"Saya ...."
Kamandanu sedikit memiringkan badan untuk melihat siapa yang tadi mengangkat tangannya.
Seorang gadis berambut pirang silver kecoklatan mirip Noni Belanda, menatap ke sekeliling dengan bingung.
Danu tidak mengingat jika memiliki anggota pecinta alam yang seperti itu, terlalu modis untuk bisa dikatakan sebagai anak pecinta alam. Kemudian Danu menatap teman-temannya termasuk Bella.
"Sorry Kak, dia teman aku. Bukan anggota Sispala. Dia anggota modern dance," ucap Bella sambil meringis dan menatap Melisa dengan wajah pias.
"...." Danu tidak menjawab, ia hanya tersenyum tipis.
'Yailah Meli, kan kamu bukan anak pecinta alam. Ngapa ikut nunjuk sih,' batin Bella ingin tertawa namun ia tahan. Memang sahabatnya itu bisa mencairkan suasana.
"Ehh ... gue baru liat lo di Sekre ini. Lo siswa baru yang mau gabung ya?" tanya salah satu dari anggota pecinta alam.
Meli tampak malu malu menjawab, "Bukan, saya anak seni vokal dan modern dance," jawab Meli sambil mengangguk anggukan kepalanya tanda sungkan.
"Terus kenapa bisa ada di sini?" bisik murid lelaki itu bertanya.
"Aku cuma ikut Bella rapat, Aku bukan anggota Sispala."
"Terus tadi kenapa lo nunjuk?" tanya siswi yang bernama Natalie yang sedari tadi menyimak obrolan Meli dengan Matthew.
"Reflek aja tadi pas ditanya siapa yang belum pernah hiking, ehh aku nunjuk!" jawab Meli pada Natalie. Salah satu anggota pecinta alam yang duduknya di sebelah Meli.
"Oke jadi semuanya sudah pernah mendaki, kan? saya harap kalian bisa menjaga fisik kalian agar saat pelantikan nanti tidak ada yang drop."
"Jangan lupa untuk membawa obat pribadi masing-masing dan untuk wanita yang sedang haid mohon konfirmasi kepada panitia."
"Bulan depan kita mulai berangkat. Pastikan kalian sudah membawa barang-barang yang sudah dilist tiap kelompok kalian. Sampai di sini ada yang ingin di tanyakan?"
Semuanya cukup paham dengan apa yang disampaikan Adrian. Bella pun sudah mengecek kembali barang-barang apa saja yang harus ia bawa dan menceklis barang-barang yang memang sudah ia miliki.
"Karmantel, sleeping bag, P3K, jaket waterproof/Ponco, sarung tangan tebal, alat makan pribadi, multi tool," gumam Bella sambil tangannya menceklis di memo pribadinya.
Ada 27 orang yang akan mengikuti pelantikan. 6 diantara nya senior sebagai pendamping dan 20 peserta dari kelas 10 dan 11. Terbagi menjadi 3 kelompok masing masing beranggotakan 7 orang dan 1 senior yang bertugas menjadi navigator.
Di kelompok Bella ada Andi sebagai Sweeper. Mario sebagai Leader. Dara, Natalie dan Bella sebagai chef. Rio dan Hans membawa keperluan logistik. Dan senior yang akan menjadi navigator mereka adalah Ian -- Adrian.
"Surat izin orang tua akan saya berikan seminggu sebelum hari H. Mohon konfirmasi di grup jika ada yang tidak diperbolehkan mendaki. Sekian dari saya. Kurang lebihnya kami mohon maaf. Jika ada yang kurang dipahami, bisa chat di grup. Rapat ini saya tutup. Terima kasih."
Bella memberikan catatan yang tadi sudah ia tulis dan rangkum selama berjalannya rapat kepada sang kakak kelasnya, Danu. Rapat ternyata berakhir dengan cepat. Tidak sampai 1 jam.
"Thank you, Isabella," ucap Danu dengan senyum manisnya. Bahkan Bella sampai menatap tidak percaya dengan aura yang Danu pancarkan ditambah dimple di pipi lelaki itu yang membuat Bella iri. Ingin memilikinya juga. Dimple maksudnya.
"You are welcome, call me just Bella," gugup Bella.
"Ohh ... Oke Bella!"
"Saya Permisi pulang dulu, Kak. See you."
Teman-teman Danu menatap Danu sambil tertawa. "Dia bilang see you atau love you sih? Kok gue dengernya love you ya!" canda Adrian yang tidak di tanggapi oleh Danu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
~Kediaman Brawijaya~
"Bisa engga sih Mbok ... kalau setrika itu yang licin. Lipatan nya harus sama dengan baju yang lainnya supaya saat dimasukkan ke lemari, jadi gak keliatan berantakan!" dumel Inah.
"Njih Nyonya. Saya setrika ulang nanti."
"Jangan, boros listrik nanti. Mulai sekarang tugas setrika pakaian, biar Bella yang kerjakan!" Titah Inah.
Bella yang kebetulan sedang berada di dapur, seketika mendekati area laundry room yang tidak jauh dari dapur.
"Kenapa bawa-bawa nama Bella? Kalau itu sudah jadi tugas Mbok, kenapa melimpahkan ke Bella. Bella punya banyak tugas sekolah yang harus diselesaikan."
"JANGAN BANYAK ALASAN! Hanya kamu yang tidak pernah memegang pekerjaan rumah di sini!" bentak Inah.
"Kenapa bukan Lisa aja yang kerjain? 'kan dia yang sepertinya punya waktu luang Sampai-sampai bisa seharian di depan televisi," balas Bella.
"Lisa gak bisa diganggu gugat, dia sibuk. Pas libur juga dia harus bimbel dan kursus piano," tukas Inah.
Bella memutar bola matanya malas dan melipat kedua tangannya di dada. "Bella juga sibuk, banyak kerjaan yang ha-"
"Apa kerjaan kamu? Pulang sekolah juga paling keluyuran engga jelas. Keluar masuk rumah laki-laki," sela Inah cepat.
"Lalu apa masalahnya? Tama, Robi dan Saga sahabat Bella," timpal Bella cepat.
"Kamu tau Bella, orang-orang di komplek ini membicarakan kamu yang suka keluar masuk ke rumah Adisutjipto. Apalagi kalau mereka tidak ada di rumah. Pasti kalian berduaan aja 'kan di rumah itu? Gak ada harga dirinya banget. Mending kamu bantuin Mbok Asih setrika baju."
Bella menatap Inah dengan senyum miringnya. "Siapa yang Mama Inah maksud dengan orang-orang yang membicarakan Bella dan Tama? Seingat Bella, komplek ini diisi oleh orang-orang yang produktif. So, mereka gak akan punya waktu mengurusi hidup orang lain, apalagi hal itu gak ada benefitnya untuk hidup mereka. Jadi kalaupun ada yang bergosip, pasti para pembantu atau asisten rumah tangga mereka."
Bella berjalan mendekati Inah dan berbisik tepat di samping Inah. "Kurang-kurangin Mam, ngobrol sama mereka. Apalagi Mama Inah 'kan istri papi Andre. Kasian, nanti image papi jadi buruk karena Mama Inah terlalu sering bergosip dengan tukang sayur dan para ART."
Bella menjauhkan tubuhnya dari Ibu tirinya dan kembali membuka suara. "Emang wanita yang gak punya harga diri itu seperti apa? 'Kan Bella gak ganggu suami orang. Bella juga engga berhubungan sama suami orang. Dan satu lagi, Bella gak keluar masuk rumah dukun buat pelet laki-laki!"
Wajah nenek sihir kesayangan Papinya sudah pucat pasi, hal itu membuat Bella semakin senang.
Bella bukanlah anak yang lemah dan mudah ditindas. Ia hanya mengalah jika Andre berada di dekat mereka atau jika Bella sedang tidak ingin berurusan dengan Inah.
"I know what you did, behind me!" Tatap Bella tajam ke arah mata Inah tanpa berkedip.
"Gunakan bahasa yang saya mengerti! Kamu sedang meledek saya?" cecarnya.
Bella meniggalkan Inah yang masih memanggilnya untuk kembali. 'Ahh rasanya gerah berlama lama disini.'
Bella memutuskan untuk ke rumah Tama. Di sana ada Annastasia yang jauh lebih baik disebut sebagai seorang Ibu dari pada Inah yang mukanya seperti koin. Depan beda, belakang beda.
Saat sampai di rumah Tama, Anna sedang merangkai bunga yang ia dapat kemarin. Anna meletakkannya di dalam vas bunga yang cantik.
Bella ikut membantu menatanya. Jujur saja, ia tidak pandai merangkai bunga. Bahkan ia tidak begitu paham jenis-jenis bunga. Kecuali bunga deposito. Saya juga suka itu woyyy.
"Bu, Ibu masak apa hari ini?" tanya Bella yang memang sudah tidak sungkan lagi di rumah Tama.
"Ibu masak pepes patin, sayur lodeh, dadar jagung dan sambal tempong favorit Bella. Kamu belum makan, Sayang?"
"Belum Bu."
"Ibu juga belum. Mau makan gak ada temennya. Yuk, kita makan bareng, Sayang!"
