Chapter 11 - Inheritance

Saat Danu ingin memasuki mobilnya. Ia menangkap siluet seseorang di belakangnya dan saat ada sebuah tangan menarik bahu kirinya, segera ia tarik tangan itu dan ....

Bughhh!

Bughhh!

"Mau apa Lo?" tanya Danu pada lelaki yang kini berada di bawah Kungkungannya.

Danu berdiri namun kakinya menahan tubuh Tama untuk berdiri. Ingin rasanya Danu melenyapkan Tama saat itu juga.

"Aarrgghhh... LEPAS! jauh-jauh dari Bella. Bella milik gw," desis Tama.

"Milik Lo? Lo bukannya udah punya cewek?"

"Gue sama dia cuma main-main. Mau seburuk apapun hubungan gue dan Bella. Dia bakal balik sama gue lagi seperti yang udah-udah," ucap Tama dengan senyum smirk nya.

"Gue tunggu bukti dari ucapan Lo!" Danu menatap tajam Tama yang berada di bawah kakinya.

"Oiya, semoga cewek lo gak denger apa yang tadi lo bilang itu. kalau dia cuma mainan lo," ucap Danu sambil melirik ke belakang mobilnya.

Perempuan itu sedang menguping pertengkaran antara Danu dan Tama. Segera Danu memasuki mobilnya dan meninggalkan tempat itu.

"Kapan videonya selesai Lo edit?"

"Sabar ... Biar gak ketahuan ini editan, gue perlu waktu lebih lama," ucapnya.

"Sabar ... sabar... kesabaran gue udah habis, ya. Dia bener-bener benalu di hidup gue. Gue gak tenang kalau dia masih di depan muka gue," kesal Frilly.

"Minggu ini dia bakal kita kasih sedikit kado. Lo tenang aja!"

"Arrrggghhh awas kalau lo meleset. Hidup Lo dan keluarga Lo ada di tangan gue!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bella masuk ke dalam kamarnya untuk merapikan jadwal pelajaran yang akan ia bawa besok. Baru saja Bella berkutat di meja belajarnya, Tiba tiba pintu kamarnya diketuk.

"Masuk, belum Bella kunci!" teriak Bella dari dalam kamar.

"Ini aku kak, Lisa!" ucap Lisa sambil membuka pintu. Lisa menyembulkan kepalanya dan memastikan kembali kalau ia diperbolehkan masuk ke kamar Kakak tirinya.

"Ada apa Lis?" tanya Bella.

"Aku boleh ngomong sebentar kak?"

Bella menganggukan kepalanya dan mempersilahkan Lisa duduk di kasurnya sedangkan ia merapikan buku-buku serta perlengkapan mendakinya.

Lisa tampak ragu ingin mengatakan sesuatu. "Aku mau mulai dari mana ya? Bingung," ucapnya.

"Kamu bingung kenapa Lis?"

"Aku cuma mau ngingetin kak Bella. Jangan pernah percaya 100% sama teman-teman Kak Bella!"

Bella mengerutkan keningnya. "Siapa yang kamu maksud?"

"Pokoknya salah satu temen baik Kak Bella disini!"

"Jangan bikin penasaran kenapa sih!" kesal Bella.

"Gini aja deh Kak. Pokoknya apapun yang terjadi nanti sama Kak Bella. Aku tetap percaya sama Kak Bella. Aku memang nggak bisa membela kakak di depan banyak orang apalagi di depan mama ku. Tapi aku bakal bantu Kak Bella sebisa ku!"

Bella masih menatap adik tirinya itu dengan lekat dan mencerna apa yang adik tirinya itu katakan. Ia menatap mata adiknya itu untuk mencari kebohongan namun nihil. Yang ia temukan adalah rasa takut dari adiknya.

"Oke aku bakal ingat kata-kata kamu. Thanks ya, by the way."

"Itu aja Kak yang mau aku sampaikan ke Kak Bella. Oiya aku pinjam ini!" pamit Lisa sambil membawa novel yang ia ambil secara acak. Entah untuk apa.

"Kamu ngapain Lis dari kamar Bella?" tanya Inah yang tidak sengaja memergoki anaknya baru keluar dari kamar Bella.

