Bertahan di Arus Bahaya: Ujian Keberanian

Saat mereka hampir sampai di depan sungai yang mengalir deras, airnya begitu jernih sehingga mereka bisa melihat dasarnya dengan jelas. Suara gemericik air sungai mengisi udara, menambah kesan damai di sekitarnya. Nacht, yang berada di depan, mulai bersiap untuk melompati sungai itu dengan menggunakan pijakan batu yang ada di tepi sungai.

Nacht berhenti di tepi sungai, memperhatikan pijakan batu yang tersebar di sepanjang aliran air. Nacht melirik ke belakang, mengisyaratkan kepada Violet dan Shina bahwa dia akan melompat terlebih dahulu.

"Aku akan melompati sungai ini," kata Nacht

**Violet**: "Hati-hati Nacht, jangan terlalu nekat," ucap Violet dengan suara gemetar, matanya memandang sungai yang mengalir deras di depan mereka.

**Nacht**: "Tenang saja, Violet! Aku bisa melakukannya," jawab Nacht dengan keyakinan yang tak tergoyahkan, senyumnya mengisyaratkan bahwa ia siap menghadapi tantangan itu.

**Shina**: Dengan senyum lembut, Shina mencoba menenangkan Violet, "Biarkan dia, Violet. Nacht tahu persis apa yang dia lakukan."

**Violet**: Meskipun ragu, Violet tetap melanjutkan, "Tapi sungai ini terlihat cukup deras, Nacht. Kamu yakin bisa melompatinya?"

**Nacht**: "Pasti bisa, Violet! Percayalah padaku, aku sudah melompati sungai-sungai lebih besar dari ini sebelumnya," ujar Nacht dengan semangat, matanya berbinar penuh keyakinan.

**Shina**: Dengan penuh keyakinan, Shina mencoba menghibur Violet, "Lihatlah, Violet. Nacht memiliki keberanian yang dibutuhkan untuk mengatasi ini."

**Violet**: Meskipun masih ragu, Violet merasa sedikit lega mendengar dukungan mereka, tapi ia tak bisa menahan diri untuk bertanya lebih lanjut, "Tapi..."

**Nacht**: Dengan antusiasme yang tak terbendung, Nacht memotong pembicaraan Violet, "Ayo, Violet, jangan ragu. Aku akan menunjukkan padamu betapa hebatnya aku!"

**Shina**: Dengan senyum lembut, Shina menambahkan, "Dia akan baik-baik saja, Violet. Kita harus percaya padanya."

**Violet**: "Baiklah, aku akan mempercayaimu, Nacht. Tapi harap berhati-hati!" Violet mencoba meredakan kekhawatiran.

**Nacht**: "Tidak perlu khawatir, Violet! Aku akan kembali dengan selamat!" Nacht tersenyum penuh semangat.

**Shina**: "Lompatlah, Nacht! Kamu bisa melakukannya!" Shina mendorong semangat Nacht.

**Violet**: "Hati-hati..." Violet memandang dengan cemas.

**Nacht**: "Terima kasih atas dukungannya, Aku akan menunjukkan kepada kalian betapa hebatnya aku!" Nacht bersiap menjelang lompatan.

**Shina**: "Ayolah, Nacht! Tunjukkan kepada kami!" Shina bersorak dengan bangga.

**Violet**: *Semoga dia selamat...* Violet berdoa dalam hati.

**Nacht**: *Aku harus berhasil, tidak boleh gagal!* Nacht meneguhkan tekad dalam hatinya.

**Shina**: "Dia akan melakukannya dengan gemilang!" Shina menyatakan dengan bangga.

**Violet**: Menggigit bibirnya dengan kuat, Violet menahan kekhawatiran yang memenuhi hatinya. "Harap dia aman..."

**Nacht**: Dengan suara bersemangat, Nacht melontarkan seruan bersemangat saat melompat di atas sungai. "Yaaaahhh!!!"

**Shina**: Menyemangati dengan penuh semangat, Shina memberikan dukungannya. "Bagus sekali, Nacht!"

**Violet**: Sambil menutupi matanya dengan telapak tangannya, Violet tak kuasa menahan rasa cemas. "Tolonglah, jangan terjadi apa-apa..."

**Nacht**: Dengan sukses mendarat di sisi sungai, Nacht bersorak kegirangan. "Aku berhasil! Aku katakan padamu, aku bisa melakukannya!"

**Shina**: Bersorak sorai dengan bangga, Shina merayakan keberhasilan Nacht. "Kau hebat, Nacht!"

**Violet**: Merasakan lega yang mendalam, Violet mengucapkan syukur dalam hatinya. "Terima kasih Tuhan, dia selamat..."

Setelah Nacht berhasil melewati sungai, Shina memperhatikan Yuki yang masih ragu-ragu di tepi sungai.

"Yuki, mengapa kamu tidak mau melompati sungai?" tanya Shina dengan lembut, mencoba meyakinkan Yuki untuk mengatasi ketakutannya.

Yuki menundukkan kepalanya, merasa malu. "Aku takut jatuh, ibu," sahutnya dengan suara lembut, tatapan matanya memperlihatkan ketidakpastian.

Shina mendekati Yuki dan menyentuh pelan pundaknya. "Tidak apa-apa, Yuki. Aku akan bersamamu setiap langkahnya. Kamu harus percaya pada dirimu sendiri," ucap Shina dengan penuh keyakinan, mencoba memberikan dukungan pada Yuki.

Yuki mengangkat wajahnya, mencari kepastian di mata ibunya. "Tapi bagaimana kalau aku jatuh?" tanyanya ragu.

Shina tersenyum lembut. "Kamu tidak akan jatuh, Yuki. Aku akan menjagamu dengan baik. Ayo, cobalah. Aku yakin kamu bisa melakukannya," pinta Shina dengan penuh semangat, mencoba memberikan dorongan pada Yuki.

Yuki menggigit bibirnya, berpikir sejenak. Akhirnya, dia mengangguk perlahan, memutuskan untuk mencoba. "Baiklah, ibu. Aku akan mencoba," ucapnya dengan sedikit keberanian yang mulai tumbuh.

Shina tersenyum bangga, "Bagus, Yuki. Aku akan selalu ada di sini untukmu." Yuki mengambil napas dalam-dalam, memperkuat tekadnya. Dengan hati-hati, dia mulai mengambil langkah maju menuju tepi sungai, siap untuk mengatasi rasa takutnya.

Seiring Yuki mendekati tepi sungai, detak jantungnya semakin cepat. Matanya memandang sungai yang mengalir deras dengan ketakutan yang memuncak di dalam hatinya. Pikirannya dipenuhi dengan bayangan-bayangan akan kemungkinan jatuh ke dalam arus yang ganas itu. Dia merasa gemetar dan ragu-ragu, takut untuk melangkah lebih jauh. Suara gemericik air sungai terdengar seperti hantaman keras di telinganya, mengingatkannya akan bahaya yang mengintai di depannya.

Shina, melihat ekspresi cemas di wajah Yuki, mendekatinya dengan lembut. Dia mengusap punggungnya dengan lembut, mencoba menenangkan anaknya yang gemetar. "Yuki, jangan takut. Aku akan selalu ada di sini untukmu," katanya dengan suara lembut, berusaha memberikan dukungan pada anaknya.

Namun, ketegangan Yuki terus bertambah saat ia merenungkan risiko yang harus ia hadapi. Dia melirik ke arah teman-temannya, mencari keberanian dalam dukungan mereka. Tetapi bahkan senyum dan kata-kata semangat mereka tidak bisa mengurangi kecemasannya yang mendalam. Rasa takut akan jatuh dan cedera membuatnya merasa terjebak dalam keputusasaan yang tak terhindarkan.

Saat Yuki melompat untuk yang ketiga kalinya, langkahnya terasa ragu-ragu, dan dia tiba-tiba tergelincir. Nacht, matanya memancarkan warna biru seperti langit malam yang tenang, tersenyum lembut melihat Yuki. Ekspresi wajahnya penuh dengan kebahagiaan dan lega karena berhasil menyelamatkan temannya. Senyumnya mengisyaratkan rasa bangga akan tindakannya sendiri, tetapi juga penuh dengan perhatian dan kelembutan terhadap Yuki. Gerakan tangannya yang cepat dan tepat menunjukkan keterampilan dan kecepatannya dalam menghadapi situasi darurat.

Yuki, dengan mata yang masih penuh dengan kejutan dan sedikit malu, mengangkat wajahnya perlahan-lahan, mencari tatapan Nacht. Wajahnya memancarkan perasaan campur aduk antara terima kasih dan rasa malu karena insiden yang baru saja terjadi. Bibirnya gemetar sedikit, mencerminkan gelombang emosi yang melanda dirinya. Meskipun ia merasa canggung karena perhatian yang diberikan kepadanya, ia juga merasa lega karena tidak mengalami luka yang serius.

Nacht dengan cepat menghampiri Yuki, mencoba menghiburnya. "Maafkan aku, Yuki. Aku tidak bermaksud membuatmu terkejut," ucapnya dengan nada penuh penyesalan.

Yuki menatap Nacht dengan raut wajah yang campur aduk antara malu dan terima kasih. "Tidak apa-apa, Nacht. Terima kasih telah menyelamatkanku," ucapnya dengan suara lembut, masih merasa sedikit gemetar akibat kejadian tadi.

Shina, dengan tatapan lembut dan penuh kasih, mendekati Yuki. Dia mengelus lembut kepalanya, memberikan dukungan dan kenyamanan pada anaknya yang masih sedikit gemetar akibat kejadian tersebut. Ekspresi wajahnya mencerminkan perasaan kelegaan dan cinta yang mendalam terhadap Yuki, serta rasa bangga atas keberanian anaknya "Kamu baik-baik saja, Yuki?" tanyanya dengan penuh perhatian.

Yuki mengangguk pelan. "Ya, ibu. Aku baik-baik saja," jawabnya dengan senyum kecil.

Violet juga ikut merasa lega melihat Yuki tidak terluka. "Syukurlah kamu tidak terluka, Yuki," ucapnya sambil tersenyum lega.

Yuki mengangguk, merasa lega bahwa kejadian tersebut tidak berujung buruk. Meskipun sedikit malu, dia merasa bersyukur karena memiliki Seseorang yang selalu ada untuknya dalam setiap situasi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!