HAPPY READING!!!
.
.
.
Rayan dan Luke berdiri di depan teras menunggu kedatangan bos besar, bos besar ini adalah ayah dari seorang Arrayan Immanuel Skyler. Sifat kejam mereka sama, tetapi jauh lebih kejam bos besar dibandingkan dirinya bahkan semua bawahan Rayan tunduk patuh kepada bos besar. Sementara Rayan sering bertengkar dengan bos besar, walaupun itu ayahnya tetapi sikap mereka seperti bukan hubungan antara anak dan orang tua.
“Menurutmu sampai kapan bos besar berada di markas?” bisik Luke.
Rayan mengangkat kedua pundaknya. “Aku tidak tahu, semoga saja hanya sebentar.”
Terlihat dari kejauhan puluhan mobil memasuki halaman markasnya, semua bawahan Rayan berpencar untuk menjaga keamanan markasnya takutnya ada penyusup mencari kesempatan menyerang apalagi ini adalah pertemuan Rayan dan bos besar.
Seorang pria tua memakai topi hitam dan pakaian serba hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki berjalan menghampiri mereka berdua, Luke langsung menyapa bos besar berbeda dengan Rayan hanya diam saja melihat kedatangan ayahnya.
“Dimana kalian menyimpan semua barang itu?” tanya James Carl Salazar (Bos besar).
“Ada di dalam gudang belakang bos, Rayan sendiri yang memantaunya.” Jelas Luke.
“Rayan, kenapa kau hanya diam? Apa kau tidak senang aku datang kesini?" James (Bos besar) berterus terang.
Rayan menggelengkan kepalanya. “Tidak ada, kepalaku hanya sedikit pusing.”
“Aku ingin melihat semua barang itu.”
Bos besar berjalan duluan ke arah belakang menuju gudang penyimpanan barang, Luke dan Rayan mengikuti dari belakang. Sebenarnya Rayan sangat malas bertemu dengan ayahnya tetapi begitulah bos besar, kapanpun akan datang ke markasnya.
Sejenak mereka berada di dalam gudang belakang, beberapa bawahan bos besar mengikuti mereka membawa sambil memegang senjata masing-masing. Seolah-olah ditempatnya ada penjahat, sesaat Luke berdehem melihat ekspresi wajah Rayan yang sedang menahan amarah. Beberapa bawahan disuruh Rayan berjaga di sekitar kamarnya menemani kedua bawahan utama agar para bawahan bos besar tidak pergi kesana.
Sesaat bos besar melihat ke atas. “Kenapa di atas sana sangat banyak orang yang berjaga? Apa ada sesuatu?”
Luke menoleh Rayan. “Kau seperti ini justru akan menimbulkan kecurigaan.” Bisiknya.
“Mereka aku suruh menjaga di sekitar kamarku, kenapa? Apa kau ingin pergi ke kamar ku juga?” tawar Rayan dengan santai.
“Tidak, aku tidak tertarik dengan kamarmu.” Tolak bos besar.
Luke yang mendengar itu menghela nafas lega, nyawanya benar-benar diujung tanduk karena jika bos besar mengetahui bahwa mereka menyembunyikan seorang wanita maka akan sangat berbahaya. Bos besar tidak tinggal di Jakarta, hanya saja waktu Rayan pertama kali membangun sebuah kelompok dimodali sang ayah dan sampai detik ini Rayan tidak lepas dari pengawasan bos besar. Padahal Rayan ingin lepas dari pengawasan bos besar tetapi belum mendapatkan waktu yang tepat. Hampir 1 jam lamanya bos besar berada di markas itu bahkan berkeliling markas, tidak lama kemudian bos besar memutuskan pulang bersama puluhan orang yang ikut dengannya.
.
.
.
Siang hari cuacanya sangat bagus, Rayan masuk ke dalam markasnya lalu berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya yang dimana masih ada Nayla.
Klekkk…
Terlihat di dalam kamarnya, Nayla sedang duduk melamun dengan pandangan keluar kaca besar. Kamar Rayan sangat luas dan pemandangan dari kamar itu juga indah makanya Rayan selalu betah jika berada di kamar markasnya.
Rayan mengambil kain kecil. “Ku pikir kau sudah mati.” Menghampiri Nayla.
Rayan pun duduk di depan Nayla lalu menarik kakinya yang terluka, seketika Nayla terperanjat sambil menjerit kesakitan.
Nayla menatap Rayan. “Tu-tunggu, apa yang ingin kau lakukan?”
