Chapter 9 - Pingsan

"Thanks ya! berkat Lo, akhirnya dia tau hubungan gue dan Tama. Cape gue backstreet terus."

"Tapi ... Gara-gara ini, Lo jadi dimusuhi sama anak-anak yang lain. Lo gak apa-apa?"

"Yang penting Lo selalu dukung gue, kan?"

"Pasti lah, Ly. Gue minta sama Lo buat silent. Jangan bilang-bilang ke yang lain kalau selama ini, gue yang bantuin Lo."

Frilly tersenyum sambil berucap, "Siap. Rahasia Lo aman, selama Lo selalu jadi tangan kanan gue buat jauhi Bella dari keluarga Tama."

Wanita mengerutkan keningnya bingung. "Tama aja gak cukup, Ly?"

"Engga! Gue mau apa yang Bella miliki saat ini, hilang dari dia. Kalau perlu dia juga harus kehilangan keluarganya. Gue gak mau ada orang yang melebihi gue. Gue gak suka," desisnya.

Mata sipitnya menatap tajam ke sebuah foto. Foto yang menampilkan mereka berenam dengan baju seragam masing-masing dari sekolah mereka.

"Yang asli cuma ada di handphone Lo, kan?"

"Iya Lo tenang aja. Udah gw copy di handphone gue."

"Lo serius kan? Bukannya katanya udah di sebar ke yang lain?"

"Waktu nge-share pakai timer pesan default dan sistem sekali klik langsung terhapus, tapi Lo tenang aja."

"Thanks ya!"

"You are welcome, jadi kapan kita share?"

"Belum waktunya. Gue pengen, dia bukan hanya jatuh. Tapi juga terperosok. Kalau perlu menghilang dari hadapan kita."

Senyum jahat kedua wanita itu, sambil menatap handphone yang menayangkan video yang dapat menghancurkan hidup seseorang dalam sekejap.

Ternyata selama ini Frilly sudah merencanakan ingin membongkar hubungannya dengan Tama. Namun siapakah diantara mereka yang membantu Frilly?

Bella berjalan di koridor sekolah yang tampak sepi. Baru ada beberapa siswa yang hadir, padahal ini hari senin. Siswa yang hadir pun sudah pasti anggota OSIS dan para siswa yang berperan penting dalam terlaksananya upacara bendera hari ini.

Saat Bella memasuki kelas pun hanya ada 2 siswa yang hadir, salah satunya Wulan. Bella baru ingat pada temannya yang memiliki wajah asli Indonesia ini merupakan salah satu anggota OSIS.

"Hay Lan, udah dateng aja pagi-pagi. Udah sarapan?" tanya Bella.

"Ya ... jangan heran atuh, Bell. Kan aku pengurus OSIS. Kalau Meli yang datangnya pagi baru deh aneh." Wulan tertawa geli.

"Hujan duit kalau Meli dateng pagi. Yuk sarapan, Aku bawa sandwich, nih!"

Wulan tertawa kembali. "Bisa kaya dong aku. 10 menit lagi aku ke depan gerbang buat menyambut siswa dan siswi yang datang. Aku bagi 1 ya sandwich nya. Thanks loh!" ujar Wulan dengan senyum mengembang.

"Elehhh ... dari ekspresi kamu, aku yakin kalau kamu lebih suka menyambit dari pada menyambut siswa!" tawa Bella.

"Tau aja kau, Bell. Tuh 'kan yang diomongin muncul, tumben amat dia Dateng pagi!"

"Widih iya. Tumben Bunda Dateng pagi? Gak masak dulu, Bun?" gurau Bella.

"Ishhh berisik deh. Bunda tadi berangkat sama ayah, sekolahnya. Jadi buat anak-anak bunda, hari ini makan siangnya sendiri-sendiri ya. Karena bunda gak masak!" seru Meli dengan cekikikan ala kuntilanak kesurupan.

"Idih ... Bunda kita gak janda lagi, Bell, sekarang!"

"Ishhh jahat kamu ya Wulan, nanti aku aduin ke ayah Kenzo loh!"

"Ohhh ayah Kenzo. Baguslah memperbaiki keturunan," ujar Bella sambil tertawa geli.

Semua pun tertawa karena ujaran Bella. Rasa sakit hatinya meluap dan sedikit terobati dengan tingkah konyol teman-teman nya itu.