"Abis pinjem novel keluaran terbaru, Mam. Kalau beli sayang duitnya. Mending pinjam," ujar Lisa.

Percakapan mereka masih terdengar oleh Bella yang sedang berdiri di belakang pintu kamarnya saat hendak ingin menutupnya.

"Oh dia pinjem novel untuk alasan. Pinter juga dramanya," gumam Bella. Namun ia masih belum memberikan kepercayaan pada adik tirinya itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Ternyata memang benar. Hubungan yang dijalani dari air mata seseorang yang kita sakiti. Tidak akan membawa kebahagiaan. Hal itu malah akan menjadi duri dalam daging. Seperti apa yang Frilly dapatkan saat ini.

"Kamu lama banget Tama telponnya. Ayo jangan sampai kemalaman. Biar kita bisa makan malam di rumah kamu!"

"Iya Bell."

"Wait! Kamu panggil aku apa? Bell? Aku Frilly. FRI.LY," teriak nya.

Kuku-kuku jari frilly memutih karena ia mencengkram Jok mobil. Belum habis rasa kesalnya di permalukan saat di cafe tadi. di tambah Tama salah menyebut namanya.

"Iya maaf!" cicit Tama.

"Sampai kapan sih hubungan kita tenang tanpa ada bayang-bayang dari Bella!"

"Gak akan bisa sepertinya. Karena hubungan kita juga berawal dari kebohongan!"

"Jadi kamu masih berharap sama Bella? Tama, aku bahkan udah kasih semua ke kamu. Apa gak ada sedikit rasa cinta kamu ke aku?"

"Aku cuma butuh kamu. Kalau kamu masih mau sama aku lebih baik kamu dia, Ly. Sebentar lagi kita sampai," ucap Bella dengan nada lirih.

Saat sampai di rumah Tama, orang tua Tama sedang mengobrol di ruang makan. Mereka baru saja ingin makan malam.

Kehadiran Tama dan Frilly membuat pergerakan Annastasia yang sedang menyusun makanan, terhenti dan menatap sepasang kekasih itu.

"Akhir-akhir ini kamu jarang ada di rumah Tama. Kamu emang gak belajar?" tanya Adi.

Tama yang sedang menarik kursi untuk Frilly, menatap Adi sungkan. "Belajar kok,Yah. Habis ini!"

"Semester depan kamu harus ikut les privat atau kalau kamu nolak, Ayah akan ambil kelas asrama untuk kamu!" tegas Adi.

Segera Tama mengambil posisi duduk di samping kanan ayahnya dan Frilly duduk di samping Tama yang mana mereka berhadap hadapan dengan Ibu Tama.

"Tama ikut private aja. Tama gak bisa ikut aturan asrama, Yah."

Tama mengambil piring lalu menuangkan nasi dan lauk pauk ke piring sambil bertanya tanya ke Frilly, lauk mana yang di inginkan wanita itu. Setelah selesai, Tama meletakan piring itu di depan Frilly.

"Bagaimana kamu dengan Bella? Sudah berbaikan?" tanya Adi.

"Sudah, Yah. Kita kembali berteman baik." Tama terpaksa berbohong.

"Benarkah? Kenapa Bella nggak kamu ajak makan malam di rumah kita?"

"Bella besok ujian, Bu." Lagi-lagi Tama mengarang cerita.

Anna memperhatikan anaknya yang melayani kekasih barunya di depan matanya.

"Selama kamu dengan Bella, dia tidak pernah memperlakukan kamu seperti pelayannya. Bahkan kamu yang selalu dilayani Bella. Selalu Bella yang menyiapkan makanan untuk kamu bukan sebaliknya, kan? Bella juga tidak pernah merengek di antar jemput kamu. Benar-benar gadis yang mandiri. Ibu suka dia," sindir Anna dan kali ini sangat menohok.

Seolah-olah tidak menganggap kehadiran Frilly di tengah-tengah mereka, Anna memamerkan kalung pemberian dari Bella dan long dress pemberian Brawijaya.

Mendengar itu Tama terdiam namun yang diucapkan ibunya benar. Ia teringat kenangan-kenangan manis saat masih bersama Bella.

Dengan Bella, Tama seperti raja. Dengan Bella, Tama memiliki banyak waktu luang untuk belajar dan dirinya sendiri.

