chapter 3 : Sakamaki Reiji

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku kekurangan darah dan sekarang kelaparan, salahkan Bajingan itu yang meneguk terlalu banyak."

Pakaiannya masih sama hanya tubuhnya sedikit gemetar karena terlalu memaksakan diri berjalan dari kamar menuju dapur. Kulitnya juga lebih pucat menandakan bahwa si gadis kekurangan darah, tubuhnya juga terlihat kecil.

Reiji menghela nafas lalu menaikan kacamatanya, dan jangan lupakan bekas gigitan yang ditinggalkan kakaknya, Shu.

"Kau lapar?"

Mika mengangguk, kakinya seperti mati rasa karena terlalu lama berdiri.

\*Street\*

Tubuhnya yang kecil diangkat, lebih tepatnya dipindahkan ke meja makan oleh Reiji. Setelah itu dia langsung pergi menuju dapur untuk membuat makanan.

Selang beberapa waktu Reiji kembali dengan sepiring pancake. "… Makan."

"Aku bisa makan sendiri tidak perlu\_ hm."

Itu terpotong saat Reiji dengan paksa menyuapi Mika. Si gadis diam sembari menikmati, sejujurnya ada rasa kesal karena harus disuapi.

'bukankah aku tamu yang tidak sopan? Ini bahkan belum sehari aku tinggal ditempat ini dan tuan rumah malah menyuapi tamu makan.'

Dia kembali mengingat kelakuan Shu tanpa sadar bicara. "Aku berjanji akan memukulnya."

"Siapa yang akan kau pukul?"

"Shu. Aku akan memukulnya karena melakukannya." Melakukan yang dimaksud adalah meminum darah tanpa seizin pemilik.

Reiji terus menyuapi si gadis, padahal dia berfikir bahwa Mika adalah orang yang tenang tapi setelah melihat wajah yang tersenyum saat mengatakan akan memukul seseorang membuat Reiji paham tentang satu hal.

'dia juga manusia biasa.'

Perlahan Reiji bisa melihat tubuh itu tidak lagi bergetar. Dia langsung pergi untuk membersihkan piring setelah isinya habis dan kembali melihat Mika yang sedang mengetuk meja.

\*Tuk, tuk.\*

"Hei."

Untuk kedua kalinya Mika dikejutkan karena tubuhnya terangkat, melihat Reiji yang seenaknya menggendongnya dan mulai berjalan.

"Reiji, aku bisa berjalan sendiri."

"Tubuhmu gemetar dan kulitmu pucat kau yakin bisa berjalan menaiki tangga seorang diri?"

Tidak, Mika yakin bahwa dirinya akan berhenti beberapa kali untuk mengumpulkan tenaga dan kembali berjalan. Lagi pula bukankah Reiji bisa teleportasi langsung kekamar?

"Jadi kau kasihan padaku karena tubuh yang gemetar dan lemah ini?"

"Manusia selalu menjadi mahluk paling lemah, lagipula aku akan makan malam setelah mengantarmu."

Makan malam ? Vampir yang satu ini juga aneh. Ini juga menyenangkan karena Mika tidak perlu berjalan dan menguras tenaga.

"Aku belum mandi."

Reiji berhenti lalu menatap gadis yang berada digendongnya. Bingung dengan apa yang dikatakan, dia hanya bisa mencium bau mawar dan madu yang bercampur. Bau madu berasal dari pancake, lalu dari mana asal mawar ini?

Tidak perlu berfikir Reiji sudah mengetahui jawabannya.

'Ini bau darahnya.' ini baru benar-benar tercium saat dekat dengannya, Mika.

Mika memperhatikan Reiji yang terus berjalan, mengabaikan apa yang diucapkan sebelumnya. "Kenapa tidak teleportasi?" Dia merasakan Reiji tersentak dan mereka langsung tiba dikamar.

"Ini bukan kamarku reiji."

Mika merasakan firasat buruk saat melihat mata Reiji yang berkilat lapar. 'tidak, jangan bilang yang ini juga.'

"Aku penasaran tentang satu hal, kenapa Shu berbohong tentang darahmu ini. Meskipun yang lain tidak menyadari aku tau bahwa anak itu menyembunyikan sesuatu."

Reiji tidak pernah melihat Shu yang terlihat begitu lapar itu bahkan ketika melihat eve.

Tubuh mika diletakkan di atas kasur, kembali terperangkap untuk kedua kalinya. Reiji mungkin iri dengan Shu yang mencicipi lebih dulu dibandingkan dengan reiji sendiri.

Reiji tersenyum membuat merinding.

'hei seharusnya Yui yang jadi santapan vampir ini bukan aku!'

"Reiji…"

Tangan yang tertutup sarung tangan hitam itu dibuka perlahan, setelahnya Reiji memberi ciuman kecil dipergelangan tangannya.

'ada apa dengan senyum diwajahnya.' Mika gelisah, tubuh yang pucat itu meringkuk saat vampir membenamkan taringnya.

"Shit."

Tubuh dibawah gemetar dengan wajah kesal membuat Reiji tersenyum tanpa sadar. Setelah dua tegukan dia melepaskan taringnya, melihat darah yang mengalir mengikuti gravitasi.

"Shu berencana untuk menyimpan ini sendiri."

Darah yang terasa ringan tapi manis dan lembut di tenggorokan. Sedikit menunduk untuk membersihkan sisa darah yang mengalir, Reiji tersenyum kembali. Menjilat lalu mengisap pada bekas gigitannya.

"Ngh- hentikan.…"

Pandangannya berkunang-kunang, perasaan seperti mengambang ini tidak disukai Mika. Dia masih bisa melihat pemandangan dimana Reiji mendekat kearah lehernya, menatap bekas yang ditinggalkan taring Shu.

"…Argh."

Telinga Reiji menangkap rintihan kecil dibawahnya, seringai mengembang. Ia membenamkan taringnya tepat di atas milik Shu, menghisap rakus.

Insting vampirnya berkata untuk membawa gadis ini ketempat dimana tidak ada yang menggangu waktu makan nya, dan dia membawa Mika kekamar miliknya

"Ini kamarku."

Disaat hampir kehilangan kesadaran Mika masih bisa mendengar Reiji yang bicara setelah itu dia benar-benar kehilangan kesadaran.

"Sepertinya aku juga berlebihan, bagaimana denganmu Shu apa ini jadi rasa kesukaanmu sekarang?"

Sudut ruangan memperlihatkan Shu yang sedang duduk di sofa, dia melihat adiknya. "Bukankah kau juga akan menyukainya mulai sekarang?"

Untuk pertama kalinya Reiji setuju dengan perkataan kakaknya, Shu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!