Kebakaran

HAPPY READING!!!

.

.

.

Sesampai di kamar belakang, dengan pelan Rayan membaringkan Nayla di atas ranjang kecil untuk mengobati luka di kaki Nayla. Rayan sangat ahli dalam mengobati luka tembak ini karena memang kehidupannya sehari-hari hanya dihadapi berbagai macam senjata, lumayan lama Rayan mengobati kaki Nayla. Tidak lama kemudian selesai, Rayan mengambil selimut di dalam lemari lalu menyelimuti badan Nayla.

Rayan menyentuh dahi Nayla. “Ternyata badannya semakin panas.”

Rayan membasahi kain kecil dengan air hangat dan memerasnya lalu meletakkan di dahi Nayla agar panasnya cepat turun. Ketika Rayan ingin beranjak, tiba-tiba Nayla memegang tangannya sambil bergumam membuat Rayan duduk kembali di atas ranjang.

Sesaat Rayan mengelus tangan Nayla. “Kau sendiri yang mencari masalah, seharusnya waktu itu kau tidak berada di sana.” Gumamnya. “Tapi kau tenang saja, aku akan tidak akan membunuhmu selama kau patuh denganku.”

Sejenak Rayan menenangkan Nayla, setelah itu Rayan keluar dari kamar belakang lalu menghampiri salah satu bawahan yang sedang berdiri di samping pohon besar.

“Jaga wanita itu, aku keluar dulu ada urusan penting.”

Bram (Bawahan 2) mengangguk patuh. “Baik bos.”

Rayan berjalan keluar dari markas disusul Luke sambil membawa minuman kaleng kesukaannya. Mereka masuk ke dalam mobil berwarna merah bersama salah satu bawahan menuju sebuah tempat yang letaknya lumayan jauh dari markas.

“Kenapa kau membiarkan wanita itu tetap berada di sisimu?” tanya Luke. “Apalagi kau ingin menjadikannya pelayan pribadimu.”

“Bukan urusanmu!”

“Kau sangat tidak menyukai wanita, bahkan kau tidak suka ada seorang wanita di sisimu.” Luke terheran dan penuh kecurigaan dengan sikap Rayan. “Apa kau…”

“Apa?”

Luke menggelengkan kepalanya. “Tidak ada, mungkin aku berpikir berlebihan. Kau seperti ini sama saja mencari mati dengan bos besar.”

“Aku tidak peduli.”

Seketika Luke terdiam mendengar sahutan Rayan, sikap Rayan benar-benar diluar dugaannya. Dulu Luke pernah menawarkan seorang wanita kepada Rayan untuk dijadikan teman tidur tetapi Rayan menolak secara mentah-mentah tawarannya itu padahal wanita yang ditawarkan oleh Luke jauh lebih cantik dan juga sexy bahkan sangat pandai dalam urusan di atas ranjang.

.

.

.

Jam menunjukkan pukul 8 malam, Rayan masuk ke dalam markasnya sambil memegang beberapa paper bag yang berisi pakaian wanita untuk Nayla. Entah kenapa Rayan memiliki rasa simpati kepada Nayla, Rayan sendiri pun terheran dengan sikapnya itu tetapi tidak terlalu dipikirkannya.

Markas utamanya selalu sepi, berbeda dengan markas belakang tempat berkumpulnya para bawahan. Sementara markas utama ini hanya diisi oleh Rayan kalau malas berada di mansion dan juga Luke, ada beberapa bawahan utama yang memang sering bersama mereka berdua jadi mereka ikut tinggal di markas utama karena bisa saja sewaktu-waktu mereka dibutuhkan oleh Rayan atau Luke.

Rayan berjalan menuju kamar belakang. “Kira-kira apa yang sedang dilakukan wanita itu?” sebelumnya Rayan mendapatkan kabar kalau Nayla sudah sadarkan diri dari kedua bawahannya.

Klekkkk….

Rayan membuka pintu kamar belakang, terlihat tidak ada siapapun di dalam sana. Rayan meletakkan semua paper bag di atas meja dekat pintu.

“Pergi kemana dia? Apa dia ingin kabur lagi?”

Rayan berlari keluar dari kamar ke ruangan tengah mencari-cari Nayla, Rayan berpikiran kalau Nayla mencoba kabur lagi dari sana. Rayan menghampiri Bram (Bawahan 2) yang sedang makan mie di dapur.

“Dimana wanita itu? Kenapa dia tidak ada di dalam kamar belakang?” tanya Rayan. “Apa dia mencoba kabur lagi?”

“Anu dia…”’

“Bukankah aku menyuruh kau dan Patrick (Bawahan 1) menjaga dan mengawasi wanita itu?” kesalnya.

“Tadi saya melihat wanita itu keluar dari kamar belakang, awalnya saya melarang dia tapi katanya ingin mencari sesuatu.” Jelas Bram (Bawahan 2).

“Mencari sesuatu? Apa yang dia cari?”

Bram (Bawahan 2) menggeleng cepat. “Saya juga tidak tahu bos, sepertinya barang miliknya ada yang hilang.” Asal menebak.

“Lalu pergi kemana dia? Kenapa kau tidak menghalanginya? Kenapa malah membiarkannya keluar dari kamar belakang?"

“Ma-maaf bos, saya pikir dia hanya sebentar tapi sampai sekarang belum kembali juga. Apa jangan-jangan dia mencoba kabur dari sini?” seketika Bram (Bawahan 2) membulatkan kedua matanya. “Saya akan mencarinya sekarang.”

“Dimana Patrick (Bawahan 1)?” tanya Rayan.

“Dia pergi ke markas belakang bos.”

“Cari wanita itu sampai ketemu, kalau tidak….” Ucap Rayan terpotong.

Tiba-tiba Patrick (Bawahan 1) berlari menghampiri mereka berdua membuat Rayan bingung apalagi melihat wajah Patrick (Bawahan 1) yang terlihat panik.

“Kenapa?” tanya Rayan.

“Gudang kebakaran bos.”

“KEBAKARAN? BAGAIMANA BISA? CEPAT PADAMKAN APINYA.” Teriak Rayan.

Setelah mendengar teriakan Rayan bukannya berlari keluar untuk memadamkan api, Patrick (Bawahan 1) malah masih berdiri disitu dengan wajah ragu dan bingung.

“Kenapa lagi?”

“Anu bos, tadi saya melihat…” Ucap Patrick (Bawahan 1) terpotong penuh keraguan karena bingung apakah harus memberitahu Rayan atau tidak.

Bughhh…

Rayan menendang kaki Patrick (Bawahan 1) penuh kekesalan, Rayan sangat tidak suka melihat orang panikan. Baginya semua masalah itu tidak perlu dibawa panik, tetapi kebiasaan buruk itu selalu saja dibawa kedua bawahan utamanya.

“Melihat apa? Katakan dengan jelas!” bentaknya.

“Wanita tawanan bos masuk ke dalam gudang itu.”

Rayan membulatkan kedua matanya. “Dimana dia sekarang? Apa dia masih berada di dalam gudang?”

Patrick (Bawahan 1) mengangguk. “Sepertinya dia terjebak di dalam sana bos.”

Rayan mendorong Patrick (Bawahan 1) lalu berlari menuju gudang belakang diikuti kedua bawahannya. Letak gudang ini terpisah dengan markas sehingga api tidak sampai ke markas terkecuali ada angin yang membuat api itu menyebar. Terlihat api semakin membesar, para bawahan berhamburan keluar.

“KENAPA KALIAN MASIH DIAM SAJA? CEPAT PADAMKAN APINYA.” Teriak Rayan.

Semua bawahan berlari kesana kemari sambil membawa ember besar untuk memadamkan api, mereka berusaha keras agar apinya cepat padam karena masih ada beberapa barang yang belum dipindahkan. Ketika Rayan ingin masuk ke dalam gudang, kedua bawahan langsung menahannya.

"Apinya sangat besar bos, biarkan kami saja yang masuk ke dalam untuk menolong wanita itu.” Ucap Bram (Bawahan 2).

Rayan tidak memperdulikan kedua bawahannya, ia langsung berlari menerobos masuk ke dalam gudang. Kini api semakin membesar membuat kedua bawahan menjadi khawatir akan keselamatan Rayan.

“CEPAT PADAMKAN, BOS RAYAN ADA DI DALAM.” Teriak Patrick (Bawahan 1) berlari mencari ember besar.

Sesaat Rayan melihat sekitar sambil terbatuk-batuk. “APA KAU ADA DI DALAM? DIMANA KAU?” teriaknya agar Nayla mendengar suaranya.

Uhukkk… Uhukkk… Uhukkk…

Terdengar suara batuk Nayla, Rayan berlari mendekati sumber suara. Dilihatnya Nayla sedang duduk terkapar tidak berdaya lalu menahan badan Nayla yang ingin terjatuh.

...Bersambung…....

Jangan lupa dukung karya ini agar Author tidak malas untuk melanjutkan ceritanya:)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!