Frilly melihat ekspresi Tama yang sepertinya memikirkan sesuatu. Ia takut kalau Tama benar-benar menginginkan Bella kembali, apalagi ia mendengar pengakuan Tama di parkiran tadi. Ditambah sekarang Anna dan Adi selalu mengungkit Bella di depannya.

Frilly ingin terlihat baik juga di depan orang tua Tama, lalu ia berinteraksi mengambilkan Tama lauk, "Tama mau udang?" tanya Frilly sambil menuangkan udang balado ke piring Tama.

"Arrggg ... jangan masukan udang. Aku gak bisa makan udang, Ly," bentak Tama.

"Ini sayang, ibu ambilkan yang baru nasi dan lauknya!"

"Terima kasih Bu!"

"Maaf Tama, aku gak tau," cicit Frilly sambil menundukkan kepala. Ia semakin serba salah.

'Ini semua karena kamu Bella. Aku benci kamu!' monolog Frilly.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Berkali-kali Bella menghubungi Anna, namun tidak tersambung. Pesan chat Bella pun belum di baca oleh Anna. Dengan berat hati ia melangkahkan kakinya menuju rumah Tama.

Karena lusa, dirinya akan mendaki ke gunung salak. Aneh rasanya jika belum mendapatkan restu dari ibu mantan kekasihnya itu.

Bella memasuki rumah Anna yang tidak terkunci bahkan tidak tertutup dengan baik. Ia segera melangkah masuk dan menutup kembali pintunya.

"Ibu ... Ini Bella!" seru nya.

Namun tetap tidak ada sahutan dari pemilik rumah. Segera Bella ke arah dapur siapa tahu Anna sedang berada di dapur atau di taman dekat dapur. Tempat favorit wanita itu.

"Bi... Bibi, ibu kemana?" tanya Bella sambil menepuk pundak Bi Esih.

"Astaghfirullah Non... ngagetin aja!" pekik Bi Esih yang sedang mengaduk sayur yang ia masak.

Bella tertawa pelan. "Maaf Bi, tadi Bella udah pencet bell berkali kali, tapi gak ada yang jawab. Pintu juga gak di tutup rapet, Bi," jelas Bella.

"Ehh iya Non, maaf ya Non bella. Bibi lagi banyak pikiran, Non,"

"Mikirin apa sih Bi, mikirin Bella ya?" goda Bella.

Bi Esih mengangguk. "Iya mikirin Non Bella."

Bella terkejut dengan tebakannya yang ternyata benar. "Ehh bener ya. Kenapa mikirin Bella Bi? Bikin Bibi repot aja entar." Bella menanggapi dengan senyum manisnya

Pranggggg...

Pranggggg...

Terdengar pecahan benda kaca yang di lempar dari lantai atas tepatnya kamar Tama.

"Kalau kamu tetap memilih wanita itu. Keluar kamu dari rumah ini sekarang!" Itu suara Anna yang menggelegar sampai ke bawah.

"Ibu mengusir aku hanya karena Bella?" ucap Tama tak kalah kencangnya, "Yang anak ibu itu aku atau Bella sih?"

"Kalau Ibu bisa minta sama tuhan. Ibu lebih memilih Bella dari pada kamu!"

Braaakkkkkkkk...

Kali ini benda berat yang seperti terbanting. Dan tak lama Anna memekik kencang.

"Ibu lagi berantem sama Tama, Bi?" tanya Bella khawatir.

"Iya Non, akhir-akhir ini Den Tama dan Ibu sering berantem, Non."

"Dari tadi Bi berantemnya?"

"Dari kemarin Non, sering sekarang mah Ibu dan Den Tama berantem. Kadang Den Tama sama Bapak juga berantem."

Suara pertengkaran mereka terdengar sampai bawah. Membuat Bella berhenti melakukan aktivitas nya yang sedang membantu Bi Esih.

Ia takut sesuatu hal yang buruk terjadi pada Anna, mengingat perangai Tama yang kasar dan bisa melukai siapa saja yang menentang kehendaknya.

"Bella ke atas dulu ya Bi."

Segera Ia ke atas menuju kamar tama. Karena sumber suara itu ada disana. Namun langkahnya memelan ketika Tama meneriaki namanya dalam pembicaraannya dengan Anna.

