Nayla diculik

HAPPY READING!!!

.

.

.

Di tengah-tengah ketegangan Nayla, ada suara orang berdehem tepat di belakangnya membuat Nayla terperanjat dan detak jantung Nayla berdebar sangat kencang.

“Apa kau ingin masuk ke dalam sana? Sepertinya orang yang ada di dalam sana ingin ditemani.” Bisik orang itu.

Dengan suara beratnya mengatakan itu kepada Nayla membuat Nayla semakin ketakutan. Nayla langsung membalikkan badannya tanpa ada keraguan sedikitpun.

Beberapa kali Nayla menelan saliva melihat Rayan berdiri di hadapannya. “Ka-kau? Kenapa kau bisa ada di sini? Apa kamarmu di lantai ini juga?”

“Aku? Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu.” Sesaat Rayan melihat sekitar. “Kau sedang apa di depan kamar ini? Apa hobimu suka menguping?”

Nayla menggeleng pelan. “Ta-tadi aku mendengar ada orang berteriak kesakitan makanya aku keluar dari kamarku, aku sangat terganggu mendengar suara itu.” Jelasnya. “Lalu aku melihat di dalam kamar itu ada orang….”

Rayan mendekati Nayla. “Melihat apa? Apa kau sangat penasaran?”

“Ti-tidak, bukan begitu. Aku hanya ingin memastikan kalau aku salah dengar.” Nyengir.

“ARGH LEPASKAN SAYA.”

Terdengar lagi suara jeritan dari dalam kamar, Rayan menarik kasar tangan Nayla lalu membawanya masuk ke dalam salah satu kamar.

“APA YANG INGIN KAU LAKUKAN? LEPASKAN TANGANMU, AAAAA.” Teriaknya.

Rayan membekap mulut Nayla menggunakan tangannya, Nayla berusaha melepaskan tangan Rayan tetapi tidak bisa karena tidak bertenaga untuk melawan.

Brakkk…

Dengan nyaring Rayan menutup pintu kamarnya, sebelum itu kamera CCTV di lantai 4 juga sudah dirusak oleh bawahan Rayan sehingga pihak hotel tidak bisa mengetahui kejadian tadi.

Nayla menggigit tangan Rayan. “Mau apa kau? Lepaskan aku.”

Rayan memegang kuat tangan Nayla. “Kali ini aku tidak akan melepaskan mu.” Tersenyum tipis. “ Aku belum membuat perhitungan denganmu gadis cantik.”

Nayla mengatur nafasnya. “Perhitungan? Kyaaa kau, seharusnya kau berterima kasih kepadaku.”

Rayan berdehem. “Berterima kasih untuk apa? Memangnya kau melakukan apa kepadaku?”

“Ya tadi aku sudah membawamu ke rumah sakit, jadi tolong lepaskan tanganmu.” Mengamati wajah Rayan. “Bukankah kau sedang terluka? Kenapa kau sangat bertenaga.” 

Rayan menyentuh wajah Nayla menggunakan ujung jari telunjuknya. “Apa aku ada menyuruhmu untuk membawaku ke rumah sakit?” tanyanya. “Aku memang terluka, tapi luka di lenganku ini tidak ada apa-apanya lagian kau sendiri yang secara suka membawaku kesana."

“Kau memang tidak ada menyuruhku, tapi setidaknya aku sudah memperlakukanmu dengan baik dan seharusnya kau juga seperti itu kepadaku.”

Rayan membuang nafas kasarnya. “Jangan banyak basa-basi, aku tidak pernah memintamu untuk bersikap baik!!!”

Brukkk….

Rayan mendorong badan Nayla ke atas ranjangnya, pria yang ada di hadapan Nayla ini adalah seorang mafia berstatus tinggi dan dikenal kejam oleh mafia lain. Tidak heran jika banyak yang tunduk kepadanya, hanya saja sangat arogan sehingga banyak yang memusuhinya. ARRAYAN IMMANUEL SKYLER sering dipanggil Rayan, itulah nama panjangnya.

“Mau apa kau?”

“Menurutmu?”

Rayan berjalan mendekati ranjang sambil melonggarkan dasi dengan bibir menyeringai membuat Nayla ketakutan. Rasanya Nayla ingin menangis tetapi air matanya tidak bisa keluar saking takutnya.

Rayan naik ke atas ranjang menindih Nayla lalu memegang kedua tangannya. “Malam ini kau harus melayaniku.”

“LEPASKAN AKU, JANGAN GILA KAU!!!” berontak. “AKU BUKAN WANITA KUPU-KUPU MALAMMU.”

