9

“ Arrrrghhhhhh”

Kesal Keenan sambil merebahkan badannya kesal ke tempat tidurnya, sedangkan Shilla hanya bisa tertawa terbahak bahak.

“ Lagian lo nge iyain… ya dia ngga salah dong ngajak lo makan….” Ucap Shilla mengingatkan temannya itu

“ Ya emang, tapi kan gue mikirnya makan siang pas di sekolah! Mana ada gue mikir pas liburan gini dia ngajak makan!”  Kesal Keenan karena sejujurnya selama liburan ingin ia gunakan untuk bermalas malasan sebelum ia menjadi siswa yang baik di tahun ajaran baru nanti.

“ Yaudah si makan siang doang, lagian Haikal anaknya baik tau… udah cakep… pinter…. Suka sama lo lagi… kurang apa coba…. Jalani aja dulu….” Goda Shilla

Keenan hanya bisa memutar matanya malas, bukannya ia benci atau itidak suka dengan Haikal. Seperti ucapan Shilla, Haikal memang terlihat sempurna untuk menjadi kekasihnya. Hanya saja Keenan hanya menganggap hubungan mereka sebatas teman, teman belajar untuk membantunya mendapatkan nilai yang bagus. Keenan menyadari, semenjak pertemuan mereka pertama hari itu, Haikal memang sering mengunjunginya ke kelas dan entah kenapa semenjak itu mereka dekat. Dan Keenan juga belum memiliki perasaan sejauh itu pada Haikal.

“ Ya tapi kan gue ngga enak sama Mahesa… kan liburan semester ini gue udah minta dia ngambil cuti juga biar bisa jagain Rara…… kalau kaya gini kan Mahesa mesti nganter jemput gue….”

“ Yaudah lo izin aja sama Mahesa terus lo bilang sama siapanya… jelasin bebet bobotnya…..” Ucap Shilla mengejek

“ Mahesanya mah boleh boleh aja… bokap gue masalahnya… kalau ketauan kan repot….”

“ Coba lo bilang Mahesa dulu aja, siapa tau dia ada solusi….” Ucap Shilla sambil menyodorkan ponsel temannya.

.

.

.

.

Haikal tengah bersenandung di kamar mandi. Walaupun hari ini ia hanya mengajak Keenan makan siang, tapi ia menganggap ini adalah sebuah kencan dan langkah pertamanya untuk mengejar Keenan. Ditengah Haikal yang asik membersihkan diri, suara dering telepon dari luar sedikit mengganggu aktifitasnya.

“ SA HP LO BUNYIII!”

Teriak Haikal menyadari dering ponsel itu berasal dari ponsel Mahesa. Namun sepertinya teriakan itu tidak membuat si pemilik ponsel itu mengangkat panggilannya. Dengan kesal Haikal sedikit menyegerakan mandinya.

“ Mahesa hp lo bu-” Haikal sedikit terdiam saat menemukan Mahesa yang tertidur dan sedikit tidak tenang.

“ Sa…. woi…. Hp lo tu berisik!” Ucap Haikal sambil menggoyangkan tubuh kakaknya itu, bisanya hanya suara pintu dibuka saja Mahesa langsung terbangun, namun kali ini sepertinya Mahesa benar benar lelah. Setelah beberapa saat, Mahesa pun tersadar dengan mata yang sedikit sayu dan suara yang parau.

“ Maaf dek….. Uhuuk uhuuk… Kakak ketiduran….” Ucap Mahesa karena tiba tiba saja tadi pagi tubuhnya sedikit letih dan tenggorokannya sakit.

Haikal hanya menatap lurus kakaknya itu dan keluar kamar, bersiap siap untuk pergi kencan dengan Keenan. Haikal benar benar mempersiapkan hari ini, bahkan ia meminjam motor temannya agar bisa mengantar jemput Keenan. Sudah sejak lama Haikal menginginkan motor, walaupun ia begitu benci dengan kakak tirinya itu dan terkadang mengeluarkan kata-kata yang cukup menyakiti hati Mahesa, tapi ia cukup sadar diri. Meminta hal yang bukan menjadi prioritasnya tentu akan membebani kakaknya itu.

“ Ngapain lo?” Tanya Haikal sedikit kaget saat ia membuka pintu dan Mahesa sudah berdiri di depan pintu.

“ Mau jalan ya? Sama temen? “ Tanya Mahesa tiba tiba dengan senyumannya, Haikal hanya mengangguk pelan sambil membuang wajahnya, sedikit bingung dari mana kakaknya itu tau.

“ Ini… kakak tambahin uang jajan… sama bensin temen kamu nanti isiin….” Ucap Mahesa sambil memberikan beberapa lembar uang seratus ribu pada Haikal.

Haikal menatap kakaknya itu cukup lama, entah kenapa sekarang kakaknya itu menatapnya gemas seolah terjadi sesuatu yang menyenangkan. Melihat Haikal yang hanya diam Mahesa kembali menyodorkan lembaran uang itu, dengan helaan nafas kesal Haikal mengambil uang itu.

“ Makasih..” Ucapnya datar dan pergi begitu saja.

Di lain sisi, Mahesa tengah menahan senyumannya, ia benar benar bahagia setelah menerima panggilan telepon dari Keenan. Mahesa awalnya terpaksa harus memantau Keenan dari jauh, namun saat Keenan mengatakan ia pergi dengan teman sekolahnya dan menyebut nama Haikal, Mahesa menjadi sedikit lega, karena ia tau Keenan pergi dengan orang yang tidak akan menjerumuskannya pada hal yang buruk, karena itu Mahesa memberikan uang lebih pada Haikal karena ia tau, adiknya itu sedang jatuh cinta.

.

.

.

.

Haikal tersenyum gemas saat Keenan yang memesan lebih makan siangnya kemudian memberikannya pada seorang anak yang tampak kelaparan di depan restoran.

“ Gue baru tau… Si Ratu anak pemilik sekolah rendah hati juga ya…. Gue pikir lo kaya anak anak kaya lainnya….” Ucap Haikal meledek

“ Sombong dan Angkuh maksud lo? Iya sih gue sombong dulu… tapi gue sekarang gue udah tobat… “ Ucap Keenan sedikit jengkel dan mulai menyantap makan siang

“ Tapi serius gue mau nanya… kenapa lo tiba tiba berubah gitu? Bukannya gue ngga seneng tapi kaya…. Yaa tiba tiba aja gitu….” Ucap Haikal membuka topik sambil menyantap makanannya.

Keenan tersenyum tipis, menatap keluar jendela menampakkan anak kecil tadi yang tengah membagikan makanannya dengan adiknya.

“ Gue ketemu seseorang yang ngajarin gue apa itu hidup…. Dan gue orang beruntung yang harusnya bersyukur….” Ucap Keenan sendu

“ Gue emang berkecukupan, dan bukan berarti gue nggak punya masalah…. Ada hal yang juga bikin gue males rasanya ngejalanin hidup…. Tapi dibandingin mereka….. Dibandingin orang orang yang rela ngorbanin masa depannya untuk tanggung jawab yang seharusnya ngga dia pikul…. Gue serakah rasanya masih ngeluh padahal gue bisa tidur dan makan dengan nyaman……” Sambung Keenan lagi dengan pandangan yang masih tertuju pada anak kecil yang sempat ia bantu tadi.

Haikal pun mengikuti arah pandang Keenan, terlihat dua anak kecil itu yang menyantap dengan lahap makanan pemberian Keenan tadi, Haikal juga bisa melihat, si Kakak yang hanya sedikit menyuap makanannya, membiarkan adiknya untuk makan terlebih dahulu. Entah kenapa Mahesa muncul di kepalanya, melihat anak kecil itu yang tersenyum, mengingatkannya pada Mahesa yang selalu tersenyum padanya. Mahesa yang selalu memastikan ia makan tepat waktu dan belajar dengan baik. Dan mengingat itu semua, membuat dadanya sedikit terasa sesak.

“ Nan… nanti mampir ke apotik dulu ya….” Ucap Haikal saat mereka sudah selesai makan dan mengobrol

Haikal tidak menyangka, dibalik sifat Keenan yang terkesan sombong dan tidak peduli, ternyata anak itu cukup dewasa dan memiliki empati yang tinggi. Mengobrol panjang dengan Keenan entah kenapa membuatnya sedikit merasa bersalah pada Mahesa. Memang benar Ibunya meninggal dunia karena perayaan ulang tahun Mahesa, tapi ucapan Keenan tadi, sedikit menampar dirinya

Dunia kadang suka becanda ya….. Padahal mereka ngga pernah minta untuk dilahirkan atau takdir mereka seperti itu…. Tapi terkadang orang orang menilai… merekalah yang salah karena terlahir tidak beruntung atau membawa kesialan….. 

Kalimat yang menyadarkan Haikal, bahwa kecelakaan itu terjadi karena memang begitulah takdirnya, bukan karena Mahesa yang meminta, bukan karena hadirnya Mahesa, Mahesa hanya tidak beruntung, karena hadir dalam takdir yang buruk itu.

“ Apotik? Lo sakit?” Tanya Keenan membuat Haikal tersadar dari lamunannya.

“ Uhm… ngga… kakak gue lagi ngga enak badan….” Ucap Haikal tersenyum simpul sambil memberikan helm pada Keenan dan menyilahkan Keenan untuk naik ke atas motor.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!