Tama duduk di cafe favoritnya seorang diri menunggu seseorang yang katanya sudah di jalan.
Biasanya ia dan teman-temannya menghabiskan waktu untuk sekedar bermain, makan, dan menikmati live music yang tersedia di cafe tersebut.
Sepertinya sekarang sudah tidak bisa lagi. Ia tidak bisa lagi hangout dengan teman-temannya yang mungkin sekarang sedang membicarakannya dan mengumpatnya.
Bella datang dengan mengenakan jeans panjang dan blouse berwarna putih. Rambut yang ia kuncir kuda membuat penampilannya sedikit dewasa.
"Kamu pasti tau kan Tama, alasan kita ketemu hari ini?"
Bella tidak basa-basi ketika baru mendaratkan bokongnya di kursi. Bahkan ia tidak menyentuh minuman yang Tama pesankan.
Tama mengangguk dan segera meraih tangan Bella, namun di tepis kasar oleh gadis itu. Membuat Tama tak percaya dengan perubahan sikap Bella padanya.
Benar, ini bukan kali pertamanya ia kedapatan selingkuh dan berujung akan berbaikan lagi dengan Bella. Tentu saja dengan janji manis yang akan Tama keluarkan bak caleg ketika kampanye.
"Aku minta maaf untuk semuanya Bell, tapi aku begini ada alasannya. Aku cuma pengen menjaga kamu!"
"Aku gak paham, maksud menjaga dalam versi otak kamu apa Tama?"
Tama menarik nafas dalam dan menghembuskan dengan kasar. "Berapa tahun kita pacaran Bell? Tapi kita cuma bisa pegangan tangan. Bahkan menikmati momen yang mana hanya kita berdua aja jarang banget. Kamu selalu sibuk dengan ekskul Kamu dan kamu lebih suka menghabiskan waktu dengan teman-teman kamu. Kamu dimana aku dimana!"
"...." Bella bingung dengan alasan Tama yang seolah-olah menyalahkan dirinya.
"Aku lelaki normal Bella. Aku juga ingin mencoba hal-hal yang remaja normal lain lakukan. Just it." lanjut Tama dengan wajah frustasinya.
"I don't know what you mind. Maksud kamu, ini semua salah aku yang terlalu kolot? Aku bukan remaja normal? Tama... Aku gak ngerti sama jalan pikiran kamu. Aku-" Kalimat Bella terpotong oleh ucapan Tama.
"Intinya apapun yang gak bisa dan gak mau aku lakuin ke kamu, aku lampiaskan ke Frilly. Cuma Frilly yang bisa turutin semua kemauan aku!"
"Kalau seperti itu, gak ada harapan lagi dari hubungan kita, Tama. Aku gak akan bisa memberikan apa yang kamu inginkan saat ini. Dan aku pilih mundur."
"Gak bisa begitu, Bell!"
"Tentu bisa, Tama. Kamu bisa lanjutkan hubungan kamu dengan Frilly tanpa bersembunyi dan berbohong di belakang aku."
Sudah tidak ada air mata lagi untuk Tama. Semuanya sudah kering. Entahlah, Bella merasa lega melepaskan Tama.
Bella mengikuti saran Hani untuk mempersiapkan mental dan hati jika berhubungan dengan lelaki seperti Tama. Jangan mencintai secara berlebihan yang mengakibatkan kekecewaan mendalam jika lelaki itu hanya memberi luka.
"Kamu gak bisa mutusin itu sendiri dong Bell," hardik Tama.
"Kenapa gak bisa Tama? saat kamu memutuskan selingkuh, kamu bisa mengambil keputusan sendiri. Tanpa memikirkan bagaimana aku. Aku sudah tidak mau berurusan dengan kamu lagi, Tama!"
"Jadi kamu mau putus hubungan juga termasuk dengan ibu dan ayah?" tanya Tama.
Lelaki itu tersenyum miring menatap Bella. Kali ini Bella pasti akan berfikir dua kali jika ingin putus dengannya.
Jujur, pertanyaan Tama membuat Bella bimbang. Ia teringat kata-kata Saga padanya. Bahwa tidak baik memutus silaturahmi apalagi dengan orang yang sudah dianggap orang tua sendiri. Tapi pengkhianatan dan kebohongan Tama kali ini benar benar-benar menyakitkan.
"Besok aku akan jelaskan semuanya ke ibu dan ayah. Semoga mereka mengerti," ucap Bella sambil berdiri ingin meninggalkan cafe itu.
"Bella please, jangan bahas kejadian di parkiran waktu itu sama ayah dan ibu. Aku bakal putusin Frilly. Kita bisa mulai lagi dari awal."
Bella tertawa sumbang. "Putus? Kalian pacaran ternyata. Tumben. Biasanya kamu selingkuh paling cuma HTS-an. Kali ini pacaran? Sama sahabat aku sendiri. Luar biasa kamu Tama."
Tama berusaha mengejar Bella dan memohon. "Aku mohon banget, Bell. Jangan cerita sama ibu, perihal yang di parkiran. Aku takut kondisi ibu bisa drop, apalagi kalau kamu mau mutusin hubungan sama ibu dan ayah juga."
Bella heran dengan sikap Tama. Biasanya setelah ketahuan selingkuh dan dirinya meminta putus. Maka Tama akan mengancam Bella untuk tidak boleh lagi datang kerumahnya dan bertemu orang tuanya.
Baguslah, Bella masih bisa menjalin hubungan baik dengan Adi dan Anna meskipun sudah tidak berstatus pacar anaknya.
"Oke... aku gak akan bahas itu. Kamu juga gak perlu putus dari Frilly. Kalian saling membutuhkan, kan? Kalau kamu maksa melanjutkan hubungan kita, aku gak bisa kasih apa yang kamu mau, Tam. Kalian akan terus menerus berbohong dengan hubungan kalian."
"Kamu gak seperti biasanya, Bell."
"Seperti biasanya bagaimana maksud kamu? Seperti biasanya mengemis dan mewajarkan perselingkuhan kamu dengan para cewek-cewek kamu, begitu?" tanya Bella.
Tama menatap manik mata Bella dalam. "Kamu udah nggak sayang aku lagi, Bell?"
Bella tertawa pelan sambil melipat kedua tangannya di dada. "Serius kamu tanya ini Tama? Sekarang?"
Bella menghirup nafasnya dalam-dalam lalu ia hembuskan pelan.
"Dulu aku mungkin sayang, Tam. Tapi ... itu dulu. Berkali-kali kamu selingkuh ... kamu bohong ... Bikin aku terlatih, Tam. Terlatih sakit hati. Sampai kebal rasanya."
"Tapi untuk kali ini, ini yang paling sakit, Tama. Karena kamu selingkuh dengan sahabatku sendiri. Sahabat kita. Congratulation Tama, kamu tidak hanya menghancurkan hubungan kita, kamu juga menghancurkan persahabatan kami dan kamu menghancurkan diri kamu sendiri," lanjut Bella.
"Kami?" Tama membeo, bukankah harusnya persahabatan KITA.
"Iya KAMI." Bella menekankan kata kami. "Kamu bukan bagian dari kami, Tama. Kamu hanya orang baru yang kami ajak bergabung bermain bersama, tapi dengan seenaknya kamu menghancurkan kami," cicit Bella.
"Aku juga penasaran Tama sama pertanyaan kamu tadi. Apa aku masih sayang kamu atau enggak. Kita lihat nanti, Tama. Aku bakal buktiin kalau perasaan aku udah benar-benar habis buat kamu." Berkali-kali ia menyeka air matanya yang meluncur bebas.
"Bell ... Aku minta maaf. Maaf udah bikin kamu begini. Please ... Jangan nangis lagi," ucap Tama lirih.
Setelah Bella mengelap wajahnya dengan punggung tangannya dan menghembuskan nafasnya kasar. Ia tersenyum. Senyum yang dipaksakan.
