Sinar Kehangatan

Violet melangkah dengan hati penuh harapan menuju pintu kamar Nacht, langkahnya seakan-akan diiringi oleh detak jantung yang semakin cepat. Setiap langkah terasa berat, seperti membawa beban yang tak terlukiskan. Hatinya berdebar-debar, tak sabar untuk memulai hari ini bersama Nacht.

Dengan hati-hati, Violet mengetuk pintu kamar dengan lembut. Tidak ada jawaban. Dia menghela nafas dan akhirnya memutuskan untuk membuka pintu itu perlahan-lahan. "Aku masuk," gumamnya sambil membuka pintu dengan perlahan, hatinya berdebar menunggu respon dari dalam kamar.

Namun, ketika Violet memasuki kamar, pandangannya tertuju pada kasur yang masih tertutup oleh selimut. Nacht masih terbaring di atasnya, terlelap dalam tidur yang lelap. Violet tersenyum kecil, merasa lega melihat Nacht tidur dengan nyenyak, seperti seorang anak kecil yang tidak punya beban dunia.

"Ah, ternyata masih tidur," ucap Violet pada dirinya sendiri, langkahnya mendekati kasur dengan hati-hati. Dia menatap wajah Nacht yang damai dalam tidurnya, wajah yang begitu tenang dan tidak terganggu oleh kekhawatiran dunia luar.

"Mukanya lucu sekali kalau sedang tidur," bisiknya sambil tersenyum, mencuri pandang pada sosok yang begitu dekat dengannya namun terlihat begitu jauh dalam tidurnya.

Tanpa ragu, Violet meraih bahu Nacht dan mengguncangnya perlahan-lahan, mencoba membangunkannya dari tidurnya yang lelap. "Nacht, bangunlah. Sudah siang, waktu untuk beraktivitas," pintanya dengan lembut, berharap suaranya dapat menembus alam mimpi Nacht.

Nacht, yang masih dalam kondisi setengah sadar, menggeliat malas di bawah selimut. "Lima menit lagi, Violet," ucapnya sambil meraih selimut untuk menutupi kepala, seolah mencoba kembali terlelap dalam tidurnya yang nyaman.

"Tidak, ini sudah siang, waktu untuk bangun," desak Violet dengan lembut, mencoba membangunkan Nacht dari keterlelapannya, tanpa ingin membiarkannya terbuai lebih lama dalam dunia mimpi yang manis.

Nacht akhirnya membuka mata dengan susah payah, menerima kenyataan bahwa dia harus bangun dari tempat tidur yang hangat dan nyaman. Mata birunya yang indah terbuka perlahan, memancarkan cahaya keanggunan yang tak terlukiskan. Violet terdiam sejenak, tak mampu berkata-kata, hanya memandanginya dengan penuh kekaguman.

Violet tersenyum puas melihat Nacht bangun dari tidurnya, merasakan kelegaan karena berhasil membangunkannya dari tidur yang begitu lelap. "Cepatlah, jika tidak kita akan terlambat ke bukit," ujarnya sambil mengambil tangannya dan menariknya keluar dari kamar, siap untuk memulai petualangan mereka hari ini. Mereka berdua meninggalkan kamar dengan semangat untuk menjelajahi keindahan alam di luar sana.

Nacht, setelah meraih pakaian yang tergeletak di samping kasur, mencari-cari handuknya dengan gerakan yang agak tergesa-gesa. Langkahnya terburu-buru, mencoba menaklukkan rasa keterkejutannya karena handuk yang biasanya selalu berada di tempat yang sama, tiba-tiba lenyap begitu saja. Di tengah-tengah kegelapan kamar, ia meraba-raba setiap sudut dengan harapan menemukan jejak handuk yang hilang.

Sementara itu, Violet yang berdiri di dekat pintu, menatap dengan perasaan simpati terhadap temannya yang sedang kesusahan mencari handuk. Dia memperhatikan dengan seksama setiap gerakan Nacht, seolah-olah ingin membantunya dengan kekuatan pikirannya.

Setelah beberapa saat, Nacht mendekati Violet dengan langkah yang agak ragu. "Violet, Apakah kau melihat handukku? Aku tidak bisa menemukannya," ujarnya dengan suara yang rendah.

Violet tersenyum lembut, memahami kegelisahan Nacht. "Coba cari dengan teliti, mungkin saja terjatuh di tempat yang tak terduga," katanya dengan penuh pengertian, mencoba menenangkannya.

Dengan semangat baru, Nacht kembali beraksi, berusaha mencari handuknya dengan teliti. Dia menelusuri setiap sudut kamar, memindahkan benda-benda kecil dengan hati-hati, berharap menemukan handuk yang hilang di antara tumpukan barang-barang.

Namun, upaya pencariannya tampaknya sia-sia karena handuk itu tak kunjung terlihat. Ekspresi kekecewaan tergambar jelas di wajahnya ketika dia mengakui kegagalan pencariannya kepada Violet.

"Tidak ada, Violet," ucap Nacht dengan suara yang sedikit terdengar putus asa, seolah-olah handuk itu lenyap entah ke mana.

Violet merasa iba melihat Nacht yang sedang kesulitan. Namun, tanpa menyerah, dia mengambil inisiatif untuk membantu. Dengan pandangan tajamnya, Violet melihat sebuah tumpukan pakaian yang tampaknya luput dari perhatian Nacht.

"Tunggu sebentar, Nacht. Aku rasa aku melihat sesuatu di sana," kata Violet dengan suara penuh semangat, mengarahkan pandangan Nacht ke arah tumpukan pakaian.

Nacht mengikuti arah yang ditunjukkan Violet, dan benar saja, di balik tumpukan pakaian itu, tersembunyi dengan rapat, handuk yang dicarinya. Raut wajahnya berubah menjadi cerah ketika menemukan barang yang hilang.

"Ada kok, ini handuknya!" seru Violet dengan senyuman di wajahnya, merasa senang bisa membantu temannya menemukan handuk yang hilang.

Nacht merasa lega ketika menemukan handuknya, dan dia tidak bisa menyembunyikan rasa terima kasihnya pada Violet. "Terima kasih, Violet. Aku benar-benar tidak bisa menemukannya tanpa bantuanmu," ucapnya dengan tulus, merasa bersyukur memiliki Violet.

Senyum Violet semakin melebar melihat reaksi Nacht. "Tidak masalah, Nacht. Ayo, segera mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke bukit," ajaknya sambil memberikan semangat kepada Nacht.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!