Tanpa banyak bicara Rayan mengikat kain kecil tadi di kaki Nayla untuk menghentikan pendarahan yang keluar, Nayla terdiam melihat sikap Rayan kepadanya.
Nayla memegang tangan Rayan. “Arghhh pelan-pelan, kakiku sakit.”
Dengan serius Rayan mengikat kain di kaki Nayla, dari tadi darah itu terus-menerus keluar tetapi dibiarkan Nayla membuat ranjang Rayan kotor dipenuhi dengan noda darahnya. Rayan tidak memarahinya karena memang ulahnya yang membuat kaki Nayla terluka parah.
Nayla mengamati wajah Rayan. “Ternyata dia perhatian juga.” Batinnya. “Siapa dia sebenarnya? Dia orang jahat atau bukan?” tiba-tiba penasaran dengan kepribadian Rayan.
Sesaat menatap Nayla. “Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa aku terlihat tampan?” godanya.
Nayla menggeleng cepat. “Ti-tidak, aku tidak menatapmu.” Gugup.
Rayan menarik ujung bibirnya. “Hati-hati jatuh cinta kepadaku.” Usilnya.
Reflek Nayla mendorong Rayan. “Kyaaa kau, aku tidak akan jatuh cinta padamu. Lagian kau juga bukan tipeku.” Sambungnya nada pelan agar tidak terdengar.
“Lupakanlah, karen kau sudah berada disini. Maka aku akan menjadikanmu pelayan pribadiku.” Ucap Rayan.
Nayla membulatkan kedua matanya. “Pelayan pribadimu? Tidak, aku tidak mau!!!” tolaknya secara mentah-mentah.
“Kalau kau tidak mau silahkan pergi dari sini.” Usir Rayan.
“Oke, aku akan pergi dari sini.” Beranjak dari ranjang.
“Apa kau tidak tahu, bahwa tempat ini ada di tengah hutan?”
Nayla mengingat sesuatu lalu berdiri di depan Rayan. “A-aku…”
“Kenapa? Apa kau tidak jadi pergi? Aku mempersilahkan mu pergi dari sini.”
“Ishhh menyebalkan, aku tidak tahu ini dimana arghhh.” Batin Nayla kesal.
“Bagaimana, apa kau bersedia menjadi pelayan pribadiku?”
“Baiklah baiklah.” Jawab Nayla pasrah agar nyawanya tetap aman.
“Kau harus melayaniku selama 24 jam.”
“Apa kau gila?”
“Kalau kau tidak mau, silahkan keluar dari tempat ini.”
“Tidak tidak, baiklah aku akan melayani mu selama 24 jam.” Nayla nyengir. “Kalau begini caranya, sama saja membunuhku secara perlahan.” Bergumam dalam hati.
Rayan menatap kedua bawahan utama. “Bawa wanita ini ke gudang belakang.”
“Aku dibawa ke gudang lagi?”
“Lalu kau ingin dimana? Apa kau ingin bersamaku disini?” bisik Rayan di depan wajah Nayla.
Kedua bawahannya langsung saja membawa Nayla keluar dari kamar itu menuju gudang belakang yang akan menjadi tempat tinggal Nayla. Perlahan kedua kaki Rayan menuruni anak tangga sambil memainkan ponselnya.
Rayan duduk di depan Luke. “Mulai sekarang wanita itu akan menjadi pelayan pribadiku.”
“Bagaimana kalau bos besar tahu?” tanya Luke. “Wah yang benar saja kau menjadikannya pelayan pribadimu, bisa habis nyawamu di tangan bos besar.”
“Maka dari itu tutup mulutmu, jangan sampai bos besar mengetahui masalah ini.”
.
.
.
Sore harinya cuaca berubah menjadi sangat mendung, Rayan berjalan keliling markas ditemani rintikan hujan. Tiba-tiba Rayan teringat Nayla ada di dalam gudang belakang, Rayan berjalan cepat menuju gudang belakang.
Klekkkk…
Rayan melihat Nayla duduk tersungkur di pojok gudang sambil memegang kakinya.
"Kenapa? Apa kau sedang memikirkan sesuatu?"
“Kaki ku sangat sakit.” Keluh Nayla.
“Apa kakimu tambah parah?”
“Aku juga tidak tahu.”
Beberapa saat kemudian Nayla jatuh pingsan di hadapan Rayan, Rayan berusaha membangunkan Nayla tetapi tidak bangun juga. Rayan menggendong Nayla lalu membawanya ke kamar belakang markas dekat pintu.
...Bersambung…...
Jangan lupa dukung karya ini agar Author tidak malas untuk melanjutkan ceritanya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments