Bab 15

Brianna berlari sekencang mungkin karena ia takut Allard mengejarnya. Ia berkali-kali menoleh ke arah belakang hingga hampir saja terjatuh. Ia sempat berdebat dengan security yang menjaga gerbang di bagian depan mansion. Beruntung security tersebut membuka gerbangnya, itupun atas dasar perintah Allard karena menghubungi bosnya terlebih dahulu.

Allard sengaja membiarkan Brianna pergi begitu saja. Ia pikir hidupnya akan semakin rumit jika berada di dekat Brianna. Allard memang tertarik dengan sosok Brianna, tetapi ia belum siap jika harus serumah dengan wanita menyebalkan seperti Brianna.

Brianna pun berhasil meninggalkan lingkungan mansion. Ia melangkahkan kakinya menyusuri jalanan yang ramai. Ia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum kembali ke mansion orang tuanya. Brianna berjalan hingga sampai ke taman kota yang jaraknya tidak terlalu jauh. Ia duduk di sana selama hampir tiga jam lamanya hingga sore menjelang. Ia hanya sekedar memperhatikan tawa orang-orang yang berada di sana yang membuat dirinya ikut bahagia.

Setelah Brianna puas dan lumayam tenang, Brianna pun berjalan keluar dari taman dan kini ia berdiri di pinggir jalan untuk menghentikan sebuah taxi yang melintas di depannya. Taxi tersebut pun melaju membelah jalanan menuju mansion orang tuanya. Rencananya ia akan mengambil uang yang belum sempat ia bawa beserta surat-surat penting lalu ia akan kembali ke apartemennya.

'Mengapa sekarang hidupku penuh kekhawatiran?' Gumam Brianna dalam hatinya. Pandangannya mengarah ke jendela, menatap setiap apapun yang terlihat tetapi tatapan itu tak berarti apa-apa. Hanya sebuah pandangan kosong dan hampa.

CIIIITTT

Tiba-tiba taxi itu mengerem mendadak sehingga membuat tubuh Brianna terhuyung ke depan.

"Ada apa paman?" Tanya Brianna sembari mengusap keningnya karena terbentur jok yang berada di depannya.

"Maaf nona, ada yang menyebrang secara tiba-tiba di depan." Jawab supir taxi tersebut.

Tanpa banyak bertanya lagi, Brianna segera keluar dan menghampiri seseorang wanita paruh baya yang kini terduduk di depan taxi yang di tumpanginya.

"Oh my god, nyonya maafkan kami. Apakah ada yang terluka?" Tanya Brianna yang kini bertekuk lutut di jalanan aspal untuk mensejajarkan tubuhnya dengan wanita tersebut.

"Tak apa sayang. Hanya luka kecil di lututku. Itu pun karena aku terjatuh." Jawab wanita tersebut.

"Oh God. Ayo kita ke klinik saja nyonya. Lutut anda sedikit berdarah." Jawab Brianna saat ia melihat lutut wanita itu yang tergores.

"It's okey sayang. Ini memang salahku menyebrang tak hati-hati." Jawab wanita itu dengan bahasa yang lembut.

Brianna terdiam seketika, matanya menatap wanita tersebut sembari tersenyum getir. Brianna mengingat sang mommy yang selalu berbicara dengan cara yang sama seperti wanita itu. Matanya terasa panas dan berkaca-kaca, hingga akhirnya ia pun meneteskan air matanya tanpa suara.

"Oh sayang, mengapa kau menangis?" Tanya wanita itu sembari mengusap pipi Brianna.

"Ah maaf nyonya. A-aku hanya teringat ibuku. Lebih baik nyonya ikut denganku ke mansion saja. Aku akan mengobati luka nyonya." Jawab Brianna lalu membantu wanita tersebut untuk berdiri dan membantu memapahnya.

"Baiklah.." Jawab wanita itu tak menolak karena sebenarnya ia agak sulit berjalan karena luka yang berada di lututnya.

Mereka pun memasuki taxi dan taxi pun kembali melanjutkan perjalanannya. Di dalam mobil, wanita itu menerima sebuah panggilan telepon entah dari siapa, karena ia hanya menjawab dengan perintah agar si penelpon tak perlu menunggu kedatangannya untuk saat ini. Setelah wanita itu selesai menerima panggilannya, Brianna dan wanita itu pun terlihat sangat akrab seperti dua orang yang sudah kenal lama. Mereka berbincang-bincang tentang semua hal hingga akhirnya wanita tersebut menanyakan tentang keluarga Brianna.

"Kalau boleh tahu kemana ibumu sayang?" Tanya wanita tersebut.

"Ibuku baru saja meninggal beberapa minggu yang lalu." Jawab Brianna dengan raut wajah sedihnya.

"Oh my God, i'm sorry.." Sahut wanita tersebut sembari mengusap tangan Brianna dan menggenggamnya.

"Tak apa nyonya." Jawab Brianna.

"Panggil aku Aunty Bel saja sayang." Ujarnya sembari mengusap pipi Brianna.

