"Lennox, tolong lepaskan ini! Sakit!"
Kali ini Lennox menuruti permintaan Serena. Melepaskan jambakannya hingga Serena bisa dengan fokus melihat pantulan dirinya yang terlihat menyedihkan di cermin itu.
Rambut yang telah sedikit berantakan, tubuhnya yang hanya terbalut pakaian dalam. Serena menutupi dadanya dengan kedua tangan, namun Lennox langsung mencegahnya.
"Aakhh! Lennox!!" Serena memekik terkejut saat tangan kanan Lennox mencengkeram rahangnya hingga wajah Serena terangkat dan matanya bersitatap dengan bola mata Lennox yang begitu dalam dan dingin.
"Kau sudah melihat seberapa menjijikkannya tubuhmu. Tubuh wanita yang tidak tahu kenapa aku tertarik padanya. Ibumu jika masih hidup seharusnya dia berhutang budi padaku, karena aku akan merubah banyak tubuhmu yang kurus kering ini. Tapi tidak, aku yang berhutang budi padanya karena dia dengan cepat pergi dari dunia ini yang membuatmu hidup sendiri. Sehingga dengan mudah, tidak ada lagi penghalang bagiku untuk mendapatkan mu. Ibumu itu sungguh ibu yang sangat baik, bukan?" Lennox menyeringai lagi.
Dada Serena bergerak naik turun seiring dengan napasnya yang tidak beraturan karena suasana di dalam kamar itu semakin mencekam.
"Sekarang, kau harus tinggal di sini dan menebus kesalahan mu sendiri," lanjut Lennox, membuat tubuh Serena semakin menegang.
"Aku sudah men-" Serena melepaskan cengkeraman tangan Lennox dari rahangnya dan hendak bicara.
Namun, Lennox lebih dulu memotong ucapannya dan kembali mencengkeram rahang wanita itu.
"Sudah apa? Heum? Kau ingin sekali lagi menjelaskan padaku bahwa kau sudah menolakku?"
Dalam satu kali gerakan kasar, Lennox mendorong Serena ke atas ranjang dan segera menindihnya.
"Tidak! Jangan lakukan!" Serena terus berteriak, memberontak. Menggunakan kaki dan tangannya untuk melawan.
"Tidak ada yang bisa menolong mu. Jadi, menyerah saja padaku. Terimalah balasan karena sudah menyia-nyiakan ku. Aku bebas melakukan apa pun." Lennox membenamkan wajahnya ke leher Serena, menciuminya dengan gigitan-gigitan kecil.
Kemudian Lennox menahan kedua tangan Serena di sisi kepala agar wanita itu tidak lagi memberontak.
Lennox lalu membenamkan bibirnya ke bibir Serena, melumatnya dan menciuminya dengan dalam.
Akan tetapi, Lennox berteriak sambil mengumpat saat merasakan perih di bibir bawahnya yang telah berdarah.
"Aaarghh! Sial! Berani-beraninya kau menggigit bibirku!" mata Lennox menatap tajam.
"Itu pantas didapatkan oleh pria berhati iblis sepertimu," balas Serena dengan nada tinggi.
Geram, Lennox tidak bisa lagi menahan emosinya menghadapi si gadis pembangkang itu.
"Sepertinya kau lebih suka melakukannya dengan kasar. Baiklah, aku akan menunjukkan padamu bagaimana caranya bercinta dengan kasar," ucap Lennox, mengusap darah di bibirnya dengan ibu jari, lalu bibirnya menyeringai pada Serena.
SRET!
"Aaakhh!" Serena menjerit kala Lennox menarik penyangga dadanya dengan sentakan keras hingga terlepas, lalu membuangnya ke sembarang arah.
Selanjutnya, kedua tangan pria itu langsung menangkupnya dengan kuat hingga membuat Serena menahan jeritan sakit.
Lennox kembali membenamkan bibirnya, kali ini ia menciumi bibir Serena tanpa ampun. Ciumannya terasa kasar dan membuat Serena nyaris kehabisan napas.
Sisa pakaian Serena pun ditanggalkan.
Tidak dapat ditahan, air mata Serena jatuh menetes dari kedua sudut matanya saat Lennox melakukan penyatuan tubuh mereka secara kasar.
Membuat Serena yang baru pertama kali melakukannya, harus menahan sakitnya terbelah dua.
"Ternyata kau masih perawan?" Lennox tersenyum mengejek melihat darah yang mengalir dan mengotori sprei.
"Brengsek! Kau pria tidak memiliki hati! Kau jahat!" Serena terus memaki Lennox dengan sumpah serapahnya, namun Lennox hanya menyeringai tidak peduli.
Lennox baru berhenti setelah mendapatkan kepuasannya.
"Meski tubuhmu tidak menarik, tapi rasamu lumayan juga," kata Lennox sambil turun dari ranjang dan mengenakan pakaiannya lagi.
Serena terduduk di ranjang sambil menutupi tubuh polosnya dengan selimut. Perih di area kewanitaannya tidak sebanding dengan sakit hatinya atas ejekan sang boss mafia yang kejam di hadapannya itu.
Tanpa wajah bersalah, Lennox melenggang keluar meninggalkan Serena yang matanya sudah berkaca-kaca.
"Lennox Castro! pria kejam, pria iblis!" Serena mengepalkan tangannya, meninju kasur dengan kasar, seolah berfantasi bahwa ia sedang meninju dada Lennox.
Noda merah di sprei itu mengingatkannya akan kejadian beberapa menit lalu saat Lennox merenggut keperawanannya.
Serena mengusap air mata di pipinya. Bibirnya merapat, lalu giginya bergemeletuk kesal.
Matanya menatap tajam pada daun pintu yang baru saja ditutup oleh Lennox. Dan Serena yakin, ia pun kembali dikunci di dalam kamar ini.
"Aku tidak boleh menangis di hadapan iblis itu. Dia pasti suka jika korbannya merasa tersiksa. Dia pikir aku takut padanya. Lennox, aku tidak pernah bertemu pria sebejat dirimu," cetus Serena penuh emosi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments