Bab 13

Brianna tersenyum smirk. "Kau pikir aku hanya mengancammu?"

Allard masih melangkah maju untuk mendekat ke arah Brianna secara perlahan. Begitu juga dengan Brianna. Selangkah Allard maju ke depan, itu berarti satu langkah mundur untuk Brianna.

"Ya lakukan saja, Anna." Ucap Allard yang kini menghentikan langkahnya dan menaruh kedua tangannya ke dalam saku celana. Ia berpikir Brianna tak akan berani melakukan hal itu.

Tapi dengan cepat Brianna menaiki pagar pembatas balkon kemudian melompat ke arah kolam yang tepat berada di bawahnya.

BYUUURRR

Brianna terjun dari sana dan masuk dengan tepat ke arah kolam di bagian tengah.

"SHIT!!"

Allard berlari dengan sangat cepat menuju kolam renang hingga ia menabrak dua pelayan tadi yang berdiri di depan pintu kamar tersebut.

Tubuh Brianna masuk ke dalam kolam yang cukup dalam. Beruntung ia pandai berenang, tapi sayang entah kenapa tiba-tiba Brianna merasakan sakit yang amat sangat di bagian kakinya. Brianna panik hingga ia tidak bisa membawa dirinya ke atas. Nafasnya mulai habis dan seketika pandangannya mulai menggelap.

Allard yang baru saja sampai di area taman samping segera berlari ke arah kolam dan menjatuhkan dirinya ke dalam kolam. Ia sangat panik saat tubuh Brianna tak ada di sana. Allard pun berenang ke tengah dan akhirnya menemukan Brianna yang sudah tidak sadarkan diri.

Allard membawa tubuh Brianna yang sudah lemas tak berdaya. Lalu Allard merebahkan tubuh Brianna di samping kolam.

"Anna!!" Teriak Allard menepuk pipi Brianna dengan sangat keras.

Allard melepas pakaian Brianna yang sudah basah dan hanya menyisakan pakaian dalamnya saja lalu menutupnya dengan handuk yang tersedia di bangku santai. Setelah itu Allard mengganjal kepala Brianna menggunakan handuk lainnya agar kepalanya sedikit terangkat ke atas.

Allard pun mendekatkan telinganya ke arah hidung dan mulut Brianna untuk merasakan hembusan nafas dari Brianna. Allard memperhatikan dada Brianna yang tidak terlihat naik turun.

"Shit! Anna!!" Allard pun akhirnya melakukan tindakan CPR atau memberikan tekanan pada bagian dada lalu memberikannya nafas buatan.

Allard berkali-kali melakukan hal itu hingga akhirnya Brianna kembali bernafas dan muntah. Allard memiringkan kepala Brianna agar ia tidak terssedak.

"Oh God.." Terdengar sebuah helaan nafas panjang dari Allard.

"Kau gila Anna?!! Kau hampir saja mati!" Teriak Allard dengan raut wajah yang menyeramkan.

Brianna masih terdiam dan masih terbatuk. Ia tidak begitu mendengarkan ocehan Allard di sampingnya.

"Lain kali jika kau ingin mati jangan di mansionku. Kau terlalu nekat untuk masalah nyawa Brianna!"

"Kau yang membuatku melakukan hal ini, sialan!" Bentak Brianna sekuat tenaga meskipun ia sebenarnya masih lemah.

Allard mengepalkan kedua tangannya menahan amarah yang sebenarnya sudah memuncak. Hidupnya benar-benar di uji kali ini. Akhirnya mau tak mau Allard pun membopong tubuh Brianna dan membawanya kembali ke dalam kamarnya melewati tangga yang berada di samping kolam dan taman. Tubuh Brianna yang hanya tertutup di bagian depan saja, membuat tangan Allard menyentuh secara langsung punggung Brianna yang mulus dan polos.

Brianna tak kuasa untuk menolak karena tubuhnya sudah mulai kedinginan dan mencari kehangatan. Allard pun menaiki anak tangga yang langsung menuju balkon kamarnya dan langsung masuk ke dalam kamar lalu mendudukkan Brianna di atas ranjang.

"Pakailah baju seadanya di walk in closet. Cari yang pas di tubuhmu. Besok baru akan aku siapkan semua pakaian untukmu." Ucap Allard yang langsung beranjak dan meninggalkan Brianna sendirian di dalam kamarnya.

Brianna masih terduduk di tepi ranjang. Ia benar-benar ingin marah dan menangis. Gara-gara Jeffrey, kehidupan Brianna yang sudah di manage sebegitu indah dan tentram tanpa hambatan, akhirnya kacau dan berantakan. Perusahaannya terbengkalai bahkan ia tak tahu bagaimana kondisi perusahaannya saat ini. Ia ingin menghubungi asistennya tapi ponselnya entah berada dimana.

Akhirnya Brianna berjalan dengan perlahan menuju walk in closet. Ia tak menemukan satupun pakaian wanita. Ia melepas bra yang basah begitu saja di lantai serta celana dalamnya. Bajunya mungkin tertinggal di tepi kolam karena Allard sudah melepasnya tadi saat ia memberikan pertolongan pertama kepada Brianna. Brianna memilih sweater hitam milik Allard dan langsung memakainya. Sweater itu nampak kebesaran di tubuh mungilnya hingga menutupi setengah pahanya.

"Oh shit. Celana dalamku basah dan aku harus menggunakan apa?" Gumam Brianna kebingungan.

"Arrghh i dont care!" Brianna mengambil celana dalam milik Allard lalu memakainya.

Ia tidak memakai celana karena semua milik Allard tidak muat alias kebesaran. Brianna sudah mencobanya dan hasilnya celana tersebut selalu turun ke bawah karena tidak menempel dengan sempurna di bagian pinggangnya. Brianna pun menyerah akhirnya ia hanya memakai sweater saja dan celana dalam Allard tanpa menggunakan bra.

"Oke ini keadaan darurat dan terpaksa." Ucap Brianna sembari berjalan menuju ranjang dan bergegas merebahkan dirinya dibawah selimut tebal.

Brianna menutupi seluruh tubuhnya hingga setengah wajahnya. Tubuhnya sedikit bergetar karena ia kedinginan.

CEKLEK

Pintu kamar pun terbuka, ternyata seorang pelayan yang datang dan menawarkan minuman hangat.

"Nona mau ku buatkan coklat panas?" Tanya pelayan tersebut yang sudah cukup berumur. Mungkin sekitar lima puluhan.

"Ya bi, aku sangat kedinginan." Jawab Brianna dengan suara bergetar.

"Baik.Tunggu sebentar, akan bibi buatkan."

Pelayan tersebut pun pergi menuju dapur dan membuat coklat panas untuk menghangatkan tubuh Brianna. Sekitar lima menit kemudian pintu kembali terbuka.

CEKLEK

"Taruh saja di meja nakas bi. Nanti aku akan meminumnya." Ucap Brianna yang masih bergemul dengan selimut.

Brianna tak mendengar jawaban apapun. Ia hanya mendengar suara pintu yang kembali tertutup

BRUGG

Dengan giginya yang berbunyi gemeretak saling beradu karena hawa dingin yang menyerangnya, ia melepas selimut dan melihat siapa yang sebenarnya datang.

"Al.. Ku kira bibi mengantarkan coklat panas untukku." Ucap Brianna yang langsung kembali menenggelamkan dirinya di dalam selimut.

"Ada apa denganmu?" Tanya Allard sembari berjalan menuju walk in closet untuk mengambil satu set pakaian santai, karena ia baru saja selesai mandi di kamar mandi yang berada di kamar sebelah.

Brianna tak kunjung menjawab. Ia fokus menghangatkan dirinya bagaimanapun caranya. Kakinya terus bergesekan agar menciptakan kehangatan. Allard berjalan mendekat lalu menyentuh kening Brianna.

"Kau tak demam." Ucap Allard.

Sejenak Brianna merasakan hangatnya sentuhan tangan Allard.

"Oh God. Tanganmu hangat sekali. Boleh ku pinjam sebentar? Aku benar-benar kedinginan." Ucap Brianna yang tidak menunggu jawaban dari Allard dan langsung menggenggam tangan Allard menggunakan tangannya yang sudah sangat dingin.

"Di dunia ini tak ada yang gratis." Jawab Allard.

"Hmm. Nanti aku akan membayarmu." Jawab Brianna yang masih menggenggam tangan Allard. Bahkan kini ia menaruh tangan Allard di bawah pipinya yang dingin.

"Aku tak butuh uang. Aku sudah terlalu kaya." Jawab Allard yang kini sudah duduk di lantai menghadap Brianna.

"Wait.. Seharusnya aku tak perlu membayar apapun padamu. Bukankah si brengsek itu sudah menjualku padamu?" Ucap Brianna dengan tatapan yang menyipit.

"Ya. Kau sudah lapang dada akhirnya?"

"Aku hanya berusaha menerima sambil memikirkan bagaimana caranya kabur dari sangkar emas ini." Jawab Brianna.

Allard tersenyum tipis bahkan hampir tak terlihat. Ia tak menjawab apapun lagi agar Brianna segera terlelap dan beristirahat.

TOK TOK TOK

"Nona ini coklat panas untukmu." Ucap seseorang di balik pintu.

"Al, tolong ambilkan coklatnya please.." Pinta Brianna kepada Allard dengan mata yang masih terpejam.

"Ck.. Kau benar-benar memanfaatkan keadaan." Jawab Allard sembari beranjak dan berjalan menuju pintu.

CEKLEK

"Ini tuan."

Allard mengambil sebuah nampan yang berisi segelas cokelat panas yang masih mengepul. "Terimakasih bi." Ucap Allard kepada seorang pelayan yang bernama Ellen.

Allard membawa nampan tersebut dan menaruhnya di atas.

"Minumlah dulu agar tubuhmu sedikit hangat." Ucap Allard.

Brianna pun membuka matanya lalu duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Ia mengambil segelas cokelat panas lalu menghirupnya, meniupnya sejenak lalu menyesapnya perlahan. Allard berjalan menuju sofa yang berada di dekat jendela dan mengecek ponselnya untuk membaca beberapa email yang dikirim oleh asistennya.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!