13

Keenan menatap cukup lama asisten pribadinya itu. Beberapa waktu yang lalu hubungan mereka sempat sangat dekat, bahkan Mahesa tidak terlihat sebagai asisten nya melainkan temannya. Memang tidak ada yang spesial dari hubungan mereka itu, tapi setidaknya Keenan memiliki seorang teman yang benar benar membantunya dan mesuportnya apapun yang terjadi. Hanya saja belakangan hari ini Mahesa terlihat berbeda.

Baru baru ini Keenan menyadari bahwa Mahesa kembali bersikap kaku padanya. Tidak lagi menanyakan pertanyaan random ataupun ikut belajar bersamanya. Keenan yakin Mahesa berubah semenjak mereka ke rumah sakit dan kondisi adiknya itu semakin memburuk. Awalnya Keenan berfikir mungkin Mahesa hanya membutuhkan waktu sendiri, mungkin Mahesa butuh waktu untuk mencoba mengikhlaskan adiknya. Namun Keenan sadar, sepertinya bukan itu alasan kenapa pria itu tampak berbeda akhir akhir ini.

" Sa..." Panggil Keenan menahan Mahesa yang ingin keluar dari kamarnya setelah meletakkan camilan untuknya.

" Gue ada salah? Gue minta maaf ya..." Ucap Keenan lembut

" Kenapa kamu meminta maaf... kamu tidak melakukan kesalahan apapun" Ucap Mahesa sopan sambil membungkukkan badannya.

" Ngga .... Maksud gue... uhm.... gue ngerasa lo beda aja dari sebelumnya... gue ngerasa lo ngindarin dan ngejauh dari gue.... makanya gue nanya... kalau emang gue ada ngelakuin atau ngucapin sesuatu yang nyakitin atau bikin lo kesinggung gue minta maaf..."

Keenan menggigit bibirnya gugup. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan perilaku Mahesa belakangan ini. Pria itu masih mengajaknya berbicara tapi seperlunya, mengantar jemputnya seperti biasa, hanya saja kali ini tidak ada obrolan saat perjalan pergi dan pulang. Mahesa masih menjalankan tugasnya sebagai asisten dan sopir pribadi Keenan, tapi Mahesa yang Keenan kenal, Mahesa yang bisa membuat Keenan tertawa, entah kenapa pria itu tidak pernah lagi terlihat lagi.

Dilain sisi, Mahes hanya bisa menatap sendu gadis yang tampak kebingungan sekaligus kahwatir yang terpancar dari pandangan matanya. Mahesa memang menjaga jaraknya dengan Keenan beberapa hari ini, namun bukan berarti ia tidak menjalankan tugasnya dengan baik, hanya saja kali ini ia membatasi dirinya.

Mahesa takut dengan dirinya sendiri. Ia terlalu takut dengan perasaannya sendiri. Dengan sebuah perasaan yang terasa begitu menyiksa dan akan menjadi mala petaka ketika dirinya tidak bisa mengendalikannya dengan baik. Karena itu Mahesa kembali memberi batas antara dirinya dan Keenan, mengingatkan dirinya kembali akan posisinya.

" Tidak... aku tidak menjauhimu... aku pun tidak pernah merasa tersinggung atas apapun... bukankah seharusnya memang seperti ini?" Tanya Mahesa masih membungkukkan badannya.

Keenan terdiam, ia cukup mengerti dengan pernyataan Mahesa, tapi entah kenapa ada suatu penolakan dari dalam dirinya. Memang seharusnya mereka seperti ini. Tapi kenapa mereka harus seperti ini? Tidakkah mereka bisa seperti hari hari sebelumnya?

Ingin rasanya Keenan melemparkan semua pertanyaan itu kepada Mahesa, tapi entah kenapa ia hanya bisa diam dan mulutnya enggan mengeluarkan suara. Ada seseuatu dalam hatinya yang terusik dan entah kenapa hal itu benar benar membuatnya kesal.

" Oh.. yaudah... sana balik kerja..."

Akhirnya hanya itu yang bisa keluar dari mulut Keenan. Ia terlalu malas untuk menanyakan hal yang lain, dan ia tidak mengerti, entah kenapa kini dirinya ingin menangis.

.

.

.

.

.

Shilla menatap temannya itu sedikit heran, akhir akhir ini Keenan tampak tidak bersemangat seperti biasanya, gais itu tampak muram bahkan terkadang ia marah dan kesal tanpa alasan.

" Nan lo berantem sama bokap lo?" Tanya Shilla hati hati dan dijawab gelengan pelan oleh Keenan.

" Trus kenapa?" Tanya Shilla lagi dan Keenan mendelik bahunya pelan.

Keenan juga tidak tau kenapa ia kesal saat Mahes mengatakan bahwa memang seharusnya mereka seperti ini. Keenan tau, Mahesa adalah sopirnya, tapi bukan berarti Keenan juga memperlakukan Mahesa semena mena.

Bagi Keenan Mahesa adalah sosok yang sangat dewasa, ia menghargai pria itu dan benar benar berterimakasih karna Mahesa membantunya untuk menjadi lebih baik. Karena itu Keenan ingin berteman dengan Mahesa, bahkan terkadang bagi Keenan Mahesa seperti seorang kakak yang sedang melindunginya.

" Shil.... lo pernah dijauhin sama orang ngga?" Tanya Keenan penasaran karna ia juga tidak mengerti kenapa Mahesa tiba tiba menjaga jarak dengannya seperti itu.

" Ya... pernah... kenapa?"

" Hmm kenapa lo tiba tiba dijauhin?"

" Ya.. ngga tau, mungkin gue ngelakuin keasalahan? atau mungkin gue emang bukan bagian dari orang orang itu? ngga pernah nanya juga si... " Ucap Shilla menjelaskan.

" Kalau lo yang jauhin orang... pernah?" Tanya Keenan lagi mengubah pertanyannya

" Pernah.... kenapa?"

" Alasannya?"

" Hmmm ada karna gue risih sama sikap orang itu atau ya gue ngga suka aja... ada karna gue malu...ada juga karna gue bikin salah jadi gue takut buat deketin orang itu..."

" Bentar... malu? malu kenapa?"

" Aduh itu udah lama banget Nan... waktu gue SD, kalau ngga salah nih ya... gue tu ngga mau orang tau kalau gue masi suka bawa boneka tidur gue ke sekolah... trus waktu itu ada temen kelas gue yang liat... yaudah gue jauhin"

Keenan menatap temannya itu heran, baginya alasan itu tidak masuk akal untuk menjauhi seseorang. Namun tiba tiba ia tersadar akan sesuatu, bagi Shilla saat itu membawa boneka adalah sisi lain darinya yang tidak ingin diketahui oleh orang lain, karena itu ia merasa malu dan tidak ingin orang lain tau akan sisinya itu, dan mungkin saja alasan kenapa Mahesa menjauhinya, juga karna alasan yang sama.

" Emang yang ngejauhin lo siapa Nan?"

" Mahesa...." Ucap Keenan sambil merebah kembali kepalanya ke meja belajarnya.

Shilla tersenyum gemas melihat temannya itu. Bertahun-tahun berteman dengan Keenan membuat Shilla sudah hapal dengan sahabatnya itu. Mulut Keenan mungkin tidak pernah mengucapkannya. bahkan mungkin hati kecilnya itu belum sadar seseorang sudah tinggal disana, tapi dari sorot matanya, Shilla tau Keenan sepertinya jatuh pada pesona Mahesa.

Orang orang mungkin bertanya tanya, apa bagusnya Mahesa untuk orang sekelas Keenan yang hidupnya seperti tuan putri. Dari segi materi mereka sudah berada di dunia yang berbeda, dari segi ketampanan pun Mahesa pria yang memiliki wajah rata rata yang tidak begitu spesial. Tapi satu hal yang membuat Shilla yakin kenapa Keenan bisa jatuh pada pria itu, karena Mahesa mengisi kekosongan Keenan selama ini.

Orang yang selalu mendukung Keenan, selalu mengatakan bahwa dirinya hebat apapun yang ia lalukan, selalu ada disaat Keenan membutuhkan seseorang, selalu mendengarkan ceritanya, menjadi tempatnya bertanya, menjadi seseorang yang ia jadikan pelindung. Sosok seperti itu sudah lama hilang semenjak Ibunya dan ayahnya bercerai.

Keenan pun pernah bercerita, bahwa suatu saat nanti ia tidak ingin menikahi orang seperti ayahnya. Jika bagi semua anak perempuan cinta pertamanya adalah ayah mereka, maka itu tidak berlaku bagi Keenan. Dan semua sifat buruk ayahnya itu, tidak ada di diri Mahesa.

Mahesa adalah sosok yang lembut, perhatian dan penyayang. Mahesa tidak pernah tampak marah dan kesal sedikitpun kepadanya. Selalu memberikan waktu untuk Keenan menjelaskan apa yang ia rasakan. Mengapresiasi apapun pencapaian kecil yang Keenan lakukan. Menanyakan kondisinya terlebih dahulu alih laih memarahinya saat ia melakukan kesalahan. Dan semua itu adalah sosok seorang pria yang Keenan inginkan yang tidak pernah ia dapatkan dari ayahnya.

Tapi Shilla juga sadar, semua itu tertutup karena ada sebuah tembok tinggi yang membatasi mereka. Seorang bawahan dan majikan, dan yang perlu Keenan lakukan adalah merobohkan tembok itu.

" Nan... main yok... namanya 1 kata di kepala kamu" Ucap Shilla dan Keenan hanya memberikan tatapan bingung kepada temannya itu.

" Iya misal nih gue bilang Sekolah... trus lo jawabnya Belajar... gitu tapi harus cepet, paham ngga?"

" Oooh... yaudah.... " Ucap Keenan menegakkan tubuhnya

" Oke gue mulai yaa... Ketua Kelas"

" Galak"

" Shilla"

" Bawel"

Shilla diam sebentar menatap sinis temannya itu sedangkan Keenan hanya terkekeh pelan sambil menjulurkan lidahnya pelan.

" Om Ardhias "

" Thanos"

" Haikal"

" Pinter "

" Ice Cream"

" Manis"

" Mahesa"

" Suk-"

Keenan terdiam tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Karena ia harus menjawab dengan cepat, sehingga kalimat yang keluar adalah jawaban yang spontan dan Keenan cukup yakin kata yang keluar adalah "suka"

" Suk? Suk apaan?" Ucap Shilla jahil memancing

" Uhm... Suk... anu ... Suk...." Keenan berusaha mencari jawaban lain, tapi entah kenapa ia tidak bisa mencari jawaban lain selain kata suka.

" Ah kelamaan.... Kucing"

" Lucu"

" Cewek"

" Ribet"

" Cowok"

" Mahesa"

" Mahesa?" Tanya Shilla lagi memancing dan entah kenapa wajah Keenan sedikit memerah.

" Yang cewek tadi kata sifat... tapi cowo spesifik banget Mahesa...." Sambungnya jahil

" Tck tauk ah! Gue mau ke perpus ditunggu Mahes- eh Haikal maksudnya!" Ucap Keenan kesal mengambil buku bukunya dan Shilla ahanya bisa tertawa terbahak bahak melihat tingkah malu malu temannya itu.

Gue.... suka sama Mahesa....? Ngga mungkin

Ucap Keenan dalam hati sambil berjalan kesal menuju perpustakaan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!