Brianna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia merasakan kehangatan di setiap sentuhan wanita itu.

Setelah menghabiskan waktu sekitar lima belas menit, akhirnya taxi pun berhenti di depan mansion orang tua Brianna.

"Paman tunggu sebentar, aku akan mengambil uangnya ke dalam." Ujar Brianna.

"Biar aunty saja sayang. Ini.." Wanita itu menyerahkan beberapa lembar uang kepada supir taxi tersebut.

"Terimakasih aunty, maaf merepotkan. Nanti akan ku ganti."

"Tak perlu sayang. Itu tak seberapa."

"Ayo aunty, kita masuk ke dalam."

Wanita itu pun berjalan memasuki mansion dibantu oleh Brianna. Brianna mendudukannya di atas sofa lalu meninggalkannya sejenak untuk berganti baju dan mengambil kotak obat. Saat ia berada di kamar kedua orang tuanya, ia melihat ponselnya tergeletak begitu saja di atas ranjang dalam keadaan mati. Brianna pun mencharger terlebih dahulu ponselnya agar nanti ia bisa menggunakannya untuk menghubungi Dona, asistennya.

Saat kembali, Brianna sudah mengganti bajunya menggunakan dress berlengan panjang dengan motif polkadot dan berwarna merah. Ia memilih untuk memakai dress milik sang mommy karena ia sangat merindukan Emilia saat ini. Dress tersebut sangat kontras dengan kulitnya yang berwarna putih pucat. Brianna pun menaruh kotak obatnya di atas meja dan mulai mengobati lutut wanita tersebut dengan sangat pelan.

"Bibi.. tolong ambilkan minum untukku dan untuk aunty Bel." Teriak Brianna sembari tetap fokus membersihkan lukanya.

"Aunty, apakah ini tak sakit?" Tanya Brianna yang sesekali meniup lutut wanita tersebut lalu setelah itu ia menempelkan plester besar di lututnya.

Tak lama seorang pelayan datang membawa sebuah nampan berisikan dua gelas minuman lalu menaruhnya di atas meja.

"Jika perawatnya secantik dirimu, semua pasien tak akan merasakan sakit karena fokusnya berubah pada dirimu sayang, bukan pada rasa sakitnya lagi." Jawabnya dengan lembut.

"Aunty terlalu berlebihan padaku, Tapi terimakasih ku anggap itu pujian. Minumlah dulu aunty." Ucap Brianna sembari tersenyum lebar. Bel pun meneguk minumannya lalu menaruh kembali gelas tersebut ke atas meja.

"Rumah aunty ada di mana? Nanti aku akan mengantar aunty pulang." Tanya Brianna .

"Tak usah sayang. Supir anak aunty nanti akan menjemput kemari. Sebenarnya aunty datang kemari karena ingin mengunjungi anak aunty."

"Aunty maafkan aku, gara-gara kejadian ini Aunty jadi terlambat menemuinya." Ucap Brianna merasa bersalah.

"Tidak sayang. Ini bukan salahmu. Oh ya berikan nomor mu, aunty nanti akan sering menghubungimu. Dan juga, aunty mempunyai dua anak laki-laki yang sangat tampan." Ucapnya sembari menyerahkan ponsel miliknya kepada Brianna.

"Oh ya? Kalau begitu kenalkan padaku jika Aunty berkenan." Jawab Brianna sembari tertawa dan ia pun memencet beberapa angka di layar ponsel milik wanita yang ingin disebut Bel itu.

"Tentu saja sayang. Baiklah, sepertinya supir Aunty sudah tiba. Aunty akan pulang dulu." Bel beranjak dari duduknya dibantu oleh Brianna. Brianna pun mengantarkan Bel hingga wanita itu memasuki mobilnya.

"Hati-hati aunty, kabari aku jika sudah sampai." Ucap Brianna yang dijawab dengan anggukkan dan sebuah senyuman.

Mobil itu pun melaju meninggalkan pelataran mansion. Brianna kembali masuk ke dalam mansion dan berjalan ke dalam kamar orang tuanya untuk mengambil ponselnya dan kembali keluar menuju ruang tengah. Ia sibuk menghubungi Dona dan menanyakan bagaimana keadaan perusahaannya saat ini.

Dona pun menjelaskan bahwa perusahaannya dihandle oleh seseorang yang sangat menyebalkan dan jutek. Tapi tak bisa dipungkiri, orang tersebut sangat mahir dalam hal mengurus perusahaan milik Brianna. Dan Dona memberitahukan Brianna bahwa perusahaannya akan menghadiri sebuah acara lelang tender di Inggris. Brianna hanya mengiyakan ucapan Dona, ia ternyata sudah salah paham terhadap Allard. Allard sudah menempatkan seseorang yang begitu pintar dalam mengelola perusahaan miliknya.

"Baiklah Dona, thanks informasinya. Mungkin besok aku akan mulai bekerja kembali." Ucap Brianna di penghujung panggilannya. Brianna pun memutus panggilannya setelah Dona mengucapkan salam perpisahan.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!