"Aku dan Bella gak mungkin kaya dulu lagi Bu, Bella belum bisa maafin Tama. Bisa gak sih ibu jangan banding Bella dan Frilly terus!"

"Jelas dia tidak akan memaafkan kamu, karena kamu berselingkuh dengan sahabatnya. Bukannya membujuk Bella dan meminta maaf, kamu malah bawa Frilly ke rumah ini terus. Bahkan kamu di perlakukan seperti pesuruh yang tiap hari antar jemput dia bahkan makan pun kamu melayani dia. Kenapa tidak sekalian saja kamu jadi pelayannya. Itu cocok!"

"Tama bawa frilly ke rumah, biar ibu bisa lebih dekat sama dia. Tapi Ayah dan Ibu selalu menyinggung Bella... Bella... Bella terus!"

"Karena Bella anak Ibu juga, Tama. Anak sahabat ibu!" pekik Anna.

"Aku juga anak Ibu, anak kandung Ibu. Asal ibu tau, kalau bukan Karena ingin menyenangkan hati Ayah Ibu dan mempertahankan warisan yang Ayah Ibu janjikan. Mungkin hubungan aku dan Bella sudah berakhir lama. Atau mungkin tidak ada sama sekali," jerit Tama, "Aku lelah Bu, harus berpura-pura di depan Bella dan menjalani hubungan dengan yang lain di belakang Bella!"

"Kalau begitu bersiaplah kamu keluar dari rumah ini tanpa sepeserpun, Tama!" ancam Anna.

"Ibu tenang aja, kalau memang Bella yang Ibu dan Ayah mau untuk bersanding dengan Tama, hari ini juga aku temuin Bella kalau perlu bersimpuh di kaki Bella supaya Dia mau balik lagi sama aku!" tegas Tama.

"Gak perlu Tama... aku gak Sudi menjalin hubungan pura-pura yang ujung-ujungnya menyakiti aku lagi!"

Bella memasuki kamar Tama yang sudah tidak beraturan, banyak benda pecah belah yang Tama banting belum lagi kaca di lemarinya pecah karena pukulan dari Tama. Bella bisa lihat itu karena tangan Tama mengeluarkan banyak darah dari tangannya.

Bahkan televisi di kamar itupun habis dibanting oleh Tama. Semarah itukah Tama pada ibunya karena hubungan mereka.

Bella yakin Tama sudah benar-benar tidak menginginkan dirinya. Atau memang tidak pernah menginginkan dirinya.

Ternyata selama ini ia menjalani hubungan yang penuh dengan kebohongan. Mendengar alasan mengapa Tama menjalin hubungan dengan Bella hanya karena warisan dan fasilitas, membuat perasaan Bella semakin sakit.

"Be-bella...." Tama terkejut dengan kedatangan Bella.

"Hah... jadi selama ini kita pacaran hanya karena takut hak waris kamu di cabut, Tama?! Pantas saja segitu kejinya kamu selingkuhin aku berkali-kali." Bella tertawa sumbang sambil bersidekap dada. Tentu ia lakukan itu untuk menahan air matanya yang siap meluncur.

"Berkali kali?" gumam Anna.

Bella mengangguk. "Iya berkali-kali, Bu. Kalau tau ternyata semua hanya paksaan Ayah dan Ibu, lebih baik kita berteman saja dari awal, Tam. Ohh... Tidak saling mengenal kalau perlu!"

Anna berdiri dari duduknya dan menghampiri Bella. "Bisa kita bicara Bella? Ibu tidak ingin ada salah paham. Antara kamu dan kami," pinta Anna.

Bella mengikuti Anna menuju taman belakang rumahnya. Anna membawa Bella untuk duduk di gazebo yang menyatu dengan kolam renang milik mereka.

"Di sini tempat kalian dulu bermain. Rasanya Ibu ingin kalian tidak perlu menjadi besar dan dewasa. Ibu ingin kalian selamanya jadi anak kecil kesayangan Ibu. Jika kalian besar nanti, Ibu tidak bisa membayangkan kalian akan hidup masing-masing dan meninggalkan Ibu," ucap ibu Tama dengan wajah sendunya yang sedikit pucat.

