Yuji menundukkan wajahnya ke luka mayat hewan macan tutul yang terbagi menjadi dua bagian. Tanpa ragu, dia mulai meminum darah yang keluar dari luka itu.
Tidak hanya itu, Yuji membuka mulutnya lebar-lebar, memperlihatkan deretan gigi tajamnya yang menyeramkan.
Dengan gerakan yang tidak manusiawi, dia mencabik-cabik daging mentah itu dan menelannya dengan lahap. Darah hewan itu mengalir ke dalam mulut Yuji, memberikan kesan yang mengerikan.
Jika ada manusia yang tanpa sengaja menyaksikan adegan kejam ini, mereka pasti akan berteriak ketakutan dan melarikan diri secepat mungkin dari hadapan humanoid serangga menyeramkan yang memiliki tiga pasang lengan itu.
Ryuu menyaksikan tindakan Yuji dengan anggukan, tetapi dia memilih untuk tidak mengomentarinya. Meskipun sebenarnya ia lebih suka menikmati daging yang dimasak atau dipanggang di atas api seperti saat memasak BBQ, namun baunya yang khas membuat selera Ryuu tergugah.
Termaksud manusia mungkin akan merasa aneh membayangkan memakan daging hewan secara mentah, Ryuu entah mengapa sekarang merasa tidak keberatan. Bahkan, dia melihat Yuji seperti biasa, tanpa ada rasa takut sama sekali.
Mungkin Ryuu sudah terbiasa dengan kehidupan liar yang ekstrem ini setelah beberapa hari, sehingga dia telah membiasakan dirinya dengan situasi ini.
Selain itu, itu adalah mangsa mereka yang mereka bunuh. Bukankah membiarkannya membusuk akan menjadi tindakan yang tidak bertanggung jawab? Ryuu mempertimbangkan hal itu dalam benaknya.
Tidak butuh waktu lama bagi Yuji untuk melahap sebagian besar mayat macan tutul itu. Dalam sekejap, sebagian besar darah dan daging pada mayat itu terkuras dan dimakan oleh Yuji. Perutnya kini penuh dan kenyang, dan tubuhnya tidak lagi gemetar.
"Terima kasih banyak, Ratuku, atas makanan yang telah Engkau berikan!" ucap Yuji dengan penuh rasa terima kasih.
"Eh...? Umm... Ano... Ah, yah, sama-sama," jawab Ryuu dengan agak terkejut.
Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Yuji dengan tangguh mengangkat sisa mayat macan tutul itu menggunakan tiga pasang tangannya, sedangkan Ryuu hanya menyaksikan dari samping.
Dia sangat bersyukur dan bahagia akhirnya bisa terlepas dari genggaman tangan Yuji. Mereka mulai berjalan kembali ke arah tempat mereka datang. Meskipun mayat itu sudah tersisa sebagian, tetap saja berat untuk diangkat. Namun, Yuji dengan mudah mengatasinya, terutama dengan kekuatan fisiknya sebagai seorang prajurit yang tangguh.
Perjalanan pulang mereka memakan waktu lebih lama daripada perjalanan ke sana, karena beban pembunuhan yang mereka lakukan terus menghantui mereka.
Ryuu tetap waspada, menyadari bahwa bau darah mungkin menarik perhatian predator. Hanya karena dia belum melihat monster berlevel lebih tinggi di sekitar mereka, bukan berarti mereka tidak ada.
Beberapa kali, suara gemerisik di semak-semak membuatnya tegang dan siap meraih tombaknya. Namun, dia tidak pernah mencium bau yang mengkhawatirkan, dan mereka tidak menemui monster lain di sepanjang perjalanan.
"Mari kita berhenti di sini," ucap Ryuu begitu mereka sampai di tepi hutan, di samping perkemahan mereka. "Aku tidak begitu tahu cara membersihkan atau membuang isi tangkapan, tapi mari kita coba yang terbaik."
Yuji, tanpa ragu, memberanikan diri untuk bertanya kepada sang Ratu, "Bukankah lebih lezat dan nikmat jika tangkapan ini dimakan secara langsung tanpa dibersihkan atau dikeluarkan sebagian isinya, Ratuku?"
Ryuu memandang Yuji dengan penuh pertimbangan. "Umm... Apakah kau tidak mencium bau yang tidak sedap dari sisa mayat hewan ini? Tidak hanya itu, aku juga melihat sebagian telur belatung yang menghinggap di sisa-sisa mayat ini. Jika aku memakannya secara langsung tanpa membersihkannya terlebih dahulu, mungkin aku akan sakit karena belatung itu membawa penyakit yang entah apa. Dan mungkin bagimu itu tidak masalah, tidak seperti diriku yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah."