"Aku pastikan ini air mata terakhir untuk kamu, Tama. Setelah ini kita gak ada hubungan lagi. Meskipun itu pertemanan," pungkas Bella.
Tama hanya mematung di tempat. Seolah-olah ia mendapatkan vonis kanker stadium 4 disaat dirinya sedang merasakan kebahagiaan dunia.
Bella berdiri di depan rumah 3 lantai bergaya Jepang dengan perasaan tak karuan. Bella membuka gerbang rumah besar itu. Benar, saat ini Bella sedang berdiri di depan rumah Tama. Dengan paper bag dari toko jewelry terkenal di kota itu.
Belum sempat Bella memencet Bell, pintu jati yang menjulang tinggi itu terbuka dan menampilkan sosok pemilik rumah tersebut.
"Kenapa kamu berdiri aja di situ, Sayang? Ibu kira sales ya kul," canda Anna.
Bella tertawa pelan. "Mana ada sales masuk sampai depan pintu rumah keluarga Adisutjipto, Bu."
Anna tidak membalas candaan Bella. Ia langsung membawa gadis itu ke meja makan karena ia habis membuat pudding.
"Ibu tau kalau Bella mau datang?" tanya Bella sambil menyuapkan potongan puding ke mulutnya.
"Firasat seorang Ibu, Bella."
"Tadinya Ibu yang mau ke rumah kamu. Mau anter puding ini," lanjutnya.
Bella tersenyum menanggapi ucapan Anna.
"Oiya, ini kado untuk Ibu. Maaf Bella baru sempat kesini." Bella meletakan paper bag itu di depan Anna dan menggenggam tangan wanita itu erat.
"Apa ini, Sayang?"
Ann membuka paper bag dan membuka kotak bludru yang ada di dalamnya.
" Ya ampun Isabella. Pemberian papi kamu dan mendiang mami kamu aja belum ibu pakai semua, Bell. Simpan uang jajan kamu untuk beli apapun yang kamu mau, Sayang. Jangan kamu pakai buat beliin Ibu kalung mahal ini."
"Kalau uang jajan Bella abis, Bella bisa minta sama ayah dan Ibu, kan?" tawa Bella dan di anggukan oleh Anna.
"Jangankan uang jajan. Bella mau rumah, mobil, saham sekalipun, kami belikan."
Bella terkekeh, "Gak Bu, itu berlebihan."
"Ibu dengar, kemarin lusa katanya kamu pingsan di Mall. Ada apa Bella? Cerita ya sama Ibu."
Baru saja Bella ingin bercerita, ada manusia yang datang bak jailangkung menyapanya. "Ehh Bella, kamu udah dari tadi disini?" sapa Frilly tanpa dosa dan bersalah.
Tubuh Bella langsung menegang dan seketika Bella teringat kejadian di parkiran itu. Jari-jari tangannya yang saat ini sedang memegang tangan ibu Tama, mengerat.
'Mengapa Frilly keluar dari kamar Tama?' batin Bella. Ia tak menyangka akan bertemu Frilly saat ini. Saat dimana lukanya belum sepenuhnya pulih.
"Sejak kapan kamu di sini, Frilly?" tanya Anna dengan wajah terkejutnya. Karena ada Frilly yang tiba-tiba keluar dari kamar anaknya sambil menenteng tumbler.
"Kira-kira 3 jam yang lalu, Bu. Tadi pas Frilly baru sampai ... kata mbok, Ibu lagi ke supermarket. Jadi Frilly langsung masuk deh!" jelas Frilly.
Frilly berusaha mengakrabkan dirinya dengan ibu Tama. Biasanya ia akan memanggil 'Tante' namun sekarang menjadi 'Ibu'.
"Maksud saya, kamu sejak kapan ada di kamar Tama?" Anna menatapnya dengan menyelidik.
"Baru kok Bu, tadi Tama ngajak Frilly ke kamarnya," ucap Frilly dengan wajah sendunya.
"Nggak punya sopan santun," celetuk Anna.
Saat Tama terlihat menuruni tangga, Anna menggenggam tangan Bella dan mengajak gadis itu ke ruang tengah, melewati Tama.
"Bella ...," lirih Tama saat bertatapan mata dengan Bella.
Bella langsung memutus tatapannya dan fokus mendengarkan Anna yang sedang berbicara. Frilly yang melihat Tama seakan ingin membuka suara pada Bella, langsung mengejar lelaki itu dan merangkul lengannya.
"Tama ...," ucapnya dengan suara manja.
"Bella bersyukur banget tuhan mempertemukan kita. Kalau gak ada Ibu, Bella pasti sulit menjalani semuanya setelah kehilangan mami," ucap Bella masih memeluk Anna.
Anna mengelus rambut Bella dengan lembut. "Bella ... kamu sudah Ibu anggap seperti anak Ibu sendiri. Jangan pernah tinggalin Ibu dan Ayah ya, Nak. Apapun yang terjadi."
"Meskipun aku dan Tama sudah tidak bersama, Ibu dan Ayah tetap sayang Bella, 'kan?"
Anna mengangguk dengan cepat. "Iya Nak, apapun yang terjadi kamu tetap anak Ibu. Meskipun kamu dan Tama tak berjodoh, kamu tetap anak Ibu dan Ayah!" ucap Anna dengan haru.
"Terima kasih Ibu!"
Dari ruang makan, yang mana Frilly dan Tama sedang menikmati puding buatan Anna. Frilly tampak geram melihat interaksi antara Bella dan Ibu Tama.
Ia ingin memisahkan Bella dengan keluarga ini juga. Ia menginginkan semua yang Bella miliki saat ini. Termasuk orang tua Tama.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Ibu, masakan Ibu enak banget. Apalagi beef bulgogi nya. Nanti ajarin Frilly masak, ya Bu!" seru Frilly.
"Ini bukan masakan Tante, Frilly. Ini semua Bella yang masak. Tante cuma bantu Bella saja. Tante gak jago masak makanan sehari-hari," ucap Anna
"Sepertinya Tama gak pernah cerita perihal apapun tentang rumah ini sama kamu, ya Ly? Atau Soal siapa yang biasa masak di rumah ini?" tanya Bella sambil tersenyum miring, "Aku pikir hubungan kalian sudah serius. Ternyata yang jauh cuma soal ran-"
"Frilly belum sedekat kamu dan Ibu. Jadi mohon maklumi," sela Tama memotong kalimat Bella.
"Gak apa-apa, Tam. Ibu kan belum terbiasa dekat dengan aku. Apalagi aku gak Se'jago Bella masaknya," timpal Frilly dengan nada memelas.
"Ya sudah mulai besok, aku kasih kesempatan Frilly buat dekat sama Ibu, biar bisa masak untuk kalian," ujar Bella dengan mantap sambil tersenyum menatap Tama dan Frilly bergantian.
"Apa maksud kamu, Bella?" tanya Adi heran dengan obrolan saat ini di meja makan.
"Ayah ... Ibu ... Mulai besok, Bella bakal jarang banget kesini. Bella tidak ingin jadi penghalang hubungan Frilly dan Tama," jawab Bella dengan tenang.
"Jangan Bella! itu tidak perlu. Ayah rasa Tama tau bagaimana cara ia menyelesaikan ini semua!" Tatapan Adi menajam saat melihat Tama dan Frilly.
"Bella ... kamu 'kan sudah janji sama Ibu, kalau Bella gak akan meninggalkan Ayah dan Ibu," ucap Anna.
"Maaf ya, Nak Frilly. Tante belum bisa menerima kamu. Itu sangat sulit untuk Tante apalagi kalian sudah menyakiti Bella. Anak Tante juga." Tatapan Anna ke Frilly seolah mengatakan 'Cepat kau keluar dari sini'.
"Tidak bisakah Ibu dan Ayah menerima Frilly suatu hari nanti?" pinta Tama.
Adi hanya terdiam dengan wajah mengeras. Lalu dengan cepat ia berdiri dan membanting serbet makannya yang berada tepat di pangkuannya. Tak lama dari itu, Anna menyusul.