Bella masih diam, ia enggan untuk menjawab karena pernyataan dari Tama tadi masih membekas di otaknya. Jujur, Bella masih shock.

"Maafin Ibu, Bella. Ibu hanya ingin Bella jadi anak Ibu dan Ayah. kami ingin kamu tercatat dalam keluarga kami. Jadi saat Ibu tau kalian berpacaran, ibu berharap jenjang kalian akan serius sampai ke pernikahan. Ibu berharap itu!" lanjutnya.

"Ibu, Bella tetap anak ibu dan ayah. Sampai kapan pun it-"

"Kalau kamu menikah dengan pria lain, pria itu akan membawa jauh kamu dari kami. Dan kalau Tama menikahi wanita lain. Wanita itu tidak mungkin menerima kamu, Bella. Lambat laun benteng itu akan semakin tinggi. Ibu tidak bisa tanpa kamu," sela Anna memotong kalimat Bella. Ia terisak dan hal itu membuat Bella pilu.

"Ibuuu... Boleh ya Bella bicara?" tanya Bella yang di anggukan kepala oleh ibu Tama.

"Ibu.. ini hanya masalah waktu dan keterbiasaan Saja. Bella sudah ikhlas siapapun pilihan Tama. Meskipun saat ini berat dan Bella belum bisa memaafkan mereka. Tapi Bella yakin, seiring berjalannya waktu. Bella bisa terima pilihan Tama dan memaafkan mereka," ucap Bella dalam satu tarikan nafas yang sangat berat.

Bella melanjutkan, "Bella harap Ibu pun demikian. Meskipun belum terbiasa. Coba pelan-pelan Ibu dan Ayah terima Frilly atau wanita manapun yang nantinya dipilih oleh Tama. Jangan bandingan wanita itu dengan Bella apalagi didepan wanita itu. Yang ada, wanita pilihan Tama akan membenci Ibu karena belum bisa menerimanya dan membenci Bella karena menjadi duri dalam hubungan mereka."

"Apa tidak ada kesempatan untuk Tama kembali dengan kamu, Bella?" Tanya ibu.

Bella menggeleng, "Kan, tadi Ibu dengar sendiri. Sejak awal Tama memang tidak cinta dengan Bella. Ia hanya ingin Ibu dan Ayah senang. Selain itu alasan lainnya adalah warisan dan fasilitas yang kalian janjikan tentunya," lanjut Bella.

Ia tak sanggup menahan air matanya. Tidak menyangka ternyata Tama memiliki maksud lain selama mereka berpacaran.

"Maafkan Ibu Bella, Ibu membuat kamu semakin menderita karena ambisi Ibu yang menginginkan kamu!" ucap Anna frustasi.

"Apa Ibu tidak kasian pada Bella dan Tama? Kalau seandainya kita sampai menikah karena tuntutan Ayah dan Ibu, bukan karena Tama cinta Bella. Rumah tangga kami akan hancur, Bu. Sakitnya diselingkuhi saat masih pacaran tidak akan sesakit perselingkuhan dalam pernikahan. Apalagi kalau sampai ada anak di tengah-tengah kami. Apakah nanti cucu Ibu tidak akan jadi korbannya?"

Ibu Tama masih terisak sangat pilu, membuat Bella semakin ngilu mendengarnya. Ia hanya bisa memeluk wanita itu sambil ikut menangis. Entah apa yang di tangisinya.

Menangis karena mengingat pengakuan Tama, kah. Menangis karena akan memiliki jarak setelah ini dengan Anna, atau menangis karena masih mencintai Tama.

Tama mendengar semua obrolan antara ibu dan mantan kekasihnya. Ia tidak menyangka Bella memiliki hati sebesar itu. Ia menyesal menyakiti gadis sebaik dan selembut Bella. Namun kembali kepada gadis itupun tak mungkin. Sudah banyak luka yang Tama berikan.

"Maafkan Ibu dan Ayah, Bella. Ibu harap kamu masih mau mengunjungi ayah ibu di rumah ini seperti biasanya!" pinta ibu Tama.

"Bella usahain ya Bu, karena Ibujuga harus belajar menerima Tama dan pilihannya, kan?" jelas bella.

