanya Axel yang melihat ketiga sahabatnya pun ikut berdiri dan bersiap-siap.

"Tentu saja kami ikut. Aku dan Arvy juga mengenal Brianna beberapa minggu yang lalu di club milik Allard." Jawab James.

"Baiklah kita pergi sekarang." Ucap Axel.

Ke empat pria tampan nan seksi itu pun segera meninggalkan ruangan dan pergi menuju mansion Brianna. Sebelumnya Axel sudah berbicara kepada asistennya untuk membatalkan acara pertemuan dengan klien bisnisnya nanti malam.

Saat ke empat pria tersebut sampai di mansion, Brianna, Jeffrey, dan Bethany pun datang dengan ambulan. Axel dan yang lainnya menunggu di dalam. Hana dan Mia pun sudah sampai di mansion lebih dulu. Terlihat beberapa pelayan nampak menangisi kepergian Emilia. Sepertinya Emilia dan Philip adalah sosok yang sangat baik hingga membuat para pelayan di sana menangis sesenggukan merasa kehilangan.

Allard memperhatikan Brianna yang berjalan dengan langkah berat dan tubuh lemas serta harus dibantu oleh Bethany. Hana berjalan mendekat kemudian membantu memapah Brianna. Jenazah Emilia pun di semayamkan lebih dulu di mansionnya.

Jam menunjukkan pukul lima sore. Emilia akan segera diberangkatkan ke sebuah tempat pemakaman yang telah di siapkan oleh Axel dan anak buahnya. Makamnya berada di samping makam sang suami, Philip. Brianna yang menyadari hal itu pun tersenyum getir.

Ia diam tanpa sebuah tangisan. Mungkin ia sudah sedikit tegar untuk saat ini. Bethany, Mia dan Hana mengapit tubuh Brianna dan memeluknya. tepat di belakang tubuh Brianna, Allard beserta ketiga sahabatnya berdiri menyaksikan proses dikebumikannya Emilia. Sedangkan Jeffrey berdir di sebrang Brianna dengan raut wajah tak terbaca. Tak ada air mata, tak ada kesedihan. Hanya sebuah ekspresi datar yang ia perlihatkan.

Setelah pemakaman selesai, satu per satu dari pelayad pun meninggalkan area pemakaman.

"Anna, jangan pernah merasa sendiri. Ada kami yang akan menemanimu." Ucap Hana yang masih merangkul bahu Brianna.

Brianna pun menoleh ke arah Hana lalu berhambur ke dalam pelukan Hana. Ia menangis sesenggukan di ceruk leher Hana. Hingga akhirnya perlahan Hana merasa tubuh Brianna semakin berat dan harus ditopang oleh tubuhnya.

Allard yang sejak tadi berada di dekat Brianna pun menyadari hal itu. Ia langsung menahan tubuh Brianna yang sudah lemas tak sadarkan diri.

"Oh God.." Pekik Mia dan Bethany.

"Bawa ke mobil sekarang." Ucap Axel.

Allard pun membopong tubuh Brianna. Kepalanya yang menjuntai memperlihatkan wajahnya yang memerah penuh air mata. Dengan langkah lebar Allard membawanya ke dalam mobil dan pergi menuju mansion diikuti oleh yang lainnya.

"Dimana kamarnya?" tanya Allard kepada Bethany saat mereka sudah sampai di dalam mansion.

"Di lantai dua tepatnya di ujung lorong. Kau akan mudah menemukannya karena kamarnya tidak banyak." Jawab Bethany.

Allard pun segera membawa Brianna yang masih terkulai lemas. Saat ia berada di lantai dua, ia melewati sebuah kamar yang pintunya sedikit terbuka. Ia pun sempat melihat seorang pria ada di dalam entah sedang melakukan apa. Yang pasti sepertinya pria itu sedang mencari sesuatu.

Allard pun akhirnya masuk ke dalam kamar Brianna dan merebahkannya di atas ranjang king size milik Brianna. Allard masih berdiri di samping ranjang dan memperhatikan wajah Brianna. Otak mesumnya seketika muncul.

'Bagaimana rasa bibirnya?' Gumam iblis mesum dalam hatinya.

Dengan tanpa rasa bersalah ia membayangkan bagaimana panasnya bercinta dengan Brianna. Dari awal pertemuan mereka di acara pernikahan Axel dan Bethany, Brianna nampak sangat memukau dengan mata uniknya yang bisa menghipnotis siapapun termasuk seorang Allard.

Perlahan Allard menggerakkan jari jempolnya untuk mengusap bibir Brianna. Bukannya berusaha menyadarkan Brianna dari pingsan, ia malah asik menjadikan Brianna fantasi liarnya. Saat Allard sibuk dengan gairah seksualnya yang membara, tiba-tiba Hana, Mia dan Bethany datang. Dengan sigap Allard menarik tangannya dan memasukkannya ke dalam saku celana.

"Anna masih belum sadar?" Tanya Bethany kepada Allard.

"Ya, biarkan dia istirahat dulu Beth." Jawab Allard.

"Pergilah. Biar kami yang menjaganya." Sahut Bethany.

Allard pun mengangguk lalu pergi keluar meninggalkan kamar tersebut. Saat ia hampir sampai di kamar yang tadi sempat ia amati, Allard berpapasan dengan seorang pria yang keluar dari dalam kamar tersebut. Pria tersebut nampak terkejut.

"Tuan Allard, terimakasih sudah menyempatkan datang kemari." Akhirnya Jeffrey membuka pembicaraan setelah sejenak ia merasa terkejut dengan kehadiran Allard di mansionnya.

"Ya. Aku turut berduka cita, tuan..?"

"Jeffrey. Panggil saja aku Jeffrey. Aku kakak dari Brianna." Jawab Jeffrey.

"Ah ya, Brianna pingsan dan sekarang ia ditemani oleh sahabatnya di kamar." Sahut Allard.

"Ya tuan. Terimakasih sekali lagi dan maaf sudah merepotkan anda." Ucap Jeffrey.

Allard hanya tersenyum lalu kembali melangkahkan kakinya menuruni anak tangga.

Tbc..

Jangan lupa tinggalin jejak yaa

Follow like komen favorit dan hadiah❤

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!