“Mulai sekarang kau akan menjadi wanitaku.” Rayan tersenyum. “Silahkan berteriak sesukamu, percayalah tidak ada yang bisa menolong mu.”

Ketika Rayan lengah, Nayla menggigit lengan Rayan membuatnya berteriak kesakitan. Rayan melepaskan kedua tangan Nayla lalu beranjak dari ranjangnya.

“KELUARLAH, MALAM INI TIDAK ADA YANG BISA MENDENGAR MU APALAGI MENOLONG MU.” Teriak Rayan.

Nayla bergegas mendekati pintu, dengan cepat Rayan memukul belakang Nayla hingga Nayla pingsan. Rayan menghubungi kedua bawahannya, selang beberapa menit kedua bawahan datang ke kamarnya.

“Orang itu sudah mati bos.” Ucap Patrick (Bawahan 1).

Bram (Bawahan 1) bingung melihat ada orang pingsan di bawah sana. “Siapa wanita itu bos?  Bos dapat dimana?”

“Kita kembali ke markas, bawa wanita ini ke markas.” Beranjak pergi.

Kedua bawahan memapah Nayla keluar dari kamar itu, beberapa bawahan Rayan yang lainnya mengurus mayat yang ada di kamar seberang. Kali ini Rayan tidak akan melepaskan Nayla lagi, sudah dua kali Nayla mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya.

.

.

.

Keesokan harinya di pagi hari, cuaca berubah menjadi mendung padahal jam 7 tadi sinar matahari sangat cerah. Rayan sedang duduk di ruangan tengah markas sambil memainkan ponsel ditemani secangkir kopi hangat.

“Apa wanita itu belum sadarkan diri?” gumam Rayan sesaat menyeruput kopinya. “Arghhhh andai wanita itu tidak mendengar obrolanku, tidak perlu aku membawanya kesini.”

Rayan paling anti berhubungan dengan seorang wanita, hanya saja ia harus mengurung Nayla agar informasinya tidak bocor. Misi mereka sebagai seorang pembunuh baru mau mulai tetapi malah diketahui oleh Nayla, sebelum itu mereka berdua sedang mengawasi orang yang akan menjadi target dan kebetulan orang itu pernah bermasalah juga dengan Rayan.

Lumayan lama Rayan bersantai di ruang tengah, terlihat kedua bawahan berlari menghampirinya dengan wajah panik membuat Rayan kebingungan.

“Kenapa kalian berlari? Apa wanita itu sudah sadarkan diri atau terjadi sesuatu pada wanita itu?” tanya Rayan.

Bram (Bawahan 2) mengangguk. “Iya bos sudah sadarkan diri tapi dia kabur.”

Bughhh... Bughhh... Bughhh...

Rayan menendang kaki mereka secara bergantian, seketika ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat marah.

“Kenapa wanita itu bisa kabur dari sana? Bukankah aku menyuruh kalian untuk berjaga di depan sana? Ah kalian sangat tidak becus menjaga seorang wanita lemah seperti dia!” kesalnya.

Patrick (Bawahan 1) menyenggol lengan Bram (Bawahan 2). “A-ampun bos, tadi kami berdua ke pos depan untuk…” Jelasnya terpotong.

“AKU TIDAK PEDULI! AKU TIDAK MENERIMA ALASAN APAPUN!!” teriak Rayan. “CEPAT CARI WANITA ITU SEKARANG JUGA!!! AKU TIDAK MAU TAHU, KALIAN HARUS MEMBAWANYA KEMBALI KESINI KARENA KALAU TIDAK.... JANGAN SALAHKAN AKU MELAKUKAN MEMBAWA KALIAN KE RUANG BAWAH TANAH.”

Kedua bawahan mengangguk cepat. “Baik bos.” Ucap mereka lalu berlari keluar mansion mencari keberadaan Nayla.

Rayan membuang nafas kasar melihat kepergian kedua bawahan. “Ah mereka benar-benar membuat masalah, pagi-pagi aku sudah dibuat emosi seperti ini.”

“Ini semua gara-gara kau.” Kesal Bram (Bawahan 2).

“Kenapa kau jadi menyalahkan aku?”

“Kenapa tidak kau sendiri saja yang pergi ke pos? Kenapa malah mengajakku juga? Lihatlah, wanita itu kabur.” 

“Kyaaa aku tidak tahu kalau wanita itu berani kabur dari sana.” 

Mereka berdua bertengkar hebat sambil berkeliling markas mencari keberadaan Nayla yang entah berada di mana, begitu juga dengan Rayan ikut turun tangan mencari Nayla.

...Bersambung…....

Jangan lupa dukung karya ini agar Author tidak malas untuk melanjutkan ceritanya:)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!