Keesokan harinya, mereka harus menghadiri rapat Per-divisi tentang Penyiaran dan Musik. Meski sudah setengah enam sore rapat itu tetap diadakan.
" Jadi kalian semua mau nyiarin top chart musik aja,”tanya Devan
Farrel melihat Alana yang sedari tadi diam dan hanya mendengarkan.
" Cantik jangan diem aja, dong Menurut kamu gimana,” tanya Farrel seraya mengedipkan matanya.
" Enggak usah genit deh Farrel Muka lo enggak banget,” sahut Rasya. Farrel berdecak kesal dan menatap Rasya sebal.
" Sebenernya, saya lebih suka fact about this world atau fakta-fakta unik yang enggak bisa dipercaya gitu,” jawab Alana
" Lima dari enam orang maunya new top chart semua, lho. Lo yakin?” tanya Devan seraya menatap Alana lekat.
Alana hanya mengangguk.
" Oh, mungkin emang lo beda, ya, dari yang lain,” ujar Devan
Alana berpikir sejenak. Entah, Pikirannya yang tengah tak karuan atau bagaimana kata-kata Devan tersebut membuatnya berpikir Beda dari yang lain ? Maksud dia apa coba ?
Devan mendekati Papan tulis dan membulatkan alternatif yang dipilih oleh Alana, meski Pendapat Alana kalah telak dengan yang lain.
" Kenapa harus Pendapat gue ? Kan, yang lain maunya new top chart?” tanya Alana
Devan mengalihkan Pandangannya ke arah Alana
" Suka-suka gue.”
" Saya setuju aja, kok,” sahut Bella.
" iya, kami berdua juga setuju aja,” Rasya menimpali.
" Tapi, mungkin gini. Farrel, gue, sama Bella akan nyari barang-barang di majalah yang mungkin bisa dijadiin bukti atau fakta menarik. Nah, lo berdua tunggu di sini, tentuin musik yang asyik,” ujar Rasya menjelaskan.
" Gue setuju,” Devan menyahut.
" Ya, udah kita bertiga cari referensi dulu, kalian jangan aneh-aneh, lho, ya, di sini,” ujar Rasya lalu beranjak berdiri.
" Tahu lo, Devan Jangan rebut dedek gemes gue.” Farrel mengancam.
" Hm.” Devan hanya berdeham saja tanpa menjawab.
Tak lama, hujan lebat yang disertai Petir mengalir deras. Alana melihat sejenak keadaan di luar. Dia kemudian menatap lelaki di depannya.
" Muka lo itu emang mirip sama banget kayak Darren," batin Alana saat menatap mata Devan yang tengah membulat ke arahnya.
Mendadak, aliran listrik SMA Arwana mati total Mungkin karena sambaran Petir yang begitu besar.
Perasaan Alana semakin tak karuan. Dia mencoba memejamkan matanya.
...•••••...
Flashback
Sore itu Alana tak langsung pulang dari sekolahnya SMA Garuda Merdeka di Bandung. Dia harus mengikuti Pelajaran tambahan musik yang diadakan oleh Pak Didi. Saat itu, Ponsel Alana bergetar bertanda ada notifikasi yang masuk Alana segera membuka notifikasi itu.
✉️ Darren : Alana, aku enggak bisa Jemput kamu Aku masih sakit
✉️ Alana Calista : Iya, enggak apa-apa Darren By the way, kamu di mana sekarang ?
✉️ Darren : Kamu lanjut belajar aja, aku enggak apa-apa ?
Perasaan Alana menjadi tidak tenang. Pasalnya Darren baru saja sembuh kemarin. Akhirnya, Alana harus berbohong dan izin Pulang kepada Pak Didi.
Alana mencoba keluar dari koridor sekolah, tapi nyatanya waktu itu hujan lebat disertai Petir.
Dia memilih untuk berteduh di kafe dekat sekolahnya. Namun matanya membulat ke suatu arah.
" Gladys, aku sayang sama kamu,” ucap lelaki yang sungguh tak asing di mata Alana
" Aku bukan Perusak hubungan orang Darren,” tolak Gladys.
" Alana itu sahabat aku.”
" Kamu tega lihat aku terus terusan enggak bahagia Pacaran sama Cewek kayak Alana," tanya Darren seraya menahan lengan Gladys.
" Alana Cewek baik, Darren.” Gladys menepis.
" Kamu tahu Alana gimana, Glad. Kamu sahabat baik dia dari dulu. Dia itu egois, Cuma mentingin dirinya sendiri Dia juga Pacaran sama aku cuma karena uang aku doang, Glad."
" Aku tahu Pasti ini berat buat kamu Tapi, apa karena kamu sahabat Alea terus kita enggak boleh bahagia ? Siapa Alana ? Cuma Cewek enggak bener!” sentak Darren
Hati Alana terasa seperti tercabik cabik oleh ribuan Pisau. Tidak, dia tidak Pernah memiliki niat seperti itu. Lagi Pula, Cewek seperti apa yang Darren maksud ? Alana tidak Pernah berpacaran kecuali dengan dirinya, itu Pun tidak Pernah kelewat batas.
" Kamu Pantes bahagia, Glad. Jangan korbanin kebahagiaan kamu sendiri.”
" Aku sayang kamu, Darren.” Gladys menggenggam tangan lelaki di depannya Kemudian Gladys mengalihkan Pandangannya ke arah gadis yang sedari tadi tengah memperhatikan mereka.
" Alana "
Mata Alana sudah berkaca-kaca tubuhnya yang basah kuyup oleh hujan sudah tidak dia Pedulikan lagi.
" Maaf, gue ganggu Semoga kalian berdua bahagia, ya.” Alana tersenyum, lalu bergegas Pergi meninggalkan mereka.
Bukankah Pergi meninggalkan memang lebih baik dibandingkan terus bertahan ketika kamu sudah disia-siakan ?
" Alana " Pekik Gladys, tapi Alana terus berlari.
" Udahlah, Glad, dia enggak Penting.”
Walaupun samar, Alana masih mendengar Perkataan Darren. Hebat, Perselingkuhan yang hebat. Gladys yang selama ini dia Percaya untuk
Menjadi sahabatnya, justru mengkhianatinya ?
Alana benci Pengkhianat. Suara Petir yang sangat gaduh memenuhi telinga Alana Namun, Alana tidak memedulikannya. Dia menutup telinganya dengan kedua tangan dan terus berlari entah ke mana.
" Apa gue seburuk itu?" sesal Alana
" Apa, sih, salah gue?” Suara Petir yang sangat gaduh mengingatkannya lagi akan hal itu.
Alana menutup kedua telinga dengan tangannya sama seperti waktu itu.
...•••••...
Napas Alana masih tak karuan. Dia menatap Devan Entah mengapa, menatap wajah Devan seperti mengulik luka lama yang sebenarnya ingin dia kubur dalam-dalam.
Kenapa kamu enggak bisa benar-benar Pergi dari Pikiranku ?
Aku lelah, dengan bayang-bayangmu yang selalu membuatku terus menginginkanmu.
Aku tahu, itu tidak akan terjadi lagi. Namun mengapa aku selalu menyayangimu walaupun kamu tidak bisa menjadi milikku ?
Tolong, saat aku benar-benar menjauh. Mengapa kamu seolah berada di Pikiranku dalam bentuk orang lain ?
Tuhan, apakah Engkau tidak mengizinkanku untuk melupakannya ? Mengapa selalu ada hal-hal yang membuatku teringat kepada dirinya ?
Aku ingin melupakanmu, tapi sulit. Tapi, jika aku terus mencintaimu, aku tahu diri. Hal-hal yang aku harapkan mustahil untuk terjadi.
Aku cukup Peduli dengan hatiku yang sudah remuk. Aku tidak ingin hancur lebih dari ini.
Tuhan, tolong aku. Jika aku memang tidak bisa bersamanya lagi, tolong jaga hatiku. Jangan biarkan aku jatuh cinta kepada orang yang salah lagi, izinkan aku untuk bahagia. Aku sudah terlalu lelah dengan sakit yang selalu ku Pendam sendiri.
Devan yang tengah asyik dengan gitarnya menghentikan aktivitasnya karena napas gusar gadis itu.
" Berisik banget, sih, Io!” ujar Devan dengan nada kesal. Namun, napas itu semakin terdengar
Napas Alana malah semakin terdengar jelas. Dia hampir menangis, matanya sudah berkaca-kaca Devan meletakkan gitar dan mendekatinya Suasananya sangat gelap, hingga Devan harus menggunakan sinar Ponselnya untuk melihat wajah Alana
" Lo kenapa?” tanya Devan dengan nada khawatir Masalahnya, gadis itu tak henti-hentinya melenguh.
" Alana " Devan menyentuh Punggung tangan Alana agar gadis itu membuka matanya.
Alana membuka matanya sejenak, lalu memejamkan kembali karena sangat gelap.
" Lo—takut gelap, ya,” tanya Devan lembut seolah mengerti sekali bahwa Perasaan gadis itu sedang tak karuan.
Alana menggeleng.
" Enggak, gue enggak takut Gue cuma Pusing kalo gelap,” sambung Alana
Devan menggaruk kepalanya yang tidak gatal Apa yang harus dia lakukan ?
" Devan gue boleh enggak—” ujar Alana terpotong.
Devan membulatkan matanya ke arah gadis di depannya menunggu Perkataan selanjutnya.
" Boleh apaan?” tanya Devan
" Gue boleh, enggak—”
" Kalo ngomong yang jelas,” sentak Devan Padahal, dia Penasaran dengan apa yang gadis itu inginkan.
" Gue boleh enggak minjem HP lo ? Kepala gue Pusing banget kalo enggak lihat cahaya sama sekali.” Alea memijit Pelipisnya.
" Boleh, ya ? HP gue mati.” Alana memohon. Alana mengalihkan Pikiran serta mengendalikan rasa takutnya dengan bermain game. Namun, Ponselnya sekarang mati.
Devan bernapas lega. Dia kira, Alana ingin meminta apa. " Bilang dulu.”
" Bilang apaan " tanya Alana
" Kak Devan ganteng, boleh minjem HP enggak?” jawab Devan usil.
Alana menghela napas kesal. " Kok, lo lagi kayak gini masih aja, sih, sempet-sempetnya narsis?”
" Ya, udah, gue Pulang.” Devan bergegas melangkah, tapi Alana menahan tangannya.
" Apaan?” tanya Devan
" Kak Devan ganteng, boleh minjem HP-nya enggak?” tanya Alana terpaksa.
Devan tertawa renyah, lalu mengacak rambut Alana dengan gemas. “ Kocak banget, sih, lo,”
Entah mengapa tangan Devan yang mengacak rambutnya seakan kembali menghadirkan desiran hangat yang tak dapat dia mengerti.
Devan memberikan Ponselnya yang tengah dia genggam kepada Alana
" Nih.”
" Boleh?” tanya Alana senang.
Devan hanya mengangguk.
Alana dengan semangat memainkan game Devan hanya menatap heran gadis yang berada di depannya. Entah mengapa, matanya seakan tidak bisa berhenti menatap gadis itu. Alana sangat unik, bahkan gadis itu bisa tertawa riang hanya karena hal yang sangat sederhana.
" Yes ! Dikit lagi ! Yah, enggak kena!”
" Berisik lo " sentak Devan
" Gue menang, Devan Gue menang!” ujar Alana senang dengan menggoyangkan bahu Devan
" Lo bisa diem, enggak?” Devan menurunkan Tangan Alana secara Perlahan. Dia menatap gadis itu dengan tatapan tajamnya yang selalu berhasil mengintimidasi lawan bicaranya.
" Berisik tahu enggak, sih, lo!” lanjut Devan lagi membuat gadis itu kembali ke bangkunya.
Tak lama kemudian, aliran listrik di SMA Arwana sudah kembali normal Hujan Pun tampaknya sudah mereda.
" Makasih, ya.” Alana mengembalikan Ponsel itu.
" Hm " Devan hanya berdeham.
" Kira-kira yang lain bakal ke sini lagi, enggak?” tanya Alana
" Enggak kayaknya, udah malem,” jawab Devan seraya melihat jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan Pukul 06.30 malam.
Alana mengangguk, lalu mengambil tas miliknya dibelakang.
“ Lo mau ke mana?”
“ Mau Pulang.”
" Dijemput?” tanya Devan Penasaran.
Alana menggeleng.
Devan segera mengemas barang-barangnya dan memasukkan semuanya ke tasnya. " Lo bareng gue aja Bahaya kalo lo sendirian naik taksi malam-malam gini.”
" Ah, otak lo kayak bapak-bapak. Sekarang, tuh, masih sore kali. Udah, deh, gue duluan, ya.” Alana ingin beranjak jalan, tapi Devan sudah menahan tangannya.
" Gue enggak mau debat. Pokoknya, lo bareng gue,” ujar Devan dengan nada dingin, tapi Penuh Penekanan.
Alana menuruti kemauan Devan Sebenarnya yang Devan katakan benar. Alana sendiri sedikit takut jika harus Pulang sendirian, apalagi sudah gelap dan masih hujan meskipun tak terlalu lebat.
Devan menatap gadis di sebelahnya yang masih saja terdiam. Dia tak berhenti menatap Alana sampai Alana menyadarinya.
Mereka selalu begitu, entah karena apa.
...•••••...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Anonymous
lanjut Thor
2024-02-11
0
Anonymous
lanjut Thor
2024-02-11
0
Anonymous
lanjut Thor
2024-02-11
0