Bella mengikuti Anna dari belakang seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Bella tersadar jika keadaan rumah Tama hari ini terasa sepi, tidak seperti biasanya.
"Tama belum pulang sekolah, Bu?" tanya Bella pada Anna.
Karena jika Tama ada di rumah. Sudah pasti Robi dan Saga ikut meramaikan rumah ini juga. Rumah Tama seperti basecamp untuk mereka.
"Loh ... bukannya tadi habis jemput Bella pulang sekolah, Tama izin main basket bareng Saga di GOR depan sekolah Saga?"
"Oh iya, maksud Bella, setelah antar Bella. Tama engga langsung balik, ya Bu?" Bella mengerutkan kening.
'Aku kan tidak pulang bareng Tama,' batinnya bingung.
"Pulang sebentar dia, Sayang. Setelah itu ganti baju terus pergi lagi. Kayaknya Tama belum tau kalau Bella mau kesini!"
'Ke mana ya Tama, kok dia bohong ke Ibu,' Bella bermonolog kembali sambil sesekali tersenyum ke Anna yang sedari tadi memperhatikannya.
Room chat Tama
Tama: Sayang, kalau ibu tanya kamu pulang sama aku atau engga, kamu bilang ya kalau tadi kamu pulang sama aku, soalnya aku lagi turnamen basket di GOR depan SMP Cendrawasih
Tama: Tadi ibu nyuruh aku jemput kamu tapi aku engga keburu kalau harus jemput kamu. Karena hari ini aku ada turnamen. Maaf ya Sayang.
Bella: Iya tadi aku gak bilang kalau kamu gak jemput aku kok. Sorry aku gak tau kalau kamu ada turnamen hari ini. Good luck ya, Tam. Love you.
Tidak ada balasan lagi dari Tama. Padahal pesan dari bella sudah ceklis biru. Hal yang kadang bikin Bella kesal dengan Tama adalah sikap acuh Tama.
Biar bagaimanapun Bella terkadang ingin mendapatkan feedback dari Tama. Meskipun hanya sebuah ucapan love you too.
'Apa aku doang yang kecintaan ya sama dia?'
Untung saja tadi Bella mengecek handphone nya. Lagi pula Bella juga tidak membantah jika Tama tidak menjemputnya. 'Semoga aja ibu tidak curiga,' batinnya.
'Kalau sampai Ibu tau kalau Tama bohong, abislah Tama di interogasi dan dimarahin Ibu. ujung ujungnya Tama bakal ngambek berhari hari sama aku,' Bella menghembuskan nafasnya pelan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semenjak turnamen basket, Bella dan Tama jarang bertemu. Bahkan Tama jarang membalas pesan chat yang sering Bella kirimkan.
Sebenarnya bukan hal yang baru bagi Bella jika ia diacuhkan Tama. Namun kali ini sepertinya Tama sedang menghindarinya. Tama sering kali tidak berada di rumah saat Bella berada di rumahnya.
"IBU! Tama pergi dulu ya! Ada tanding basket di stadion xx!" pamit Tama pada Anna. Yang mana disana juga ada bella yang baru datang.
"Kamu udah kelas 12, Tama. Masa tiap hari basket terus. Apa gak ganggu pelajaran kamu?" tanya Anna memperingati anaknya.
"Aman Bu, pokoknya nanti Tama lulus dengan nilai terbaik kok!"
"Bell, aku tinggal ya. Titip ibu!" Tama menghampiri Bella dan mengacak puncak kepala gadis itu.
"Iya, be carefull. Semoga menang!" jawab Bella Sama acuhnya.
Sikap Tama yang sekarang mempengaruhi sikap Bella juga. Bella gampang terbawa arus. Jika ia di kelilingi orang-orang yang hangat, ia akan menjadi hangat. Namun jika ia dikelilingi orang-orang yang dingin. Ia pun bisa berubah dingin.
"Kamu tuh ya, Tam. Setiap Bella kesini kamu pasti keluar atau sibuk sama basket kamu itu. Lama-lama Bella nanti diambil orang loh!"
Tama hanya tersenyum lalu bergegas meninggalkan ruang keluarga dan meninggalkan Annastasia dan Bella.
Sampai jam setengah 8 malam, Tama belum juga pulang. Bahkan Bella sampai ikut makan malam bersama di rumah Adisutjipto.
Sebenarnya ada yang ingin Bella tanyakan pada Tama terkait sikapnya selama ini yang acuh dan keberadaan Tama yang jarang di rumah.
Bella teringat dengan Room chat nya bersama Robi Minggu kemarin. Lelaki itu mengatakan jika mereka sudah tidak diikut sertakan dalam setiap turnamen basket atau kegiatan non akademik lainnya.
Karena mengingat mereka seharusnya fokus dalam ujian kelulusan dan ujian masuk perguruan tinggi.
Bella menelpon tama namun status nya memanggil. Berarti nomornya sedang tidak aktif. Ia putuskan untuk kembali ke rumah dan akan membicarakan ini nanti saja.
Saat akan keluar gerbang rumah Tama, Bella melihat mobil sedan hitam yang ia yakini milik kekasihnya sedang berhenti di depan rumah Hera yang bersebrangan dengan rumah Frilly.
Bella memperhatikan mobil sedan hitam dengan jelas takut jika ia salah lihat. Ternyata tidak, itu benar mobil Tama. Bella hapal plat nya.
Bella memutuskan untuk kembali masuk ke rumah Tama. Perasaannya tidak enak kali ini. Namun berkali-kali ia tepis pikiran buruk itu.
Bella menunggu Tama memasukan mobilnya. Namun setelah lama Bella menunggu dan memperhatikan mobil Tama. Mobil itu bukannya masuk ke rumah, malah putar balik ke arah luar. Bella melihat dengan jelas siapa perempuan yang masuk kembali ke dalam mobil Tama.
"Bella ... Ibu pikir Bella sudah pulang. Mau Ibu anter sampe rumah, Bell?" tawar Annastasia.
"Engga Bu terima kasih, ini Bella baru mau keluar gerbang. Bella pulang dulu ya Bu," pamitnya.
"Iya sayang, hati-hati!"
Bella berjalan menuju rumahnya dengan berjuta tanda tanya di kepalanya. Termasuk memikirkan sikap Tama yang akhir-akhir ini berbeda padanya.
Bella berencana menghubungi Robi, yang mana lelaki itu satu sekolah bahkan satu kelas dengan Tama. Ia harus memastikan sesuatu.
Panggilan tersambung, "Hallo Bang Robi! Maaf malem-malem Bella ganggu. O-iya Bang Robi lagi di mana ya?"
"Ahh... iya Bell, Abang lagi di rumah. Ada apa Bell? Perlu bantuan?" tanya Robi di ujung telpon.
"Engga bang, Bella cuma mau tanya. Tadi ada turnamen basket ya? Selesai jam berapa Bang?"
"Kan Abang udah bilang dari kemarin, Bell. Kami udah gak dibolehin turnamen lagi. Karena udah persiapan ujian. Sparing pun engga. Emang ada apa Bell?"
"Soalnya Tama beberapa hari ini bilang kalau dia ada turnamen Bang. Apa turnamen olahraga yang lain ya?"
Robi terdiam sebentar dan mengumpat pelan namun tidak terdengar di telinga Bella. "Nanti Abang tanya dia."
"Hemm ... gak usah deh Bang. O-iya jangan bilang-bilang Tama ya Bang, kalau Bella habis telpon Bang Robi."
Panggilan segera ia putus dan ia masukan ponselnya ke sakunya. Di kegelapan malam, otak Bella dipaksa memikirkan Tama dan angin malam memaksa Bella untuk segera sampai ke rumah.
Saat sampai di rumah, Bella tidak melihat Papi dan istri kesayangan Papinya bercengkrama di ruang keluarga, seperti biasanya.
Bella putuskan untuk masuk ke kamar yang bersebelahan dengan kamar Lisa. Namun baru sampai di ujung tangga atas, tiba-tiba Lisa keluar dari kamarnya dan menatap Bella dengan lekat.
"Ada apa Lis? Ada yang mau kamu omongin sama aku?"
Lisa mengangguk pelan. "Kak Bella dan kak Tama masih pacaran, kan?"
'Oh ayolah Lisa, basa basinya garing banget. Gak perlu di tanya juga aku yakin Lisa tau jawabannya. Tapi tunggu, ini pertanyaan atau pernyataan.'
"Maksudnya, Lis? Kenapa kamu tanya itu?" Selidik Bella.
...(┛✧Д✧))┛彡To be continueミ\(≧ロ≦\)...
Mengapa Lisa yang biasanya acuh pada Bella, kini berbalik peduli dengan saudara tirinya?
Terima kasih untuk Like, Subscribe, vote, Gift dan Ulasan ⭐ 5 nya. Sehat selalu para Majikanku yang membaca karya ku ini ❤️🫰🏿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Casillas Marko
idih ceweknya di ajak ngebohong Mulu /Sob/ run Bella ... sama aku aja
2024-09-16
1
Casillas Marko
gue suka neh karakter anak tiri yg di tindas emak tirinya tapi si anak tiri nggak cengeng manja menyeee menyeee
2024-09-16
1
Anita Jenius
/Rose/buatmu thor.
hebat ceritanya panjang banget
2024-04-27
1