"Puas kamu Bell, bikin aku malu dan di benci Ayah dan Ibu Tama," ujar Frilly sambil terisak.
Bella hanya tersenyum miring sambil mengangkat kedua bahunya.
"Cepat kamu minta maaf ke Frilly, Bell!" titah Tama.
"Apa? Kalian mau minta maaf karena sudah berbuat asusila di dalam mobil. Di parkiran Mall?" sindir Bella.
sengaja ia kencangkan suaranya untuk memberikan shock terapi pada pasangan tak waras itu. Frilly semakin terisak dengan kencang.
Melihat hal itu Tama berusaha menenangkannya dan menatap nyalang pada Bella. Hal yang membuat Bella semakin sakit dan muak secara bersamaan.
Ternyata sebegitu pedulinya Tama pada Frilly. Bahkan Frilly belum mengucapkan maaf atas apa yang sudah ia lakukan pada dirinya.
Dulu waktu Bella di rundung wanita-wanita yang mengaku pacar Tama, Tama sama sekali tidak pernah membelanya apalagi membantunya. Perlakuan Tama benar-benar membuat Bella sakit hati dan ia meyakini jika Tama sudah tidak ada tempat di hatinya.
"Cepat minta maaf ke Frilly. Dia hanya ingin dekat dengan keluarga aku, kenapa kamu mempermalukannya dan malah membuatnya sulit di terima di keluargaku," teriak Tama.
"Kenapa aku harus minta maaf? Kalian lah yang harus minta maaf. Apakah aku yang berselingkuh? Kalian lah yang berselingkuh dan berbohong di belakang ku. Bahkan kalian berhubungan ba dan di depan mata kepala ku sendiri. Siapa disini yang harus minta maaf? KALIAN. Kalian yang berhutang maaf padaku!" bentak Bella tak kalah kencangnya.
"Be-berhubungan ba dan?" ulang Anna dengan terbata-bata.
Tadinya ia ingin balik ke meja makan untuk mengambil handphonenya yang tertinggal. Tapi mendengar keributan di ruang makan, membuat ia penasaran dan mencoba mendengarkan permasalahan apa yang dihadapi anak-anaknya itu.
"I-Ibu, ini gak seperti yang Ibu pikirkan. Bell, tolong jelasin ke Ibu, agar Ibu gak salah paham," pinta Tama pada Bella yang sudah berdiri, bersiap akan pulang.
Bella langsung mengelap air matanya yang keluar karena emosi dan sakit hati yang ia terima. Sedangkan Frilly ia langsung menundukkan kepalanya sambil terisak-isak. Seolah-olah ia adalah korban utamanya di sini.
"Engga ada yang perlu di jelaskan. Apapun yang Ibu dengar dari mulut aku, itu benar adanya. Maaf Ibu, selama ini Bella selalu menutupi hubungan Bella dan Tama yang sebenarnya penuh luka. Bella pamit dulu, Bu."
Anna hanya menatap punggung Bella dari belakang saat gadis itu melangkah pergi dari rumahnya. Ia tak bisa membayangkan rasa sakit yang Bella rasakan saat ini.
Anna memilih meninggalkan kedua pasangan yang sedang tertunduk karena menahan malu.
Anna kembali menghampiri suaminya dengan air mata yang membanjiri wajahnya dan menceritakan semua pada suaminya. Air muka Adi seketika mengeras.
"Mengapa kita membesarkan baji ngan itu, berkali-kali dia menyakiti Bella dan membuat kita malu!"
"Apa ini saatnya Tama dan Bella harus tau semuanya, Mas?"
TBC
Kira-kira... Apa yang disembunyikan oleh Pak Adi dan Bu Anna ya? Baca sampai habis ya, akan ada plot twist menanti kalian
Jangan lupa like dan komennya ya, reader kesayangan aku 🫰🏿🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
amateur dara
aku curiga deh jangan jangan Tama bukan anak pak Adi dan Bu Anna. 😱
2024-03-02
1