Bertemu lagi

HAPPY READING!!!

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 8 malam, Nayla sedang berada di salah satu hotel karena malam ini ingin menginap disitu. Nayla refreshing sendirian menghilangkan rasa stress dan penat yang ada di dalam pikirannya.

Nayla baru saja menyelesaikan makan malamnya di restoran hotel, Nayla berjalan menuju pintu keluar sambil memainkan ponselnya. Tiba-tiba ada seseorang yang menabraknya membuat Nayla menjerit kesakitan karena tabrakannya sangat keras.

Nayla menatap orang yang ada di hadapannya. “Ka-kau? Aku tidak punya mata? Bisa-bisanya menabrak ku.”

“Kau yang jalan tidak pakai mata, lagian sambil main ponsel.” Sahut Rayan.

“Kyaaaa kau, sudah tahu aku tidak melihatmu tapi kenapa….” Ucap Nayla terpotong.

“Aku tidak ada waktu untuk berbicara denganmu.”

“Siapa juga yang ingin berbicara denganmu.” Kesal Nayla.

Rayan beranjak pergi keluar dari restoran itu meninggalkan Nayla yang masih bergumam tidak jelas, Nayla tidak menyangka bisa bertemu lagi dengan pria yang tadi ditemuinya.

Nayla melihat kepergian Rayan sambil mengepalkan tangan kirinya. “Kyaaaa kau…” Menghela nafas panjang lalu berjalan keluar restoran. “Kenapa aku bertemu dengannya lagi? Ah tidak, bagaimana bisa?” terheran. “Aku kesini ingin bersantai tapi malah bertemu pria kejam itu.”

Awalnya Nayla ingin langsung kembali ke kamar hotel, tetapi seketika berubah pikiran. Nayla pun memutuskan untuk pergi ke kafe yang ada di samping hotel. Nayla sangat suka menyendiri, kemana-mana selalu pergi sendirian tanpa ada yang menemaninya.

Sesampai di kafe itu, Nayla memesan satu minuman rasa matcha dan juga kue keju. Nayla duduk di paling pojok dekat pohon besar, beberapa orang bersantai bersama teman-teman mereka bahkan ada yang berpasangan. Berbeda dengan Nayla, sepi tapi Nayla menyukainya.

Ditengah santainya Nayla menikmati minuman, tiba-tiba ada sekelompok orang sedang berkelahi perihal hutang. Terlihat perkelahian itu terjadi tepat di dekat tempat duduknya, mereka saling memukul satu sama lain.

“Astaga, jangan berkelahi disini.” Ucap Nayla ketakutan. “ADA ORANG BERKELAHI.” Teriaknya.

Seorang barista kafe berlari keluar untuk memisahkan dua orang yang berkelahi itu, tetapi tidak bisa juga hingga tanpa sengaja orang-orang disana berhamburan karena salah satu dari mereka memegang pisau.

Brukkk…

Semua orang saling mendorong sampai Nayla terjatuh, jari kelingkingnya berdarah akibat tergesek batu besar. Nayla berusaha untuk berdiri dan kabur dari sana tetapi kakinya terasa sakit.

“Argh, kenapa aku selalu sial.” Kesal Nayla. “Minumanku tertumpah, padahal masih banyak.”

Nayla membulatkan kedua matanya melihat ada orang mengulurkan tangan kepadanya, Nayla pun mendongak lalu terkejut.

“Kenapa kau diam saja? Cepat berdiri.” Ucap Rayan.

Nayla memegang tangan Rayan agar bisa berdiri, bokongnya terasa sangat sakit. Orang-orang itu masih saja berkelahi, karyawan kafe juga sudah melaporkan pada pihak polisi untuk menangani masalah ini.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Rayan.

Nayla mengangguk bingung. “Makasih.”

“Aku kebetulan ingin membeli minuman lalu melihatmu terduduk dibawah makanya aku menghampirimu.” Jelas Rayan agar Nayla tidak salah paham kepadanya.

“Aku tidak duduk dibawah, tadi ada yang mendorongku.”

Rayan berjalan menghampiri dua orang itu, Rayan melihat wajah mereka berdua sama-sama babak belur. Nayla duduk kembali di kursinya sambil menahan sakit di jari kelingking dan juga bokongnya.

“Kenapa kalian berkelahi disini? Apa kalian ingin dilihat jago berkelahi?” tanya Rayan. “Pisau mah senjata kecil, itu khusus didapur kenapa kau bawa kesini?”

“DIAM KAU!!! INI URUSANKU, BUKAN URUSANMU!!!” teriak orang yang memegang pisau.

Rayan terkekeh kecil. “Oh ya tentu saja bukan urusanku, aku cuman ingin memberitahu kalau ingin jadi jagoan bukan begini caranya.” Jelasnya. “Aku bisa memberikan tutorial kepadamu.” Ledeknya sambil berjalan mendekati orang itu membuat para pengunjung histeris karena Rayan sangat berani. “Di dalam saku jaketku ada pistol, bahkan di pinggangku ada belati.” Bisiknya. “Menurutmu apa orang percaya kalau aku memiliki itu?”

Orang itu langsung terdiam mendengar ucapan Rayan.

Setelah mengatakan itu, Rayan pun beranjak pergi meninggalkan kafe diikuti kedua pria berbadan besar sambil membawa minumannya.

“Dia? Apa dia seorang pembunuh?” batin orang memegang pisau. “ADA PEMBUNUH, PEMBUNUH.” Teriaknya melihat kepergian Rayan.

Sesaat Rayan menyeringai dengan pandangannya lurus ke depan. Semua orang kebingungan melihatnya yang berteriak tidak jelas, terdengar suara sirine mobil membuat orang menepi agar mobil bisa masuk ke dalam. Dua orang polisi turun untuk membawa kedua orang itu ke kantor polisi.

“Apa yang dibisikkan pria itu tadi? Bagaimana dia bisa tahu kalau pria itu seorang pembunuh?” batin Nayla bertanya-tanya.

Beberapa menit Nayla duduk di sana mengobati jarinya yang berdarah, Nayla memutuskan kembali ke kamar hotel. Nayla berencana besok pagi olahraga gym dan juga berenang santai di kolam khusus pemandian air hangat yang sudah jauh-jauh hari dipesannya.

Klekkk….

Nayla masuk ke dalam kamar hotel lalu duduk di atas ranjang, sejenak Nayla melihat pemandangan langit biru diluar sana. Nayla masih sangat syok dengan kejadian di kafe, rasa traumanya muncul.

“Hufttt…” Menghela nafasnya. “Bukannya minta maaf malah menyalahkan ku tidak punya mata.” Masih kesal. “Tunggu, apa tadi dia menolongku atau memang hanya kebetulan saja?” membulatkan kedua matanya. “Kenapa dia bisa ada disini? Oh tidak, apa jangan-jangan dia menginap di hotel ini juga dan sengaja mengawasi ku? Astaga, kenapa aku harus bertemu dengannya.”

Nayla bersantai di atas ranjang sambil menonton film action hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ketika Nayla ingin beranjak dari ranjangnya. tiba-tiba Nayla mendengar ada orang yang berteriak kesakitan dengan suara seperti sedang disiksa.

“A-ampun, tolong lepaskan saya.”

Terdengar sangat jelas di telinga Nayla, spontan Nayla mematikan televisinya agar bisa mendengar lebih jelas untuk memastikan kalau itu beneran suara orang. Tetapi beberapa saat kemudian suara itu malah tidak terdengar lagi.

"Suara apa itu tadi? Orang atau orang-orangan? Kok jadi horor begini, padahal aku nonton film action kenapa jadi terkesan horor.” Beranjak dari ranjang.

Rasa takut Nayla dikalahkan oleh rasa penasarannya, Nayla memberanikan diri keluar dari kamarnya. Di lantai kamar hotel Nayla hanya ada beberapa kamar yang terisi dan juga memang sangat sepi karena sudah larut malam. Kalaupun ramai ada di lantai 3 atau 2, sementara kamar Nayla berada di lantai 4.

Nayla melihat sekitar dengan perasaan sangat waspada. “Dari mana sumber suara itu?” gumamnya.

Perlahan Nayla berjalan mendekati sumber suara yang letaknya tepat di samping kamar, awalnya Nayla merasa ragu tapi harus memastikan agar tidak salah informasi jika nanti melapor kepada pihak hotel.

Nayla mengintip di lubang pintu. "Astaga apa yang terjadi di dalam sana? Ini namanya pembunuhan, eh bukan... Ini adalah penyiksaan.” Kedua tangan Nayla bergetar ketakutan. "Aku harus melaporkan ini."

“Ekhem…” Terdengar suara orang berdehem.

...Bersambung…....

Jangan lupa dukung karya ini agar Author tidak malas untuk melanjutkan ceritanya:)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!