Perubahan sikap Rayan

HAPPY READING!!!

.

.

.

Dengan paksa Nayla mendorong Rayan keluar dari kamar itu lalu mengunci pintu agar Rayan tidak bisa masuk ke dalam. Nayla berdiri di belakang pintu, perasaannya sangat kesal kepada Rayan.

“BUKALAH PINTUNYA.” Usil Rayan dari luar.

“TIDAK, PERGILAH!!!” teriak Nayla dari dalam kamar.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 8 malam, saat ini Nayla dan Rayan sedang berada di ruang makan untuk makan malam bersama. Awalnya Nayla menolak untuk makan bersama Rayan, tetapi malah diancam Rayan sehingga membuatnya terpaksa.

“Ish, aku seperti berada di dalam penjara.” Gumamnya.

Sesaat Rayan berdehem mendengar yang di gumam kan Nayla. “Penjara? Apa kau pernah merasakan berada di dalam penjara?”

Nayla terperanjat mendengar pertanyaan Rayan lalu menggeleng cepat. “Tidak, aku orang baik-baik jadi tidak pernah masuk penjara.”

“Lalu kenapa kau berbicara kalau kau seperti berada di dalam penjara? Padahal kau tidak pernah di penjara?” menaikkan sebelah alisnya.

“A-aku…” Ucap Nayla terpotong.

Rayan menggelengkan kepalanya. “Makanlah yang banyak agar badanmu tidak kurus.”

Nayla menatap kesal Rayan. “Aku tidak kurus.”

Rayan menarik ujungnya mengingat kejadian tadi. “Benarkah? Aku lihat tadi waktu di kamar, badanmu memang kurus.”

Nayla langsung melihat sekitar takut ucapan Rayan terdengar oleh para bawahannya. “Kyaaa kau, diamlah!! Jangan diteruskan, aku tidak ingin mendengarnya.”

Seketika wajah Nayla berubah menjadi merah karena menahan malu, mereka pun makan malam bersama. Tiba-tiba Luke datang lalu berbisik ditelinga Rayan dengan wajah sangat serius.

Rayan menoleh Luke. “Kapan?”

“Malam ini.”

Setelah mendengar itu Rayan langsung saja beranjak pergi meninggalkan ruang makan tanpa berbicara apapun kepada Nayla diikuti Luke.

Nayla melihat kepergian Rayan. “Ada apa dengannya? Kenapa wajahnya tiba-tiba berubah menjadi menyeramkan?”

.

.

.

Di ruangan khusus, Rayan dan Luke saling berdebat mengenai masalah yang baru saja terjadi di salah satu kota bersangkutan dengan transaksi ilegal bos besar.

“KIta berangkat jam 12.”

“Apa kau yakin? Kenapa tidak jam 1?”

“Lalu kau ingin bagaimana lagi?” kesal Rayan.

Mereka berdua berdebat di ruangan khusus. tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 12 malam. Rayan dan Luke berdiri di depan markas bersama beberapa bawahan mereka.

“Dengar baik-baik, jangan biarkan wanita itu keluar dari dalam kamarnya!!” perintah Rayan kepada bawahan yang akan berjaga di markas utama.

“dua atau tiga orang jaga markas dengan ketat, kami pergi dulu.”

Rayan masuk duluan ke dalam salah satu mobil disusul Luke duduk dibagian kursi belakang, para bawahan pun masuk ke dalam mobil mereka masing-masing. Mobil mereka mulai jalan meninggalkan halaman markas, sesaat Rayan menoleh ke belakang melihat markasnya.

“Ada apa denganmu? Apa kau sedang mengkhawatirkan wanita itu?” tanya Luke.

“Tidak.”

Perjalanan mereka lumayan jauh membutuhkan waktu sekitar 2 sampai 3 jam menuju salah satu kota. Saat ini mereka berdua sudah berada di kota Bandung, bersama Arga yang kebetulan sedang ditugaskan Rayan disana.

“Eh Arga, apa kau tahu… Rayan membawa seorang wanita ke markas.” Ucap Luke.

Arga menatap Luke. “Benarkah?” menoleh Rayan. “Siapa wanita yang kau bawa?”

“Tutup mulut kalian, aku tidak ingin membicarakan tentang wanita itu.” Kesal Rayan.

.

.

.

3 hari kemudian…

Rayan berjalan menuruni anak tangga dengan tatapan tajamnya menuju ruangan tengah markas, selama beberapa hari ini Rayan tidak ada di markas karena mengurus pengiriman dan juga transaksi lainnya. Rayan dan kedua temannya sampai markas baru jam 2 pagi dini hari tadi sehingga terlihat wajah Rayan masih mengantuk tetapi ditahannya. Setelah beberapa hari berada di kota Bandung, kini sifat Rayan tiba-tiba berubah menjadi lebih kasar dan mudah marah.

Rayan melihat Patrick (Bawahan 1) berjalan menghampirinya. “Di mana wanita itu?”

“Sepertinya dia masih tidur bos di kamar belakang.”

Sesaat Rayan melihat jam tangannya. “Tidur? Sudah jam berapa ini?” membuang nafas kasarnya. “Kenapa dia masih tertidur, apa tidak ada yang membangunkannya?”

“Setiap hari wanita itu memang bangunnya sekitar jam 9 pagi.”

“Arghhh dipikirnya ini rumah sendiri.” Kesal Rayan setelah mendengar penjelasan Patrick (Bawahan 1).

Rayan melangkahkan kakinya menuju kamar belakang, sementara Patrick (Bawahan 1) keluar dari markas utama karena ada urusan di markas belakang bersama para bawahan lainnya.

Klekkkk…

Terlihat di dalam kamar belakang ,Nayla masih tertidur nyenyak. Rayan masuk ke dalam kamar itu mendekati lemari untuk mengambil gelas yang berisi air putih lalu menyiram ke wajah Nayla.

“Bangunlah, kenapa kau masih tertidur? Ini sudah jam berapa hah?”

Perlahan Nayla membuka kedua matanya. “Kyaaa kau, kenapa kau menyiram ku? Apa kau tidak bisa bicara baik-baik?” merubah posisi menjadi duduk. “Ternyata kau sudah pulang, kau kemana saja hah? Sungguh aku sangat bosan berada di dalam kamar ini, kedua bawahanmu melarang ku keluar dari sini.” Ingin mendekati Rayan.

Rayan langsung berjalan mundur menghindari Nayla. “Jaga jarakmu! Jangan dekat-dekat denganku.”

Nayla kebingungan. “Ada apa denganmu? Apa kau sedang ada masalah?”

“Cepat mandi! Aku tunggu di ruangan tengah.” Ucap Rayan.

“Mandi? Apa kau ingin mengajakku pergi? Kemana?” tanya Nayla sangat antusias.

“Ke tempatku, apa kau lupa dengan statusmu?”

Nayla semakin dibuat bingung. “Statusku? Apa maksudmu?”

“Menjadi pelayanku!”

Beberapa kali Nayla menelan saliva nya. “Apa kau benar-benar ingin menjadikanku sebagai pelayan pribadimu?” menghela nafasnya. “Apa di tempatmu itu tidak ada pelayan? Kenapa harus aku yang menjadi pelayanmu.”

Rayan mendekati Nayla lalu berbisik. “Apa kau sudah tidak menyayangi nyawamu lagi?”

Seketika Nayla terdiam membisu setelah mendengar ucapan Rayan, rasanya tidak ada kehidupan yang tenang bagi seorang Nayla. Rayan sangat mengganggu ketenangan hidupnya, saat ini Nayla hanya bisa pasrah.

“Jangan membuatku menunggu! Kalau lama, tidak segan-segan aku menyiksamu.” Ancam Rayan.

Rayan beranjak pergi keluar dari kamar belakang, Nayla masih sangat kebingungan dengan sikap Rayan yang tiba-tiba berubah menjadi kasar.

“Ada apa dengan pria itu? Kenapa dia tiba-tiba berubah menjadi seperti ini? Atau jangan-jangan dia memang seperti ini?” gumamnya lalu menggeleng cepat. “Tidak tidak, bagaimana dengan nasibku selanjutnya? Astaga, sepertinya nyawaku sudah tidak tertolong."

Sikap Rayan berubah drastis, tentu saja Nayla membuat Nayla semakin penasaran untuk mencari tahu kepribadian Rayan yang sebenarnya.

.

.

.

Tanpa terasa sudah hampir 1 jam lamanya tetapi Nayla belum selesai juga, dari tadi Rayan duduk di sofa ruangan tengah menunggu Nayla.

“PANGGIL WANITA ITU!!!” teriak Rayan.

Tiba-tiba Luke datang sambil tersenyum karena perasaannya selalu berbahagia, berbeda jauh dengan Rayan yang berwajah datar tanpa ekspresi. Sangat jarang Rayan tersenyum apalagi tertawa lepas, jika ada yang berhasil membuat Rayan tertawa ataupun tersenyum maka dia adalah orang pertama meluluhkan hati Rayan.

“Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu selalu ditekuk seperti itu? Apa kau tidak bisa tersenyum.” Ledek Luke.

...Bersambung…....

Jangan lupa dukung karya ini agar Author tidak malas untuk melanjutkan ceritanya:)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!