Yuji, yang mendengar penjelasan dari sang ratu, langsung menepuk jidatnya dengan rasa bodoh. Lalu ia membalas, "Aku tidak berpikir sejauh itu mengenai kesehatan anda. Oh, maafkan diriku yang bodoh ini yang telah mempertanyakan kehendakmu, oh Ratuku yang mulia!"
Lalu Yuji menundukkan kepalanya dengan penuh penghormatan kepada Ryuu, kemudian mengeluarkan beberapa tanaman merambat untuk merangkai mayat itu. Dengan penuh antusias, ia memulai tugasnya.
"Serahkan padaku, Ratuku," ucap Yuji ketika Ratu mendekat sambil membawa batu tajam lainnya. "Aku rasa aku memahami dasar-dasarnya, dan sepertinya, Anda Ratuku tidak perlu mengotori diri Anda sendiri dengan pekerjaan seperti ini."
Yuji hanya pasrah mengangguk, dan dalam hatinya, ia ingin membantu Ratu, tetapi tidak ingin berdebat lagi dengan Yuji. Ratu hanya mengangguk pasrah dan kemudian bersandar di pohon untuk mengawasinya.
"Jika sebagian besar bulunya masih utuh, kita bisa menggunakannya," komentarnya. "Aku juga ingin mendapatkan kandung kemihnya, sehingga kita dapat memiliki sesuatu untuk menyimpan air. Sisanya adalah opsional, meskipun kita harus memiliki cukup daging untuk bertahan lama, terutama jika kita memasaknya. Kau belum mencoba makanan yang dimasak, bukan? Mungkin aku akan memasaknya nanti untukmu, itu sangat lezat. Hmm... Ngomong-ngomong, kau melakukannya dengan cukup baik."
Ryuu bisa melihat Yuji tersenyum ketika ia memujinya. Lalu, dengan ketangkasannya yang tidak terlalu tinggi, Ryuu sedikit meraba-raba sisa-sisa mayat macan tutul tersebut.
Tapi Yuji dengan hati-hati menggunakan cakar kecilnya dan pedang di lengan lainnya untuk menghasilkan efek yang memukau. Setelah beberapa saat, ia mulai menggali lubang untuk mengubur isian perutnya.
Sementara itu, Ryuu bergumam di hatinya, "Kehidupanku yang sekarang benar-benar primitif sekali... Tidak seperti di dunia lamaku, di mana aku mengendarai mobil untuk pergi ke mana-mana, memesan makanan jika lapar. Dan sekarang apa? Aku harus mencari makanan dan bertarung dengan hewan buas dengan susah payah hanya untuk menutupi rasa lapar... Ah, sial..."
Kemudian Ryuu yang masih bersandar akhirnya melihat status panelnya kembali. Statistik keseluruhannya masih belum tersedia, namun ada notifikasi baru dari sistem:
...[DING DONG!]...
...[SELAMAT HOST! HOST SEKARANG DAPAT MEMILIH SIHIR PERTAMA ANDA!]...
"Yosh!" Ryuu kegirangan, meskipun suaranya terdengar lirih. "Mantra sihir sungguhan? Kedengarannya bagus!"
Ryuu harus mempertimbangkan dengan cermat kemungkinan pilihan-pilihannya dan memikirkannya dengan hati-hati. Namun, saat ini, matanya kembali tertuju pada lembaran status panelnya yang menggambarkan sarangnya.
"Kau tahu, aku tidak yakin harus berbuat apa," hela nafas Ryuu dengan frustrasi.
Yuji mengangkat kepalanya, menatap dengan penuh perhatian ke arah sang Ratu sambil terus memegang tulang rusuk mayat macan tutul.
"Aku tidak tahu apakah aku harus membuat telur lagi. Aku tidak tahu, apakah bisa atau tidak. Setidaknya menurutku begitu. Tapi aku lapar saat ini dan syukurlah kita mendapatkan makanan yang lezat. Tapi apakah bagus jika menciptakan pasukan prajurit lain seperti dirimu? Dan bagaimana dengan manaku? Jika itu membatasi regen-ku lagi, itu mungkin menjadi masalah. Bagaimana menurutmu?"
Sebenarnya, dalam hatinya Ryuu berteriak frustasi karena menciptakan telur berarti ia akan hamil lagi, namun jika ia ingin memperkuat sarangnya atau pasukannya, mau tidak mau. ia harus membuat telur kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
zakiul kiul
/Good//Good//Good//Good/
2023-12-18
2