~ Mansion Pioneer~
Sebuah Mansion mewah namun di dalamnya bukan di isi dengan keluarga yang hangat, namun terisi oleh sekumpulan pemuda-pemuda bertatto penuh di badan mereka.
Hanya beberapa yang tidak ... maksudnya belum. Membingkai kan tubuh mereka dengan gambar-gambar penuh simbol dan makna.
Di dalam mansion yang dijadikan markas oleh ketua mereka, terdapat fasilitas yang lengkap.
Mulai dari vending machine di setiap ruangan, meja billiard di ruang tengah yang dikhususkan untuk tempat anak-anak Pioneer berkumpul, alat gym super lengkap di lantai dua mansion itu.
Tersedia juga kolam renang mewah di dalam mansion, bahkan Helipad pun ada di atas mansion.
Igor memang sering mengunjungi mansion Pioneer yang sebenarnya adalah mansion pribadi Kamandanu -- putranya.
"Jadi dia, Nu. Cewek yang lo tunggu-tunggu buat masuk Alexandra. Lo juga 'kan, yang sponsorin dia?" tanya Kenzo, yang sedang asik memasukan satu persatu bola billiard.
Danu yang sibuk merokok di jendela sambil memainkan ponselnya, menoleh sekilas ke arah Kenzo. "Iya."
Kali ini Panji yang melirik ke arah Danu, baru kali ini mereka melihat Danu tersenyum lebar.
Ya ... sore tadi, mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri jika Kamandanu berbicara sambil tersenyum bahkan lelaki itu sampai tertawa.
"Bukannya dia pacarnya anak Adisutjipto ya?" tanya Adrian heran. "Isabella namanya."
"...."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sementara itu di tempat lain. Pesta yang dihadiri para keluarga besar Adisutjipto dan kolega mereka, memenuhi taman yang berada di belakang rumah kediaman Adisutjipto.
Pesta yang digelar dengan konsep mini garden yang cukup meriah namun begitu hangat sudah dipadati tamu undangan.
Annastasia sudah berdiri bersama sang suami mengenakan long dress berwarna putih gading sangat cantik malam ini.
Tak berbeda jauh dengan dress yang Bella kenakan, pemberian Anna. Orang yang tidak begitu mengenal Annastasia pasti mengira jika Isabella adalah putrinya.
"Cantik sekali kau punya putri. Bagaimana kalau kita jodohkan anak kita. Ann!" ucap seorang perempuan dengan logat Sumatra Barat, berusia kurang lebih sama dengan Anna.
Anna tersenyum dan menjawab temannya itu. "Jangan lah, Kak. Calon menantuku ini! Anak ku laki-laki. Tuh, di sana Kak!" tunjuk Anna pada Tama, yang sedang berkumpul bersama teman-temannya yang lain.
Acara inti pun dimulai, setelah berdoa bersama dan tiup lilin. Seluruh tamu undangan berpusat pada Annastasia yang sedang memotong kuenya.
"Tante, potongan kue pertama mau dikasih ke siapa?" tanya Hera penasaran, saat Annastasia memotong kue pertama dan meletakkannya di piring kaca.
"Untuk suami Tante tercinta pastinya." Tawa Anna dalam rangkulan mesra Adi -- Ayah Tama.
"Kue selanjutnya untuk kedua anak Ibu tersayang."
Kue kedua sengaja Anna potong besar untuk Tama dan Bella. Mereka menerimanya dengan senang lalu memeluk wanita yang usianya sudah menginjak 47 namun masih terlihat cantik.
"Terima kasih Ibu. Terima kasih sudah sayang sama Bella."
"Sama sama, Sayang," balas Anna.
"Tante Anna, ini untuk Tante." Frilly memberikan sebuah paper bag berlogo Chanel
"Wah ... terima kasih Frilly."
Anna membuka paper bag dan mengeluarkan isinya. Ternyata sebuah tas Chanel 22 mini black yang harganya bukan kaleng kaleng.
"Frilly ... kalau gue ulang tahun, boleh kali di kadoin itu. Ehehehe." Intan tampak iri dengan kado yang Frilly berikan kepada Anna.
"Boleh lah, boleh lah, boleh lah," balas Frilly dengan logat Upin Ipin nya sambil tertawa renyah.
Memang tidak diragukan Frilly bisa memberikan tas semahal itu karena ayahnya memiliki perusahaan provider dan stasiun televisi terbaik di Indonesia bahkan merambah ke mancanegara. Lalu ibunya memiliki beberapa franchise minimarket di kota itu.
"Sama-sama, Tante. Jangan lupa di pakai ya, Tan!" pinta Frilly dengan tangan bergelayut manja pada lengan Anna.
"Iya pasti Tante pakai, salam ya buat Mama kamu!"
"Iya Tante, Frilly pasti sampaikan."
Bella yang berdiri berseberangan dengan Annastasia. menatap wanita itu dengan sungkan. "Ibu, maaf ya, kado dari Bella menyusul." Bella tersenyum canggung. Bukannya ia lupa. Bella hanya bingung ingin memberikan apa.
"Iya Tante maaf ya, tadi Bella lupa kalau hari ini ulang tahun, Tante. jadi belum sempat beli kado untuk Tante. Mau ke butik tapi kita sudah terlalu sore." Bukan Bella yang angkat bicara, tapi Hera yang memberikan penjelasan.
"Gak apa-apa, Sayang. Jangan dipikirkan ya. Jangan di jadiin beban. Bella ada di sini saja, Ibu sudah senang. Bella hadiah paling berharga buat Ibu." Senyum tulus Anna yang dibalas dengan pelukan hangat dari Bella.
"Lagi pula papi kamu sudah mengirimkan gaun-gaun dan stelan untuk Ayah dan Ibu. Itu udah lebih dari cukup, Sayang." Anna mengendurkan pelukannya untuk menatap Bella.
Di sudut taman dekat gazebo, Intan sedang menahan kesal sambil misah - misuh.
"Maksud si Hera bilang lo lupa ulang tahun Tante Anna di depan Tante Anna langsung apa ya, Bell?" Selidik Intan.
"Entahlah. Dia 'kan, emang begitu. Suka ceplas ceplos." Bella enggan memikirkan masalah itu.
Tiba-tiba Frilly dan Hera mendekati Intan dan Bella yang sedang menikmati beberapa Snack yang tersedia di meja mereka.
Entahlah, mengapa Intan tidak begitu suka dengan Frilly dan Hera lebih tepatnya semenjak mereka tumbuh dewasa.
Padahal orang tua mereka sangat dekat dan menjalin hubungan bisnis bersama di dalam satu organisasi besar.
"Maaf ya Bella, aku gak ada maksud apa-apa tadi. Kamu gak marah sama aku 'kan, Bell?" Hera datang memeluk Bella.
"Carmuk lo ya?!" Sewot Intan menatap sinis ke arah Hera.
"Udah Tan," ucap Bella menengahi. "Iya gak apa-apa Ra, toh Ibu 'kan, gak marah dan memaklumi aku."
"Sorry banget, Bell. Ini salah aku yang nggak tau kondisi kamu."
"Akhir-akhir ini aku memang sibuk, Ra. Selain baru aktif ekskul. Tugas sekolah juga lagi banyak banyaknya, aku udah jelasin itu ke Ibu tadi," jelas Bella. Lalu menenangkan Intan agar tidak emosi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
~Rumah Brawijaya~
"Jam segini kamu baru pulang, Bella?"
Ternyata Andre dan Inah -- Papi dan mamanya, sedang berkumpul di ruang keluarga.
Ohh, jangan lupakan juga. Ada Lisa disana dengan setoples cemilannya. Lengkap dengan kaki yang ia angkat ke atas sofa.
"Udah dari jam 3 sore Bella pulang, Pih. Terus langsung ke rumah Tama dulu. Ibu Anna ulang tahun hari ini. Jadi kita celebration dulu."
"Kan, bisa pulang dulu ganti baju, Kak," sahut Inah, istri kesayangan papinya.
Jika ada Andre dia akan memanggil Bella dengan tambahan 'KAK'. membahasakan panggilan ke anaknya. Katanya.
Padahal kalau tidak ada Andre, Inah akan memanggil nya dengan nama atau bahasa formal, 'Saya,Anda'.
"Kalau Bella pulang dulu, yang ada Bella gak bisa keluar lagi. Kan, ada aja alasan yang nanti Mama Inah buat untuk menahan Bella supaya Bella gak bisa keluar rumah."
"Maksud kamu apa, Bella? Kamu sudah tidak betah ada di rumah ini? Sehingga kamu gak perlu lagi izin untuk keluar rumah?"
'Iya.' Monolog Bella. Sayangnya hanya bisa ia katakan dalam hati.
"Udah Pih, gak apa apa. Lagi pula Bella sudah besar. Kasian dia kalau di rumah terus. Mama kan, ada mbok Asih dan anaknya. Masih bisa ke handle. Ya kan, Lis?" Topeng Inah mulai ia gunakan. Lisa yang terpanggil hanya menganggukkan kepala.
"Papi dengar, kan? Gak ada masalah Pih, aku ada di rumah atau pun engga. Mama Inah aja gak permasalahkan kok," timpal Bella.
Bella langsung menaiki kamarnya yang terletak di lantai 2 bersebelahan dengan kamar lisa. Anak kesayangan papi yang baru.
"Bella ... Papi belum selesai bicara!"
"Sudahlah Pih, kasian Bella baru pulang dari aktivitasnya hari ini!" Itu suara dari Inah yang masih terdengar jelas di telinga Bella.
"Kamu Mam, terlalu memanjakan dia. Jadi ngelunjak 'kan, dia. Maafin sikap Bella ya, Mah." Andre menggenggam tangan Inah erat. "Terima kasih sudah sayang Bella seperti anak kandung kamu sendiri," lanjut Andre, kemudian memeluk Inah.
Bella masih mendengar percakapan dua insan itu. Ia hanya bisa tersenyum dalam hati dengan muka sedatar datarnya. 'Andai mami masih hidup. Mih aku rindu.'
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Kamu ngapain sih ngomong begitu depan ibu ku. Gak usah berlebihan di depan ibu." Sinis Tama.
"Maaf Tama. Aku cuma pengen deket sama ibu kamu juga, Tama. Sama seperti temen-temen yang lain, apalagi Bella," ucapnya sambil terisak.
"Hufftttt ... jangan begitu lagi ya. Ibu benci banget sama penjilat soalnya."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kita tidak bisa memilih di kehidupan mana kita akan tinggal dan jalani. Bisa saja hidup yang kita dapatkan penuh drama, penuh dengan air mata, penuh bahagia atau penuh luka.
Yang bisa kita lakukan adalah menjalani hidup dengan sebaik-baiknya dan mensyukuri setiap jalan yang sudah ditentukan oleh sang Ilahi.
Pagi ini Bella sudah rapih dengan seragam sekolahnya lengkap dengan almamaternya.
Ia menuruni tangga menuju meja makan untuk mengikuti ritual sarapan pagi seperti biasanya.
Menu yang tidak terlalu berat adalah yang Bella pilih untuk sarapan. Pancakes dengan berbagai macam selai dan susu full cream favorit Bella.
Tak lupa Bella membawa kotak bekal nya dan memasukan beberapa makanan berat untuk dia bawa ke sekolah.
"Inget masih ada manusia yang harus sarapan. Berbagi itu perlu jangan serakah," ucap Inah ketus, sambil berjalan menuju meja makan.
"Bella cuma bawa nasi, sayur buncis dan tongkol balado kok, Mam." Bella menunjukan kotak makan nya yang sudah terisi.
"Tongkol balado jangan banyak - banyak ambilnya. Itu favorit nya Lisa," balasnya sedikit membentak.
"Gak apa apa Mah. kalau habis, nanti suruh Mbok masak lagi," sahut Andre yang baru keluar dari kamarnya menuju meja makan.
"Ehhh Papi ... Papi mau sarapan apa? Mama ambilkan ya?!" Inah Langsung mengalihkannya.
"Jangan membatasi makanan, Mam. Apalagi kalau anak-anak suka. Papi kerja untuk kalian semua dan Papi gak mau pelit sama anak-anak Papi."
"Bukan maksud Mama pelit, Pih. Mama hanya tidak mau Bella membuang buang makanan jika mengambil nya berlebihan. Lagi pula Bella dapat makan siangnya di sekolah, seharusnya tidak perlu repot repot bawa bekal," jelas Inah, takut suaminya salah paham dan memandang buruk dirinya.
"Ada beberapa murid beasiswa dan murid yang tidak menerima makan siang di sekolah, Pih. Jadi kupon makan siang Bella, suka Bella kasih ke mereka."
"Papi bangga sama kamu Bella, tetap rendah hati ya Sayang." Senyum tulus Andre pagi ini membuat mood bella yang tadi hancur menjadi lebih baik.
"Oh iya Pih ... Bella nebeng ya sampai depan."
"Gak bisa Kak, Papi kan, berangkat nya agak siangan, anter aku sekolah dulu. Kalau Kak Bella minta anter Papi ke depan, nanti aku sekolah sama siapa?" Lisa menatap melas ke arah Bella dan Andre.
Mood Bella kembali hancur luluh lantak. "Papi jangan sering-sering datang ke kantor siang. Tidak mencontohkan pemimpin yang baik dan disiplin," timpal Bella dengan entengnya.
"Iya Sayang." Andre tersenyum menatap sang putri.
"Kalau gitu, Bella berangkat ya, Pih." Sengaja ia hanya berpamitan pada papinya saja.
"Kamu sama aku aja Bella ...."
...(ノಠ益ಠ)ノ彡To be continue ミ\(≧ロ≦\)...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Istri Jungkook
gak tau kenapa, Adrian lebih bikin jantung gw berdebar /Sob//Rose/
2024-12-02
0
Istri Jungkook
berkarya itu tidak mudah ......... yuk hargai author dengan like, subscribe, vote dan gift 👍 thanks udah di kasih cerita gratisan Thor.
2024-12-02
1
Casillas Marko
wah Bella sama siapa tuchhh
2024-09-16
1