Sudah satu Minggu Eliza di rawat di rumah sakit menerima perawatan intensif, berdiam diri tanpa melakukan apapun rasanya terasa bosan. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa selain berdiam diri untuk menyembuhkan segala luka di badannya dan memulihkan kembali seluruh tubuhnya.
Eliza melamun memikirkan nasibnya sekarang ini. Dia bingung harus ke mana ia pergi, kembali ke rumah Vicky atau ke rumah orang tuanya? Jika ke rumah Vicky pasti harus berhadapan dengan pelakor lagi dan pasti Vicky akan membela wanita itu lagi. Tapi jika pulang ke rumah orangtuanya, Eliza takut mereka tidak ingin menerimanya lagi setelah ia mendapatkan pengusiran dan coretan kartu keluarga di saat dirinya memilih pasangan seorang Vicky.
Setelah berperang batin dan pikiran, Eliza mengambil keputusan akan kembali ke rumah pria yang masih ia benci sekaligus ia cintai dan mengambil barang-barang berharga yang ia miliki. Barang yang mungkin bisa membantu dirinya bertahan hidup sampai ia bisa menemukan tempat tinggal baru dan pekerjaan baru.
"El, apa kamu sudah siap?"
"Sudah, Sar. Tapi aku harus resepsionis dulu untuk mengetahui berapa biaya perawatanku di sini?" Eliza melangkah mendekati Sarah dan dia juga ingin mengetahui berapa nominal yang harus ia keluarkan untuk pengobatan dirinya selama satu minggu.
Eliza tidak tahu kalau biaya pengobatannya sudah dibayar oleh si penabrak itu. Jadi dia ingin membayarnya meski ia tidak tau apakah mahal atau tidak.
"Kamu tidak perlu membayarnya, Eliza. Biaya semua pengobatanmu perawatanmu hingga sembuh sudah ditanggung oleh seseorang. Katanya dia mengaku sebagai saudaramu dan dia juga mencatatkan sebuah alamat yang mungkin saja itu alamat dia." sambil melangkah beriringan Sarah menceritakan tentang informasi yang ia dapatkan dari resepsionis tadi.
Tadi Sarah berniat untuk membantu membayar biaya penginapan Eliza, tetapi ternyata sudah ada yang membayarnya. Bahkan saat ini masih menjadi misteri bagi mereka siapa orang itu dan siapa orang yang sudah mengaku menjadi saudaranya Eliza? Sedangkan setahu Sarah keluarga Eliza berada di luar kota.
Eliza mengerutkan kening merasa heran dan bertanya-tanya dalan benaknya siapa orang itu ketika mendengar jika biaya pengobatan sudah lunas tidak perlu lagi memikirkannya?
"Siapa yang sudah membayarnya? Saudara mana juga yang mau membayar semua ini?"
"Sudahlah tidak usah memikirkan siapa orang itu terpenting sekarang kamu sehat dan sudah kembali bisa beraktivitas lagi."
"Kamu benar, saat ini aku harus sehat dan memulihkan dulu seluruh jiwa raga serta hati agar bisa menata kembali hidup ini yang sudah hancur berkeping-keping atas penghianatan yang Vicky lakukan." Eliza bertekad untuk kuat meski hati hancur lebur.
"Sekarang tujuanmu saat ini ke mana?" tanya Sarah, dan tidak terasa keasyikan bicara mereka sudah sampai di parkiran rumah sakit.
"Aku ingin ke rumah Vicky dulu buat mengambil seluruh barang-barang serta sebagian harta yang aku miliki. Setelahnya aku akan mencari kontrakan."
"Kenapa kamu tidak menginap saja di rumah ku sampai kamu mendapatkan kontrakan itu?" Sarah menawarkan sebuah kebaikan karena kasihan melihat sahabatnya terluntang lantung tidak tahu arah pulang.
"Tidak, Sarah. aku tidak ingin merepotkan kalian lagi apalagi tinggal di dalam rumah bersama kalian. Bukan aku tidak mau, tapi aku tidak ingin orang-orang berpikiran negatif tentangku jika menginap di kediamanmu dan Hans." Eliza menolak halus tawaran Sarah sembari membuka pintu mobil kemudian masuk dan duduk dengan nyaman. Begitupun dengan Sarah yang sudah sudah duduk di bagian pengemudi.
"Hmmm jika itu keputusanmu aku tidak bisa memaksa selain mensupport kamu, aku akan mendukung setiap keputusan yang kau ambil." Sarah tidak ingin memaksa Eliza karena Ia tahu jika Eliza tidak suka dipaksa. Terpenting sekarang dia mendoakan yang terbaik buat sahabatnya dan mencoba ada disaat sang sahabat memerlukan bantuannya.
Karena sahabat sejati itu ada disaat kita suka maupun duka, menemani kita dalam setiap hal, dan tidak pernah meninggalkan kita ketika kita mengalami kesulitan. Justru sebaliknya, sahabat sejati akan ada dan mendukung apa saja keputusan yang sahabatnya ambil bukan ikut campur dalam urusan mereka.
Mobil itu melaju membelah jalanan melewati gedung-gedung cukup tinggi dan keduanya mengobrol kesana kemari hingga tak terasa sampai tiba di depan rumah Vicky.
Namun, keduanya dibuat bingung melihat banyak orang hadir dan berseliweran kesana kemari di rumah yang akan Eliza datangi saat ini. Dari pakaian yang mereka kenakan, terlihat sekali jika orang-orang tersebut memakai pakaian formal seperti menghadiri adanya sebuah pesta.
"Sarah, ada apa ini? Kenapa ramai sekali di sini?" Eliza dibuat kebingungan namun juga dibuat khawatir akan sebuah hal. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang, dan pikirannya pun mulai menerka-nerka apa yang sedang terjadi di dalam sana.
"Aku juga tidak tahu. Kita turun saja buat memastikan segalanya. sepertinya di dalam sana ada sebuah pesta jika terlibat dari pakaian yang orang-orang kenakan." Sarah pun tak kalah penasaran mengenai situasi dan kondisi yang terjadi di dalam sana.
Eliza dan Sarah pun cepat-cepat turun dari mobil. Keduanya saling berpandangan, dan tangan Eliza tiba-tiba menggandeng lengan Sarah. Tangannya pun sudah terasa dingin serta gemetar takut jika pertunjukan di dalam sana merupakan hal yang akan membuat kembali hancur.
Sarah mengusap lengan Eliza. Dia mengerti kekhawatiran yang sahabatnya rasakan. "Kita harus kedalam untuk memastikan semuanya. Kamu harus kuat, Eliza. Lawan semua rasa sakit yang kamu alami dan tunjukkan kepada mereka jika kamu bukan perempuan lemah." Sarah menyemangati sahabatnya agar Eliza tidak lemah menyaksikan sesuatu di luar pikiran mereka.
Eliza menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. "Aku kuat," gumamnya yakin bisa menghadapi kejutan ini.
Lalu keduanya masuk ke dalam. Banyak sekali orang-orang yang hadir di dalam sebuah pesta perkawinan. Hati Eliza teriris sakit menyaksikan suaminya sendiri menikah lagi di hadapan banyak orang tanpa merasa bersalah sedikit pun terhadap dirinya. Dan Eliza kian meradang atas kejadian di hadapannya dimana Vicky mengecup mesra saling berpangutan di hadapan semua orang tanpa tahu malu, sepertinya akad sudah selesai di gelar dan sepertinya ini sebuah resepsi pernikahan.
Tangannya mengusap kasar air mata tersebut. Hatinya semakin sakit saja tidak menyangka orang yang ia cintai begitu mudahnya berpaling ke lain hati dan menggelar pesta pernikahan di atas rasa sakit serta penderitaan dan rasa kehilangan yang masih Eliza alami.
Tangannya terkepal kuat tidak bisa lagi mematumg menyaksikan semua ini. Matanya ia edarkan mencari sesuatu untuk mengacaukan pesta pernikahan ini dan memberikan sedikit pelajaran terhadap kedua orang tersebut.
Eliza mengambil minuman dari pelayan kemudian berjalan menatap tajam kedua orang di atas pelaminan. Dia juga mengambil kue dari dekat hidangan cemilan makanan dan membawanya.
"Eliza kamu mau ngapain?" Sarah mengejar ingin mencegah. Namun, Eliza tidak mendengarnya.
Eliza mendekati keduanya dan...
Byuurr...
Plok...
Plak!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments