Satu bulan sudah berlalu sejak kebakaran toko mang amat, mang amat semakin kurus begitu juga dengan bi' Arni badan nya terlihat ringkih,dan tampak tua, rupanya peristiwa itu membuat mang amat dan bi.Arni,shock harta yang di kumpulkan dengan susah payah selama berpuluh puluh tahun lamanya tiba tiba hilang dalam hitungan menit.
Lama kelamaan mang amat seperti orang linglung, dia tak mengenal orang orang di sekitarnya kecuali istri dan anak anaknya, selain mental nya mang amat juga sakit sakitan, setiap hari bi.Arni marah marah aja,tanpa mengerti kondisi suaminya yang tubuhnya sudah sakit itu.makin tertekanlah mental mang amat.
Ditengah permasalahan yang baru saja melanda,terdengar kabar bahwa salah putra kembar fikri yang masih berusia 5thn,Farhan terkena kangker mata "Ya Allah anak sekecil itu" gumam Hilda, tapi semua adalah kehendak Allah. Dan mereka harus bolak balik membawa farhan ke rumah Sakit besar di kota untuk menjalani kemoterapi dan serangkaian pengobatan lainnya.
"Teh...teh..teh helda,punten"lisa mengetuk pintu rumah Hilda yang sudah terbuka "hei Lis...kamu kok udah kesini aja,emang gak kerja ya?" Tanya hilda yang berjalan ke arah Lisa "enggak teh " hilda mengernyitkan dahinya,kenapa ? Tanya helda "males teh di kantor juga gak bisa fokus" kata Lisa, " ya udah sini temenin teteh aja ya..." Kata ku pada Lisa, kami lalu saling bertukar cerita, Lisa menceritakan tentang keadaan Farhan, dia merasa gak tega jika melihat Farhan "apa Farhan kayak gini karen ulah papa dan mama ya teh?" Tanya Lisa padaku, aku kaget mendengar pertanyaan nya "wallahu Alam Lis,kita gak pernah tau apa rencana Allah, mungkin ini ujian untuk keluarga Fikri" Lisa mengangguk " semoga Farhan segera sehat seperti sedia kala" kata hilda ,yang diaminkan oleh Lisa.
6 bulan sudah Farhan menjalani pengobatan di kota, tubuh balita itu yang semula gemuk kini menjadi kurus, rambut nya yang lebat kini habis, dan wajahnya menjadi sayu...wajah nya terlihat lelah sekali.namun Fikri dan lena istrinya terus berusaha memberikan yang terbaik buat Farhan, meskipun mereka sendiri sesungguhnya sudah lelah. Telah banyak biayaya yang di habiskan untuk sang putra.namun takdir berkata lain kondisi farhan semakin hari semakin menurun, semakin hari semakin drop,hingga tepat di bulan ke 6 "titttttt" mesin untuk menditeksi detak jantung pada layar monitornya memperlihatkan garis lurus,yang pertanda Farhan sudah di ambil oleh pemiknya,Lena menangis menjerit, fikri memeluk Lena dengan erat,dia sendiri merasa hancur melihat sang putra yang kini terbujur kaku,air mata nya tak kuasa di tahannya. Masih teringat keceriaan Farhan saat bermain bersama fandi saudara kembarnya,berebut mainan, ketawa tergelak "sekaranng Farhan sudah tidak sakit lagi ya bang" kata Lena di sela sela isak tangisnya "iya sayang Farhan sudah sembuh,dan Allah lebih sayang sama Farhan"sementara itu kondisi di rumah mang amat tak jauh berbeda terlihat kesedihan yang begitu mendalam, setelah mendapat informasi jika Farhan meninggal, bi.Arni menangis hingga pingsan,Lisa pun segera mengabarkan ke pihak rt,sehingga warga berdatangan buat melayat, dan membantu persiapan pemakaman Farhan, begitu juga dengan Hilda,hilda ikut bergabung dengan ibu ibu untuk mempersiapakan segala sesuatu untuk pemakaman, termasuk bunga untuk taburan.
Tak lama kemudian jenazah pun tiba di rumah duka, Fikri menggendong jenazah Farhan, di belakang Fikri Lena di papah oleh seorang suster, lalu jenazah farhan di letakkan di atas balai bambu di ruang tengah.melihat kedatangan jenazah farhan kasak kusuk pun terjadi "kasian ya anak sekecil itu jadi korban karna makan harta yang gak berkah" kata seorang ibu sambil berbisik "huss gak baik ngegibah di rumah duka" kata yang lain
Setelah semua di rasa siap, jenazah pun akan di berangkatkan ke tempat peristirahatan terakhir, dengan di gendong fikri jenazah farhan pun di bawa ke tempat peristirahatan nya yang terakhir,Lena pun menangis kembali, hati ibu mana yang tidak ter iris melihat putranya akan berpisah untuk selamanya.
Iring iringan yang mengantar jenazah telah tiba di area pemakaman, jenazan balita itu pun segera di turunkan ke liang lahat, karena hari hampir gelap semua di percepat, rintik hujan mulai turun, mendung tebal menambah pekat nya suasana sore ini,guntur bersahutan,udara pun serasa dingin,para pelayat bergegas pulang,karna tanda tanda hujan akan deras.Lena masih berjongkok di depan pusara putranya, di temani suami dan mertuanya "Sayang ayo pulang" kata fikri, "kasian Farhan pah,dia pasti kedinginan di dalam" kata Lena " Sayang Farhan sudah di peluk oleh Allah"kata fikri lagi " sekarang yang perlu kita fikirkan Fandi sayang, dia pasti kangen sama kamu, beberapa hari ini dia gak ketemu kamu" bisik fikri lagi,setelah mengirimkan do'a buat almarhum putra tersayang nya,Lena dan Fikri pun meninggal kan area pemakaman itu,dan pulang ke rumah nya sendiri.Fikri adalah anak pertama mang Amat dan bi.Arni,dia memiliki sifat yang menurun dari sang ayah,cuek,gak peka dengan kondisi orang lain dan hanya mementingkan dirinya sendiri, Lena adalah istri Fikri, dia wanita yang sabar,cantik,namun agak matrealistis.
Sudah satu bulan sejak kepergian Farhan,suasana berduka masih terlihat di wajah mang Amat dan bi.Arni
,kehilangan cucu tercintanya membuat mereka sangat terpukul,terutama bi.Arni yang masih sering menangis jika melihat foto Farhan,foto lelaki kecil dengan kulit putih,wajah bulat ,pipi cabi menggemaskan,rambut nya hitam lebat, sedang berpose menggunakan kaca mata yang kebesaran, tampak lucu sekali.Seperti saat ini "Farhan kunaon tega ninggalken ninik?" (Farhan kenapa tega ninggalin nenek)rintih bi.Arni sambil membelai foto Farhan dan lalu memeluk foto itu. "Mah... " Panggil Lisa " tos atuh mah...karunya Farhan di ditu" (udah mah kasihan farhan disana) kata Lisa , lalu bi Arni meletakkan kembali foto kenang kenangan Farhan di atas nakas seperti semula, "kenapa ya neng ujian meni beruntun ?" Rintih bi lilis "ini mungkin teguran buat papah dan mama" kata Lisa "teguran apa? Apa salah mamah dan papah?" "Astagfirullah" lisa beristigfar dengan pelan sambil menggeleng kan kepala,Lisa merasa heran jika mamanya tak merasa bersalah."papah dan mamah sudah menahan hak orang lain,meskipun itu saudara, ada yang sudah yatim,ada yang sudah piatu juga, bukan kah hukum Allah jelas mah, siapa yang mendzolimi orang lain,maka Allah akan memberikan azab yang setimpal" kata Lisa panjang lebar."ini amanah papah dan mamah, mah tanah warisan itu hak banyak orang mah" " tapi mamah jeung papah tos teu boga duit Lisa" (tapi papah dan mamah udah gak punya uang Lisa) kata bi'Arni lagi,tiba tiba suara gluduk mengelegar "Astagfirullah" kata Lisa "semoga ini bukan pertanda buruk" kata Lisa "pertanda buruk naon, cuma gluduk itu Lisa biasa" kata bi.Arni "Lisa cuma mengingatkan mama ucapan itu do'a mah,jadi hati hati kalau bicara" kata Lisa sambil beranjak pergi "ih budak letik sok nasehatin orang tua" (anak kecil sok menasehati orang tua) kata bi' Arni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Omar Diba Alkatiri
penulisannya thor..jadi kayak baca pidato.ngebut jadinya ...coba di bikin percakapannya dibikin spasi bawah nya
2024-03-28
0