TBC

Terima kasih yang sudah membaca. Mohon maaf jika ada typo yang bertebaran tapi aku usahakan untuk merevisinya. Honestly, cerita ini udah pernah aku up di platform sebelah dengan cover berbeda dan judul berbeda bahkan alur yang berbeda. Meskipun tokoh dan konflik nya sama.

Karena disana banyak penulis yang Report bukan nya kasih masukan, kebayang gak sih, udah cape-cape nulis tapi malah di rusak oleh jari-jari yang nakal. Aku akhirnya stop disana dan pindah kesini. But, overall untuk alurnya dan PUEBI lebih baik disini karena disana lebih banyak typo dan basa basi.

Please like, subscribe dan vote aku ya kalau kalian suka sama cerita ini. Kalau engga, mohon tinggalkan jejak yang terindah. Aku percaya, segala sesuatu hal yang kita lakukan pada orang lain akan berbalik pada diri kita.

Terpopuler

Comments

amateur dara

amateur dara

up nya di sini aja kak. aku udah secinta itu sama Bella dan Danu ❤️

2024-03-04

1

lihat semua
Episodes
1 PENGENALAN TOKOH
2 Chapter 1 - Putri Brawijaya
3 Chapter 2 - Birthday
4 Chapter 3 - Cenayang
5 Chapter 4 - Firasat
6 Chapter 5 - His Lie
7 Chapter 6 - Hurt
8 Chapter 7 - Cincin sang pengkhianat
9 Chapter 8 - Kesempatan
10 Chapter 9 - Pingsan
11 Chapter 10 - Dolphin Ring
12 Chapter 11 - Inheritance
13 Chapter 12 - Rock Climbing
14 Chapter 13 - Love you too
15 Chapter 14 - Puncak
16 Chapter 15 - HoMance
17 Chapter 16 - Mother Else
18 Chapter 17 - Makanan Favorit
19 Chapter 18 - UGD
20 Chapter 19 - Hutang Nyawa
21 Chapter 20 - CHERNYY ORELL
22 Chapter 21 - Why?
23 Chapter 22 - Prince Dirty Blood.
24 Chapter 23 - ALIBI
25 Chapter 24 - Mengalah
26 Chapter 25 - Glimpse of Us
27 Chapter 26 - First
28 Chapter 27 - Binder Biru
29 Chapter 28 - ALPHA
30 Chapter 29 - Gunung Es
31 Chapter 30 - Wild Lion
32 Chapter 31 - Stiletto
33 Chapter 32 - Andre Reason
34 Chapter 33 - CCTV
35 Chapter 34 - Barbie dan Ken
36 Chapter 35 - Masha & The Bear
37 Chapter 36 - WAR or Nego
38 Chapter 37 - Ketahuan
39 Chapter 38 - Bukan Persephone dan Hades
40 Chapter 39 - Open Trip
41 Chapter 40 - Monyet
42 Chapter 41 - Tiket Masa Depan
43 Chapter 42 - Serakah
44 Chapter 43 - Harley dan Marley
45 Chapter 44 - Bocah menakutkan
46 Chapter 45 - Assessment
47 Chapter 46 - Arya Kamandanu
48 Chapter 47 - Be Like
49 Chapter 48 - Puncak hanya Bonus
50 Chapter 49 - Moksa
51 Chapter 50 - Lelaki misterius
52 Chapter 51 - Feeling
53 Chapter 52 - Emergency
54 Chapter 53 - Makhluk Fana
55 Chapter 54 - Realistis
56 Chapter 55 - Little Bride
57 Chapter 56 - Okhotnik
58 Chapter 57 - Gift Luxury
59 Chapter 58 - Still V
60 Chapter 59 - Voucher Gratis
61 Chapter 60 - Suara Durjana
62 Chapter 61 - Farewell
63 Chapter 62 - Raja Iblis
64 Chapter 63 - Dallin si Lalim
65 Chapter 64 - Hukuman
66 Chapter 65 - Galau
67 Chapter 66 - Jangan panggil aku Jal...
68 Chapter 67 - Don't Say Sorry
69 Chapter 68 - Tissue Ajaib
70 Chapter 69 - Take Off
71 Chapter 70 - Never Done
72 Chapter 71 - Mengalah bukan berarti kalah
73 Chapter 72 - Provokasi
74 Chapter 73 - Playing Victim
75 Chapter 74 - Prom Night
76 Chapter 75 - Brain Wash
77 Chapter 76 - Battle Song
78 Chapter 77 - Terbuka
79 Chapter 78 - Airport
80 Chapter 79 - Engagement
81 Chapter 80 - Holiday
82 Chapter 81 - Kemarahan Kamandanu.
83 Chapter 82 - Sakit Hati Camilla
84 Chapter 83 - Caper
85 Chapter 84 - Punishment
86 Chapter 85 - Menghadapi Sendiri
87 Chapter 86 - Karir di ujung tanduk
88 Chapter 87 - Kuntilanak Sipit
89 Chapter 88 - Rumor dari Iblis Betina
90 Chapter 89 - Planning
91 Chapter 90 - Terprovokasi
92 Chapter 91 - Tutup Pintunya!
93 Chapter 92 - Amplop Misterius.
94 Chapter 93 - Malam Sweet 17th yang mencekam
95 Chapter 94 - Akhir dari kepastian
96 Chapter 95 - Bantuan sang Mantan
97 Chapter 96 - Memulai Semuanya dari 0
98 Chapter 97 - Rita dan Huan
99 Chapter 98 - Pengkhianat
100 Chapter 99 - Nasi uduk jengkol
101 Chapter 100 - Danu Gila
102 Chapter 101 - Cousin
103 Chapter 102 - Boomerang
104 Chapter 103 - Dewa Yunani
105 Chapter 104 - Tempat kamu bukan disini
106 Chapter 105 - Cita-cita
107 Chapter 106 - Pusat Perhatian
108 Chapter 107 - Be my Girl
109 Chapter 108 - Dewa Appolo
110 Chapter 109 - Destroyer
111 Chapter 110 - Sate
112 Chapter 111 - Mencari Jarum Di Tumpukan Jerami
113 Chapter 112 - Camilla turun tangan
114 Chapter 113 - Tour
115 Chapter 114 - Pregnant
116 Chapter 115 - Melawan Restu
117 Chapter 116 - Good News or Bad News
118 Chapter 117 - Battle Royal
119 Chapter 118 - Penawaran
120 Chapter 119 - Pertemuan Kembali
121 Chapter 120 - Kenyataan Baru
122 Chapter 121 - Orang tua kandung
123 Chapter 122 - Sacrifice and Friendship
124 Chapter 123 - Divorce
125 Chapter 124 - I'am Sorry, Bella
126 Chapter 125 - Tidak Percaya
127 Chapter 126 - Impulsif
128 Chapter 127 - Rujuk
129 Chapter 128 - Altar
Episodes