"Bell, kamu bawa bekal gak dimakan?" tanya Meli saat melihat bekal Bella yang masih banyak potongan sandwich.

"Engga Mel, aku lagi gak nafsu makan. Mual rasanya. Pahit lidah aku kalau masuk makanan."

"Asam lambung kamu kumat?"

"Iya kayanya," balas Bella.

Ia belum bisa makan karena masih kepikiran insiden di mall itu. Sebenarnya sudah lupa. Namun saat di rumah Tama kemarin, kejadian itu kembali teringat jelas.

"Bell, kamu kenapa? Kok tiba-tiba murung? Aku minta ya sandwich nya. Kasian gak di sentuh, nanti jadi jablay-- jarang di belay."

Bella terkekeh, "Aku gak apa-apa, Mel. Kamu makan aja semua. Aku udah kenyang." Bella berbohong padahal dirinya belum memasukan apapun ke dalam lambungnya.

Hari ini matahari sangat terik padahal masih jam setengah 8. Bella yang mengikuti upacara, rasanya sangat sesak dan pusing berjemur sinar matahari pagi. Tidak biasanya ia seperti ini. Matanya berkunang-kunang. Lama lama gelap dan ....

Brughhhh!

"Ada yang pingsan!" seru salah satu siswa kepada petugas PMR.

"Bella pingsan!" pekik salah satu murid yang berada di samping Bella.

"Itu Bella!" Suara dari beberapa siswa.

Bella langsung dinaikkan ke atas tandu lipat dan di bawa oleh kedua petugas PMR. Saat upacara selesai, Hani dan Meli gegas menuju ruang PMR yang terletak di lantai 1 dekat tangga untuk mengecek kondisi Bella.

"Loh Kak Danu disini juga?" tanya Meli heran.

"Iya tadi gue lagi antar murid yang jatuh dari atas pagar. Pas gue sampai sini ternyata juga ada Bella!" jelas Danu.

Ia berusaha mencari alibi yang tepat dan Meli mengangguk percaya.

"Kamu kenapa Bella?" tanya Danu ketika gadis itu telah sadar.

"Itu ... Itu karena Bella belum sarapan kak, soalnya jatah sarapannya dikasih ke aku dan Wulan," jawab Meli.

"Owh... kalau begitu jangan lupa di makan ya Bell, rotinya. Ini juga ada teh manis, biar kamu gak lemas lagi!" jelas Danu kepada Bella.

"Iya Kak terima kasih," ucap Bella. Lagi-lagi ia merepotkan Danu, pikirnya.

"Sama-sama."

"Ya udah Bell, kita ke kelas dulu ya! Kamu disini ada Danu yang siap menemani 2X24 jam. Ya kan, Nu?" tanya Hani memastikan.

"Iya, teman kalian aman sama gue."

"Bye bye Bella!"

Meli dan Hani pun keluar dari ruang UKS sambil tertawa pelan meledek Bella dan Danu.

"Duh ... jangan dengerin mereka ya, Kak. Mulutnya emang suka asal ngomong," ujar Bella

Danu hanya tersenyum. Senyum yang memperlihatkan betapa dalam nya lesung pipi itu. 'Manis,' Batin Bella. 'Ihh apa apaan sih Bell'. Bella memukul pelan kepalanya karena berfikir yang iya iya.

"Kamu kenapa, Bell? Pusing?"

"E-engga kok Kak." Bella menjawab dengan gugup.

"Kenapa kamu bisa gak sarapan?"

"Asam lambung ku naik kayanya," jelas Bella sambil memegangi perutnya.

"Masih memikirkan masalah percintaan kamu?"

Bella tersenyum kecut, bagaimana bisa ia melupakan secepat itu walaupun ingin, namun itu sulit.

Melihat Bella yang hanya diam saja sambil melamun, lantas Danu menyenggol pundak Bella agar ia tersadar dari lamunannya.

"Gak baik melamun disaat banyak pikiran. Kalau kamu kesurupan aku gak bisa bantunya." Tawa Danu.

Bella ikut tertawa. "Aku bingung aja Kak. Mau nangis tapi udah gede, berusaha kuat tapi sesak rasanya."

Tiba-tiba kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya padahal biasanya Bella cukup selektif untuk menceritakan masalah hidupnya.

"Heyyy ... menangislah, kalau itu bisa bikin hati kamu sedikit lega. Menangislah Bella, kamu bukan robot!"

Bella menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan. "Nanti aku nangisnya di rumah aja!" Tawa Bella untuk mencairkan suasana yang mendung ini.

"Asal kamu jangan berlebihan ya Bell, nangisnya. jangan sampai menyakiti diri sendiri. Karena kamu lebih berharga!" ucap Danu sambil menatap manik mata Bella. Tangannya ia daratkan keatas kepala Bella dan mengusap pelan disana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Jam istirahat tiba. Bella, Meli, Wulan dan Hani memilih untuk ke kantin. Hari ini kantin tidak begitu ramai mungkin karena Bell istirahat baru saja berbunyi.

Dari arah pintu masuk kantin, datang segerombolan teman-teman Danu dan sudah pasti disana ada Danu. Mereka memilih meja dekat Bella dan teman-temannya.

Bella bingung mengapa segerombolan lelaki itu yang terkenal dengan nama Pioneer ingin makan siang dekat meja mereka atau mungkin biasanya mereka yang duduk disini.

Hani berbisik, "Mel, beneran kamu lagi deket sama si Kenzo?"

"Iya. Udah jangan keras-keras ngomongnya, nanti mereka denger juga. Malu."

"Owhhh backsound ceritanya."

"Backstreet Haniiii."

"Bukannya dia playboy, ya?" tanya Wulan memastikan.

Melisa menatap Wulan penuh tanya sedangkan Wulan hanya mengangkat bahunya acuh.

Lee Kenzo Nakamura, lelaki yang saat ini dekat dengan Melisa Sanders. Berasal dari keluarga Nakamura. Ayah Kenzo berdarah Korea Jepang dan memiliki gurita bisnis di Jepang. Sedangkan ibu Kenzo berdarah Indonesia Jepang. Maka dari itu wajah Kenzo sangat oriental mirip artis dorama Shun Oguri.

Lalu di sebelah Danu ada Adrian Edmund Chaiden atau biasa dipanggil Adrian. Ia merupakan keturunan Indonesia - Inggris. Ayahnya Edward Chaiden, merupakan pemilik perusahaan Chaiden Grup yang berlokasi di Inggris sedangkan ibu nya seorang designer, bridal designer serta berasal dari keluarga Aditama. Pemilik Alexandra School sebelumnya.

Kemudian di belakang Danu dan di samping Kenzo ada Panji Adriatic. Ia adalah anak dari pasangan selebritis yang cukup terkenal di tanah air. Ibunya seorang artis terkenal beserta pemilik PH dan ayahnya pemilik perusahaan start up yang ratingnya sedang bagus.

Diantara ke 4 orang itu. Panji lah yang paling humble. Tidak seperti Adrian apalagi Danu yang dinginnya seperti freezer kulkas.

Dan yang terakhir, Kamandanu Dallin Harrison. Ia sangat misterius. Sampai saat ini yang mereka ketahui lelaki itu dikenal sebagai putra tunggal keluarga Harrison dan ketua Pioneer. Diantara keempat remaja itu, Danu lah yang memiliki darah biru dan keluarganya cukup berpengaruh di negeri ini.

Seperti sekarang ini, seharusnya Yayasan Alexandra School adalah milik keluarga Aditama. Dikarenakan terjadi masalah internal. Yayasan Alexandra School di akuisisi oleh keluarga Harrison.

"Tumben kalian makan disini?" tanya Panji.

"Iya, lagi pengen merasakan fasilitas makan siang di kantin, Yank," balas Hani.

Hani dan Panji sudah berpacaran lama. Mereka dijodohkan oleh kedua orang tua mereka sejak mereka kecil. Jadi hubungan Hani dan anak-anak Pioneer cukup dekat.

"Hai Bella, kamu mau lunch di sini juga?" sapa Danu.

"Iya Kak, nemenin mereka makan siang." Bella menunjuk teman-temannya yang duduk di depannya.

"Kenapa cuma nemenin? kamu harus makan juga. Atau aku pesankan jus supaya lidah kamu lebih fresh dan segar?!" bujuk Danu. Lalu ia berjalan menuju stand jus.

Teman-teman Danu terheran melihat sikap Danu. Pasalnya Danu terkenal dengan sikap dinginnya dan angkuh.

Jangankan peduli sekitar, menyapa dan membalas sapaan orang saja, Danu tidak pernah, kecuali dengan mereka, sahabat terdekatnya.

Tak lama, yang lain kembali dengan tray berisi nasi, lauk pauk beserta sayuran yang mereka pilih, begitu pun dengan Danu.

Ia datang dengan segelas jus strawberry dan SOP buah yang sepertinya menggugah selera.

Sekolah mereka memiliki 2 jenis kantin. Kantin pertama khusus siswa dan siswi yang ingin mengambil hak makan siangnya yang sudah di siapkan oleh pihak sekolah dengan konsep Buffet (prasmanan).

Menu makanan terhidang di Roll top bulat dan beberapa menu juga ada di chaffing dish kotak. kemudian para siswa mengambil tray dan petugas Buffet yang nantinya meletakan makanan sesuai yang keinginan siswa ke dalam tray makanan mereka.

Sedangkan kantin kedua seperti kantin pada umumnya yang terdapat stand booth makanan dan minuman dari berbagai macam jenis makanan dan minuman.

"Ini Bell jusnya." Danu duduk berhadapan dengan Bella dan meletakan jus strawberry yang ia pesankan.

"Terima kasih Kak."

Bella segera meminum jus strawberry yang ternyata segar di tenggorokannya. Tak hanya memesan jus, Danu juga memesan SOP buah yang berkuah mangga.

'Sepertinya segar. Ya ampun aku jadi ingin,' batin Bella sambil mengamati lelaki itu yang sedang menyuapkan SOP buah ke mulutnya.

"Kamu mau SOP buah ini, Bell?" tanya Danu.

'Aduh jangan-jangan dia tau, aku liatin SOP buahnya yang menggugah selera itu. Mau nolak tapi ingin. Mau terima tapi malu.'

"Ini ... Aaa!" titah Danu.

Reflek Bella membuka mulutnya ketika sendok yang Danu sodorkan tepat di depan mulutnya.

Seketika suasana kantin mendadak hening. Semua mata tertuju pada Bella dan Danu. Bella yang menyadari jika teman-temannya sedang menatap mereka seketika menegakkan duduknya dan menatap ke sekelilingnya.

"Hal yang patut di catat sih ini! Danu deket sama cewek!" bisik salah satu murid yang berada di kantin.

"Iya ... Gue pikir dia ..."

"Ssstttt .... Nanti orangnya dan teman-temannya denger!"

Sedangkan teman-teman Danu menatap Danu tak percaya. Namun itu tidak berlangsung lama, mereka memilih melanjutkan makan siang mereka. Kecuali Adrian, ia memilih meninggalkan kantin dan pergi entah kemana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Bella menikmati musik instrumen melalui headset yang ia sambungkan di ponselnya. Sambil mendudukkan tubuhnya di ayunan rotan yang berada di balkon kamarnya, Ia berusaha merefleksikan diri dan mencoba melupakan kesedihannya.

Namun setiap kali ia memejamkan mata, wajah Tama akan selalu muncul. 'Aku berasa kaya lagi keramas, pas merem tiba-tiba kebayang hantu!'

Dddrrrtttt...

Dddrrrttt...

Ddddrrttt...

Handphone Bella bergetar dan menampilkan nama Intan, sahabatnya. Segera Bella menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan tersebut.

"Dimana Bella?"

"Aku di rumah, Tan. Ada apa?"

"Nongkrong yuk! Gue sama anak-anak lagi di cafe langganan kita, Nih!"

Bella mendesah pelan. "Setengah jam lagi, aku sampai sana!"

"Gue kasih waktu 10 menit buat Lo. Robinson udah ada di depan rumah Lo, buat jemput Lo."

Intan mematikan panggilan secara sepihak. Bukan hal yang aneh untuk Bella dengan sikap Intan yang suka semena-mena.

Selebgram campuran Indo-Jepang itu memang paling suka sesuatu hal yang sat set sat set. Intan tidak suka membuang-buang waktu untuk menunggu.

Bella langsung mengambil dompet nya dan mengenakan cardigan. Ia takut acara semedi di cafe nya bisa sampai malam. Bella bergegas turun untuk pamit kepada orang tuanya karena Robi sudah menunggunya di depan.

"Pih, Bella keluar sebentar," pamitnya.

"Mau ke mana Bella?" tanya Andre dari ruang keluarga.

"Mau cari orang tua baru buat tanda tangani surat izin aku, Pih!" canda Bella sambil terkekeh.

"Okeh. warisan kamu Papi hibahkan ke panti asuhan," balas papinya.

"Itu bagus, Pih. semoga menjadi amal jariyah buat Bella kelak di akhirat. Terima kasih Papi," tawa Bella yang menular ke papi nya. Diantara keduanya mengetahui bahwa mereka hanya bercanda.

Inah mendekati Andre sambil membawakan kopi favorit suaminya.

"Izinin aja, sih Pih. Masih di Jawa Barat ini. Nanti Mama minta saudara Mama buat pantau Bella disana. masih sekitaran Bogor - Sukabumi, kan?"

TBC

Terpopuler

Comments

amateur dara

amateur dara

aku suka begitu kalau mandi sambil tutup mata /Drool/

2024-03-02

0

amateur dara

amateur dara

pasti emak tirinya Bella want to do something deh. jadi penasaran kira-kira bakal ngelakuin apa ya si Inah.

2024-03-02

1

lihat semua
Episodes
1 PENGENALAN TOKOH
2 Chapter 1 - Putri Brawijaya
3 Chapter 2 - Birthday
4 Chapter 3 - Cenayang
5 Chapter 4 - Firasat
6 Chapter 5 - His Lie
7 Chapter 6 - Hurt
8 Chapter 7 - Cincin sang pengkhianat
9 Chapter 8 - Kesempatan
10 Chapter 9 - Pingsan
11 Chapter 10 - Dolphin Ring
12 Chapter 11 - Inheritance
13 Chapter 12 - Rock Climbing
14 Chapter 13 - Love you too
15 Chapter 14 - Puncak
16 Chapter 15 - HoMance
17 Chapter 16 - Mother Else
18 Chapter 17 - Makanan Favorit
19 Chapter 18 - UGD
20 Chapter 19 - Hutang Nyawa
21 Chapter 20 - CHERNYY ORELL
22 Chapter 21 - Why?
23 Chapter 22 - Prince Dirty Blood.
24 Chapter 23 - ALIBI
25 Chapter 24 - Mengalah
26 Chapter 25 - Glimpse of Us
27 Chapter 26 - First
28 Chapter 27 - Binder Biru
29 Chapter 28 - ALPHA
30 Chapter 29 - Gunung Es
31 Chapter 30 - Wild Lion
32 Chapter 31 - Stiletto
33 Chapter 32 - Andre Reason
34 Chapter 33 - CCTV
35 Chapter 34 - Barbie dan Ken
36 Chapter 35 - Masha & The Bear
37 Chapter 36 - WAR or Nego
38 Chapter 37 - Ketahuan
39 Chapter 38 - Bukan Persephone dan Hades
40 Chapter 39 - Open Trip
41 Chapter 40 - Monyet
42 Chapter 41 - Tiket Masa Depan
43 Chapter 42 - Serakah
44 Chapter 43 - Harley dan Marley
45 Chapter 44 - Bocah menakutkan
46 Chapter 45 - Assessment
47 Chapter 46 - Arya Kamandanu
48 Chapter 47 - Be Like
49 Chapter 48 - Puncak hanya Bonus
50 Chapter 49 - Moksa
51 Chapter 50 - Lelaki misterius
52 Chapter 51 - Feeling
53 Chapter 52 - Emergency
54 Chapter 53 - Makhluk Fana
55 Chapter 54 - Realistis
56 Chapter 55 - Little Bride
57 Chapter 56 - Okhotnik
58 Chapter 57 - Gift Luxury
59 Chapter 58 - Still V
60 Chapter 59 - Voucher Gratis
61 Chapter 60 - Suara Durjana
62 Chapter 61 - Farewell
63 Chapter 62 - Raja Iblis
64 Chapter 63 - Dallin si Lalim
65 Chapter 64 - Hukuman
66 Chapter 65 - Galau
67 Chapter 66 - Jangan panggil aku Jal...
68 Chapter 67 - Don't Say Sorry
69 Chapter 68 - Tissue Ajaib
70 Chapter 69 - Take Off
71 Chapter 70 - Never Done
72 Chapter 71 - Mengalah bukan berarti kalah
73 Chapter 72 - Provokasi
74 Chapter 73 - Playing Victim
75 Chapter 74 - Prom Night
76 Chapter 75 - Brain Wash
77 Chapter 76 - Battle Song
78 Chapter 77 - Terbuka
79 Chapter 78 - Airport
80 Chapter 79 - Engagement
81 Chapter 80 - Holiday
82 Chapter 81 - Kemarahan Kamandanu.
83 Chapter 82 - Sakit Hati Camilla
84 Chapter 83 - Caper
85 Chapter 84 - Punishment
86 Chapter 85 - Menghadapi Sendiri
87 Chapter 86 - Karir di ujung tanduk
88 Chapter 87 - Kuntilanak Sipit
89 Chapter 88 - Rumor dari Iblis Betina
90 Chapter 89 - Planning
91 Chapter 90 - Terprovokasi
92 Chapter 91 - Tutup Pintunya!
93 Chapter 92 - Amplop Misterius.
94 Chapter 93 - Malam Sweet 17th yang mencekam
95 Chapter 94 - Akhir dari kepastian
96 Chapter 95 - Bantuan sang Mantan
97 Chapter 96 - Memulai Semuanya dari 0
98 Chapter 97 - Rita dan Huan
99 Chapter 98 - Pengkhianat
100 Chapter 99 - Nasi uduk jengkol
101 Chapter 100 - Danu Gila
102 Chapter 101 - Cousin
103 Chapter 102 - Boomerang
104 Chapter 103 - Dewa Yunani
105 Chapter 104 - Tempat kamu bukan disini
106 Chapter 105 - Cita-cita
107 Chapter 106 - Pusat Perhatian
108 Chapter 107 - Be my Girl
109 Chapter 108 - Dewa Appolo
110 Chapter 109 - Destroyer
111 Chapter 110 - Sate
112 Chapter 111 - Mencari Jarum Di Tumpukan Jerami
113 Chapter 112 - Camilla turun tangan
114 Chapter 113 - Tour
115 Chapter 114 - Pregnant
116 Chapter 115 - Melawan Restu
117 Chapter 116 - Good News or Bad News
118 Chapter 117 - Battle Royal
119 Chapter 118 - Penawaran
120 Chapter 119 - Pertemuan Kembali
121 Chapter 120 - Kenyataan Baru
122 Chapter 121 - Orang tua kandung
123 Chapter 122 - Sacrifice and Friendship
124 Chapter 123 - Divorce
125 Chapter 124 - I'am Sorry, Bella
126 Chapter 125 - Tidak Percaya
127 Chapter 126 - Impulsif
128 Chapter 127 - Rujuk
129 Chapter 128 - Altar
Episodes

Updated 129 Episodes

1
PENGENALAN TOKOH
2
Chapter 1 - Putri Brawijaya
3
Chapter 2 - Birthday
4
Chapter 3 - Cenayang
5
Chapter 4 - Firasat
6
Chapter 5 - His Lie
7
Chapter 6 - Hurt
8
Chapter 7 - Cincin sang pengkhianat
9
Chapter 8 - Kesempatan
10
Chapter 9 - Pingsan
11
Chapter 10 - Dolphin Ring
12
Chapter 11 - Inheritance
13
Chapter 12 - Rock Climbing
14
Chapter 13 - Love you too
15
Chapter 14 - Puncak
16
Chapter 15 - HoMance
17
Chapter 16 - Mother Else
18
Chapter 17 - Makanan Favorit
19
Chapter 18 - UGD
20
Chapter 19 - Hutang Nyawa
21
Chapter 20 - CHERNYY ORELL
22
Chapter 21 - Why?
23
Chapter 22 - Prince Dirty Blood.
24
Chapter 23 - ALIBI
25
Chapter 24 - Mengalah
26
Chapter 25 - Glimpse of Us
27
Chapter 26 - First
28
Chapter 27 - Binder Biru
29
Chapter 28 - ALPHA
30
Chapter 29 - Gunung Es
31
Chapter 30 - Wild Lion
32
Chapter 31 - Stiletto
33
Chapter 32 - Andre Reason
34
Chapter 33 - CCTV
35
Chapter 34 - Barbie dan Ken
36
Chapter 35 - Masha & The Bear
37
Chapter 36 - WAR or Nego
38
Chapter 37 - Ketahuan
39
Chapter 38 - Bukan Persephone dan Hades
40
Chapter 39 - Open Trip
41
Chapter 40 - Monyet
42
Chapter 41 - Tiket Masa Depan
43
Chapter 42 - Serakah
44
Chapter 43 - Harley dan Marley
45
Chapter 44 - Bocah menakutkan
46
Chapter 45 - Assessment
47
Chapter 46 - Arya Kamandanu
48
Chapter 47 - Be Like
49
Chapter 48 - Puncak hanya Bonus
50
Chapter 49 - Moksa
51
Chapter 50 - Lelaki misterius
52
Chapter 51 - Feeling
53
Chapter 52 - Emergency
54
Chapter 53 - Makhluk Fana
55
Chapter 54 - Realistis
56
Chapter 55 - Little Bride
57
Chapter 56 - Okhotnik
58
Chapter 57 - Gift Luxury
59
Chapter 58 - Still V
60
Chapter 59 - Voucher Gratis
61
Chapter 60 - Suara Durjana
62
Chapter 61 - Farewell
63
Chapter 62 - Raja Iblis
64
Chapter 63 - Dallin si Lalim
65
Chapter 64 - Hukuman
66
Chapter 65 - Galau
67
Chapter 66 - Jangan panggil aku Jal...
68
Chapter 67 - Don't Say Sorry
69
Chapter 68 - Tissue Ajaib
70
Chapter 69 - Take Off
71
Chapter 70 - Never Done
72
Chapter 71 - Mengalah bukan berarti kalah
73
Chapter 72 - Provokasi
74
Chapter 73 - Playing Victim
75
Chapter 74 - Prom Night
76
Chapter 75 - Brain Wash
77
Chapter 76 - Battle Song
78
Chapter 77 - Terbuka
79
Chapter 78 - Airport
80
Chapter 79 - Engagement
81
Chapter 80 - Holiday
82
Chapter 81 - Kemarahan Kamandanu.
83
Chapter 82 - Sakit Hati Camilla
84
Chapter 83 - Caper
85
Chapter 84 - Punishment
86
Chapter 85 - Menghadapi Sendiri
87
Chapter 86 - Karir di ujung tanduk
88
Chapter 87 - Kuntilanak Sipit
89
Chapter 88 - Rumor dari Iblis Betina
90
Chapter 89 - Planning
91
Chapter 90 - Terprovokasi
92
Chapter 91 - Tutup Pintunya!
93
Chapter 92 - Amplop Misterius.
94
Chapter 93 - Malam Sweet 17th yang mencekam
95
Chapter 94 - Akhir dari kepastian
96
Chapter 95 - Bantuan sang Mantan
97
Chapter 96 - Memulai Semuanya dari 0
98
Chapter 97 - Rita dan Huan
99
Chapter 98 - Pengkhianat
100
Chapter 99 - Nasi uduk jengkol
101
Chapter 100 - Danu Gila
102
Chapter 101 - Cousin
103
Chapter 102 - Boomerang
104
Chapter 103 - Dewa Yunani
105
Chapter 104 - Tempat kamu bukan disini
106
Chapter 105 - Cita-cita
107
Chapter 106 - Pusat Perhatian
108
Chapter 107 - Be my Girl
109
Chapter 108 - Dewa Appolo
110
Chapter 109 - Destroyer
111
Chapter 110 - Sate
112
Chapter 111 - Mencari Jarum Di Tumpukan Jerami
113
Chapter 112 - Camilla turun tangan
114
Chapter 113 - Tour
115
Chapter 114 - Pregnant
116
Chapter 115 - Melawan Restu
117
Chapter 116 - Good News or Bad News
118
Chapter 117 - Battle Royal
119
Chapter 118 - Penawaran
120
Chapter 119 - Pertemuan Kembali
121
Chapter 120 - Kenyataan Baru
122
Chapter 121 - Orang tua kandung
123
Chapter 122 - Sacrifice and Friendship
124
Chapter 123 - Divorce
125
Chapter 124 - I'am Sorry, Bella
126
Chapter 125 - Tidak Percaya
127
Chapter 126 - Impulsif
128
Chapter 127 - Rujuk
129
Chapter 128 - Altar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!