Keenan menatap cukup lama layar ponsel temannya. Selama hidup Keenan tidak pernah merasa terlalu ingin mencampuri bahkan mencari tau kehidupan orang lain. Namun kali ini, entah apa yang terjadi pada hatinya, tangannya bergerak sendiri untuk mencari tau.
“ Leukimia? Kenapa tiba tiba? Lo sakit ?!” Tanya Shilla panik saat melihat history pencaharian di ponselnya.
“ Bukaaan….. “ Ucap Keenan malas dan mengabaikan pertanyaan Shilla yang masih penasaran kenapa Keenan tiba tiba mencari terkait penyakit apa itu dan berapa besar biaya pengobatannya.
Keenan bukannya tidak ingin menjawab temannya itu, tapi ia sendiri tidak memiliki jawabannya. Kenapa ia begitu penasaran dengan apa yang terjadi pada adik sopir pribadinya itu.
Kemarin malam, saat Keenan terpaksa ikut Mahesa kerumah sakit, banyak hal yang baru Keenan ketahui akan dunia yang tidak pernah ia pijaki. Ia pikir orang orang di rumah sakit akan langsung melayani pasien karena setiap kali ia pergi berobat ia langsung ditangani, namun faktanya Mahesa harus mengantri berjam jam hanya untuk mengambil obat adiknya itu.
Orang sakit pasti membutuhkan yang namanya istirahat baik itu fisik maupun pikiran. Karena itu setiap kali Keenan tidak enak badan, ayahnya selalu membawa ke dokter dan dirawat dirumah sakit jika ia perlu istirahat total. Dengan ruangan yang bersih dan besar lengkap dengan suster yang selalu siap sedia dua puluh empat jam jika Keenan membutuhkannya. Tapi sayangnya, tempat adiknya Mahesa dirawat tidak seperti tempat ia biasa dirawat. Keenan bahkan baru tau, satu kamar bisa diisi oleh 4 bahkan 8 orang. Hanya ada satu ranjang untuk pasien dan jika kerabat harus menginap, mereka akan tidur di lantai beralaskan tikar tipis atau ikut tidur di ranjang yang sama. Bahkan ketika Rara harus mengganti infusnya, perawat tidak langsung datang, Rara harus menunggu cukup lama hanya untuk mengganti infusnya.
Keenan pun selama ini beranggapan, siapapun yang sakit, apapun penyakitnya akan langsung ditangani, karena apa yang mereka hadapi berhubungan dengan nyawa seseorang. Namun saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut suster itu pada Mahesa sedikit membuatnya kesal
Terus kalau mahesa ngga bisa bayar, mereka ngga mau ngobatin adeknya? Terus kalau adeknya Mahesa sekarat, salah Mahesa miskin ngga punya duit gitu?
Kesal Keenan dalam hati mengingat saat suster menolak untuk melakukan terapi karena Mahesa belum melakukan prosedur untuk membayar biaya pengobatannya. Keenan tau, dokter dan perawat juga bekerja, mereka membutuhkan uang, tapi bagi Keenan hukum ini sedikit tidak adil. Keenan pun baru menyadari, walaupun bumi yang ia pijaki sama dengan Mahesa, menatap langit malam dan menyambut mentari pagi di waktu dan tempat yang sama, dunia mereka sangat berbeda. Keenan sedikit mengerti kenapa ayahnya begitu keras padanya, karena ternyata ada dunia yang lebih keras dan tidak akan ada yang tau Keenan juga akan menginjaknya nanti.
Tapi dari semua itu, sejujurnya belum menyentuh hati kecil Keenan, baginya itu bisa saja terjadi, hukum dunia memang begitu dan Mahesa adalah bagian dari orang orang yang terpilih untuk tidak beruntung. Namun saat melihat bagaimana Mahesa tersenyum lembut pada adiknya itu, menggendong adiknya hingga tertidur, mengingatkan Keenan pada ayahnya saat menjaganya sewaktu kecil. Tatapan Mahesa begitu tulus, Keenan tau apa yang pria itu kerjakan sehari-hari, Keenan cukup mengerti akan rasa letih Mahesa, tapi saat Mahesa menatap Rara, saat ia tersenyum lembut pada Rara, entah bagaimana caranya pria itu menyembunyikan rasa khawatir dan cemas nya, di depan Rara Mahesa bisa tersenyum seindah dan setegar itu. Keenan memang cukup tertegun akan sosok dewasa Mahesa yang menjaga adiknya itu, tapi saat gadis kecil itu melontarkan satu pertanyaan padanya, membuat hati Keenan hancur begitu saja.
Kak… Leukemia itu apa? Itu ngga penyakit berbahaya kan? Rara bisa sembuh sendiri kan? Rara ngga mau kak Mahesa kesusahan karna Rara… Kata ibu yang didepan pengobatannya mahal… Rara ngga mau dirawat… kasian kak Mahesa
Pertanyaan polos dan lugu dari seorang anak yang tengah sakit memikirkan biaya pengobatannya yang mana seharusnya anak ini memikirkan apakah ia bisa sembuh atau tidak. Pertanyaan itu benar benar menampar Keenan. Keenan selalu benci dan muak melihat tingkah Mahesa yang terlalu baik dan jujur, menganggap bahwa mustahil manusia bisa bersikap baik tanpa adanya alasan. Tapi melihat bagaimana anak kecil itu berfikir, melihat bagaimana tatapannya yang selalu tersenyum untuk mengurangi beban sang kakak, Keenan percaya, Mahesa benar benar orang yang baik karena tidak mungkin adiknya bisa berfikir seperti itu jika bukan dari didikan Mahesa.
Keenan menatap Mahesa curiga, cuaca memang sangat panas, dan Mahesa memang selalu menunggu Keenan hingga jam pelajaran berakhir di parkiran. Tapi terik panas ini tidak akan membuat peluh di kening dan tubuh Mahesa sebanyak itu ditambah nafas Mahesa yang putus putus seolah pria itu sehabis berlari.
“ Dari mana?” Tanya Keenan lurus.
“ Umh… itu….Tadi abis ngobrol sama abang yang di warteg depan” Ucap Mahesa sedikit gugup
“ Lo selalu bilang ke gue, ngga mau bohong sama bapak… jadi?” Ucap Keenan dengan nada sedikit menyindir dan Mahesa hanya bisa menghela nafasnya pasrah karena Keenan sepertinya tau bahwa ia berbohong.
“ Sa….sa..saya tadi habis dari pasar….” Ucap Mahesa tertunduk
“ Ngapain? Seinget gue minggu kemarin lo baru aja belanja bulanan buat kebutuhan rumah”
“ Uhm… anu…bantu ngangkat barang…..” Ucap Mahesa pelan
Keenan terdiam, bukan suatu hal yang mengejutkan mengetahui Mahesa yang bekerja diluar karena ia yang membutuhkan uang untuk pengobatan adiknya.
“ Kenapa ngga bilang ayah?” Ucap Keenan lagi dan hanya direspon dengan tatapan bingung dari Mahesa
“ Adek lo….”
“ Saya ngga mau ngerepotin bapak…. Lagi pula gaji saya cukup besar untuk pekerjaan ini….. Tidak pantas saya meminta lebih” Ucap Mahesa sambil membungkukkan badannya
Keenan menghela nafas sendu, sebuah kalimat yang bisa ia tebak akan keluar dari mulut seorang Mahesa.
“ Yaudah gue juga ngga bakal bilang ayah”
“ Maksudnya?”
“ Ya, lo tau sendiri kan peratuan bokap gue apa? Ngga boleh ngambil kerjaan diluar apapun itu! Mau dipecat lo?” Tegas Keenan dan Mahesa hanya menganggukkan kepalanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments