Rayan perhatian?

HAPPY READING!!!

.

.

.

Sepanjang perjalanan kembali ke markas, Nayla hanya diam saja tidak berbicara apapun begitu juga dengan Rayan membuat kedua bawahan sedikit canggung karena tidak ada obrolan di antara mereka berdua.

“Kenapa mereka hanya diam saja?” bisik Bram (Bawahan 2) kepada Patrick (Bawahan 1) yang sedang fokus menyetir mobil.

“Aku tidak tahu, diamlah! Nanti bos akan memarahi mu karena mulutmu itu.” Kesalnya.

Sesaat Rayan berdehem. “Apa kau masih merasa pusing? Atau ada yang sakit?” tanyanya tanpa menoleh.

"Kenapa? Apa kau sedang mengkhawatirkan kondisiku?”

“Tidak, aku hanya bertanya. Siapa tahu kau masih merasa sakit atau apa karena mobil masih belum terlalu jauh dari rumah sakit.” Jelasnya.

Nayla membuang nafas kasar. “Tidak ada, aku baik-baik saja.” Jawabnya jutek. 

“Apa dia mengetahui sesuatu tentang penyakitku? Apa tadi dia ada bertemu dengan dokter?” batin Nayla.

“Apa yang sedang kau pikirkan?”

Nayla menggeleng cepat. “Tidak ada.”

“Yang harus kau ingat!!! AKU TIDAK PERNAH MENGKHAWATIRKANMU.” Tegasnya penuh penekanan.

“Ya, aku tahu. Lagian kau siapa jadi harus mengkhawatirkanku.” Sahut Nayla.

Bram (Bawahan 2) menoleh ke belakang. “Bos, apa yang dikatakan oleh dokter kepada bos? Apa penyakit wanita ini sangat parah?”

Seketika Rayan dan Nayla saling menoleh, tatapan mereka pun bertahan selama beberapa detik lalu sama-sama mengalihkan pandangan.

“Dugaanku benar, dia pasti sudah bertemu dengan dokter.” Gumam Nayla sangat pelan.

“Tidak ada.” Ucap Rayan.

“Benarkah? Apa dokter tidak mengatakan apapun kepada bos mengenai wanita ini?” tanya Patrick (Bawahan 2) ikut penasaran dengan penyakit yang diderita oleh Nayla.

“Tidak ada, fokus saja menyetir.” 

Nayla menoleh Rayan. “Apa kau yakin dokter tidak mengatakan apapun padamu?” penasaran.

Rayan mengangguk cepat. “Kenapa? Apa kau berharap dokter mengatakan kalau penyakitmu itu parah?” menaikkan sebelah alisnya.

“Tentu saja tidak, aku belum ingin mati.” Sahut Nayla.

“Ya sudah, tidak usah bertanya yang tidak penting.”

Nayla mengepalkan kedua tangannya. “Tidak penting? Bagiku sangat penting.” Kesalnya.

Sesaat kedua bawahan saling menoleh. “Apa yang terjadi pada bos? Apa dokter benar-benar tidak mengatakan apapun kepada bos?” tanya Bram (Bawahan 2).

“Sebenarnya aku juga kurang percaya mendengar ucapan bos, tidak mungkin dokter tidak mengatakan apa-apa.” Ucap Patrick (Bawahan 1). “Sepertinya bos sedang menyembunyikan sesuatu dari wanita ini.”

Bram (Bawahan 2) mengangguk. “Ku rasa juga begitu, apa penyakit wanita ini sangat parah?”

“Entahlah, tapi kenapa bos tidak memberitahu kepada wanita ini? Apa bos tidak ingin wanita ini sedih karena penyakit yang dideritanya?”

“Hahaha berbicara apa aku ini, bagaimana bisa seorang bos Rayan memikirkan sesuatu pakai hati apalagi soal perasaan.” Sahut Bram (Bawahan 2) terheran. “Bos Rayan bukan orang yang mudah pakai perasaan, yang benar saja kau ini.”

“Ya bisa saja.”

“Kenapa kalian berdua malah bertengkar?” tanya Rayan melihat kedua bawahan adu mulut. “Fokus saja menyetir, tutup mulut kalian rapat-rapat!!!”

Patrick (Bawahan 2) mengangguk cepat. “Baik bos.”

“Kita mampir ke supermarket dulu.” Perintah Rayan.

“Tumben bos ingin pergi ke supermarket sendiri? Biasanya tidak pernah ikut dan selalu menyuruh kami saja yang pergi.”

Rayan membuang nafas kasarnya. “Kenapa kau banyak tanya, diamlah!!! Aku akan menunggu di dalam mobil."

“Maaf bos.”

Patrick (Bawahan 1) pun menaikkan kecepatan mobilnya menuju salah satu supermarket besar yang ada di kota itu. Perlahan Nayla memejamkan kedua matanya karena tiba-tiba merasa sangat mengantuk. 

“Bagaimana dengan wanita ini bos? Dia tertidur, apa kita bangunkan?” 

“Jangan, biarkan saja dia tidur.”

Kedua bawahan semakin dibuat terheran dengan tingkah Rayan yang memperlakukan Nayla penuh perhatian. Mereka berdua turun dari dalam mobil untuk membeli beberapa buah dan keperluan lainnya atas perintah Rayan. Lumayan lama kedua bawahan berada di dalam supermarket, setengah jam kemudian mereka selesai lalu meletakkan semua plastik belanjaan di bagasi mobil. Setelah itu mereka masuk ke dalam mobil, dengan pelan Patrick (Bawahan 1) menjalankan mobil keluar dari parkiran meninggalkan supermarket itu.

Sesampai di markas, Nayla pun terbangun. Tanpa berbicara apapun Nayla bergegas turun dari dalam mobi lalu masuk ke dalam markas menuju kamar belakang. Sementara Rayan berjalan ke arah dapur diikuti kedua bawahan membawa semua plastik belanjaan.

“Letakkan semuanya di dapur.” Perintah Rayan kepada kedua bawahan.

Terlihat di dalam dapur ada salah satu bawahannya sedang memasak mie, kedua bawahan meletakkan semua plastik belanjaan di atas meja.

“Apa bos baru datang? Kenapa bos kesini? Apa bos membutuhkan sesuatu atau apa?” tanya Nino (Bawahan 4).

“Aku ingin membuat jus tomat.” Ucap Rayan.

“Sejak kapan bos suka minum jus tomat?” tanya Nino (Bawahan 2).

“Bukan untukku.”

“Lalu untuk siapa?” membulatkan kedua matanya. “Apa jangan-jangan bos ingin membuatkan jus tomat untuk wanita itu?” asal menebak.

“Kenapa kau sangat cerewet? Jangan sampai kau ku buat menjadi bisu.” Kesal Rayan.

Nino (Bawahan 4) menggeleng cepat. “Ja-jangan bos, saya akan membuatkan jus tomat itu. Jadi bos tunggu, biar saya saja yang membuat jusnya.”

Nino (Bawahan 4) langsung mematikan kompornya karena mie nya juga sudah hampir masak, ia berjalan mendekati kulkas untuk mengambil tomat dan juga gula.

“Jangan terlalu manis.” 

“Baik bos.”

Tidak lama kemudian selesai, Nino (Bawahan 4) menyerahkan gelas jus kepada Rayan. Rayan mengambil gelas itu lalu mengambil beberapa permen yang ada di dalam wadah kecil. Rayan berjalan keluar dapur menuju kamar belakang mendatangi Nayla.

Klekkk…

Rayan masuk ke dalam kamar belakang, terlihat tidak ada siapapun di dalam sana. Rayan meletakkan gelas jus dan beberapa permen di atas meja kecil dekat ranjang.

Rayan melihat sekitar. “Dimana dia? Apa dia belum masuk ke dalam kamar? Lalu pergi kemana dia?”

Tiba-tiba terdengar teriakan suara Nayla, dengan cepat Rayan membalikkan badannya menghadap belakang. Seketika Rayan membulatkan kedua matanya melihat Nayla yang sedang berdiri di depan kamar mandi.

Nayla meletakkan kedua tangannya di depan dada dengan posisi menyilang. “Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau tidak menunggu diluar?”

“A-aku membawakan jus tomat untukmu dan juga beberapa permen agar kau minum obat tidak terlalu pahit.” Jelas Rayan.

Sesaat Rayan mengamati Nayla dari ujung kepala sampai ujung kaki, Nayla merasa risih melihat Rayan yang sedang memperhatikan tubuhnya.

“Kyaaa kau, apa yang sedang kau lihat?”

“Tidak ada, aku hanya melihatmu. Sangat disayangkan jika terlewat begitu saja.” Jawab Rayan.

“Kenapa kau masih berdiri disitu? Cepat keluar dari sini.” Kesalnya. “HEY JANGAN BERPIKIR MACAM-MACAM, HILANGKAN PIKIRAN KOTOR MU ITU.”

Rayan terkekeh kecil. “Siapa yang berpikiran kotor? Kau sendiri yang membuat pikiranku menjadi kotor.”

...Bersambung…....

Jangan lupa dukung karya ini agar Author tidak malas untuk melanjutkan ceritanya:)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!