Updated 129 Episodes

1
PENGENALAN TOKOH
2
Chapter 1 - Putri Brawijaya
3
Chapter 2 - Birthday
4
Chapter 3 - Cenayang
5
Chapter 4 - Firasat
6
Chapter 5 - His Lie
7
Chapter 6 - Hurt
8
Chapter 7 - Cincin sang pengkhianat
9
Chapter 8 - Kesempatan
10
Chapter 9 - Pingsan
11
Chapter 10 - Dolphin Ring
12
Chapter 11 - Inheritance
13
Chapter 12 - Rock Climbing
14
Chapter 13 - Love you too
15
Chapter 14 - Puncak
16
Chapter 15 - HoMance
17
Chapter 16 - Mother Else
18
Chapter 17 - Makanan Favorit
19
Chapter 18 - UGD
20
Chapter 19 - Hutang Nyawa
21
Chapter 20 - CHERNYY ORELL
22
Chapter 21 - Why?
23
Chapter 22 - Prince Dirty Blood.
24
Chapter 23 - ALIBI
25
Chapter 24 - Mengalah
26
Chapter 25 - Glimpse of Us
27
Chapter 26 - First
28
Chapter 27 - Binder Biru
29
Chapter 28 - ALPHA
30
Chapter 29 - Gunung Es
31
Chapter 30 - Wild Lion
32
Chapter 31 - Stiletto
33
Chapter 32 - Andre Reason
34
Chapter 33 - CCTV
35
Chapter 34 - Barbie dan Ken
36
Chapter 35 - Masha & The Bear
37
Chapter 36 - WAR or Nego
38
Chapter 37 - Ketahuan
39
Chapter 38 - Bukan Persephone dan Hades
40
Chapter 39 - Open Trip
41
Chapter 40 - Monyet
42
Chapter 41 - Tiket Masa Depan
43
Chapter 42 - Serakah
44
Chapter 43 - Harley dan Marley
45
Chapter 44 - Bocah menakutkan
46
Chapter 45 - Assessment
47
Chapter 46 - Arya Kamandanu
48
Chapter 47 - Be Like
49
Chapter 48 - Puncak hanya Bonus
50
Chapter 49 - Moksa
51
Chapter 50 - Lelaki misterius
52
Chapter 51 - Feeling
53
Chapter 52 - Emergency
54
Chapter 53 - Makhluk Fana
55
Chapter 54 - Realistis
56
Chapter 55 - Little Bride
57
Chapter 56 - Okhotnik
58
Chapter 57 - Gift Luxury
59
Chapter 58 - Still V
60
Chapter 59 - Voucher Gratis
61
Chapter 60 - Suara Durjana
62
Chapter 61 - Farewell
63
Chapter 62 - Raja Iblis
64
Chapter 63 - Dallin si Lalim
65
Chapter 64 - Hukuman
66
Chapter 65 - Galau
67
Chapter 66 - Jangan panggil aku Jal...
68
Chapter 67 - Don't Say Sorry
69
Chapter 68 - Tissue Ajaib
70
Chapter 69 - Take Off
71
Chapter 70 - Never Done
72
Chapter 71 - Mengalah bukan berarti kalah
73
Chapter 72 - Provokasi
74
Chapter 73 - Playing Victim
75
Chapter 74 - Prom Night
76
Chapter 75 - Brain Wash
77
Chapter 76 - Battle Song
78
Chapter 77 - Terbuka
79
Chapter 78 - Airport
80
Chapter 79 - Engagement
81
Chapter 80 - Holiday
82
Chapter 81 - Kemarahan Kamandanu.
83
Chapter 82 - Sakit Hati Camilla
84
Chapter 83 - Caper
85
Chapter 84 - Punishment
86
Chapter 85 - Menghadapi Sendiri
87
Chapter 86 - Karir di ujung tanduk
88
Chapter 87 - Kuntilanak Sipit
89
Chapter 88 - Rumor dari Iblis Betina
90
Chapter 89 - Planning
91
Chapter 90 - Terprovokasi
92
Chapter 91 - Tutup Pintunya!
93
Chapter 92 - Amplop Misterius.
94
Chapter 93 - Malam Sweet 17th yang mencekam
95
Chapter 94 - Akhir dari kepastian
96
Chapter 95 - Bantuan sang Mantan
97
Chapter 96 - Memulai Semuanya dari 0
98
Chapter 97 - Rita dan Huan
99
Chapter 98 - Pengkhianat
100
Chapter 99 - Nasi uduk jengkol
101
Chapter 100 - Danu Gila
102
Chapter 101 - Cousin
103
Chapter 102 - Boomerang
104
Chapter 103 - Dewa Yunani
105
Chapter 104 - Tempat kamu bukan disini
106
Chapter 105 - Cita-cita
107
Chapter 106 - Pusat Perhatian
108
Chapter 107 - Be my Girl
109
Chapter 108 - Dewa Appolo
110
Chapter 109 - Destroyer
111
Chapter 110 - Sate
112
Chapter 111 - Mencari Jarum Di Tumpukan Jerami
113
Chapter 112 - Camilla turun tangan
114
Chapter 113 - Tour
115
Chapter 114 - Pregnant
116
Chapter 115 - Melawan Restu
117
Chapter 116 - Good News or Bad News
118
Chapter 117 - Battle Royal
119
Chapter 118 - Penawaran
120
Chapter 119 - Pertemuan Kembali
121
Chapter 120 - Kenyataan Baru
122
Chapter 121 - Orang tua kandung
123
Chapter 122 - Sacrifice and Friendship
124
Chapter 123 - Divorce
125
Chapter 124 - I'am Sorry, Bella
126
Chapter 125 - Tidak Percaya
127
Chapter 126 - Impulsif
128
Chapter 127 - Rujuk
129
Chapter 128 - Altar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!