...[DING DONG!]...
...[SELAMAT HOST BERHASIL LEVEL UP!]...
Ryuu menatap status notifikasi panel itu beberapa saat lebih lama, senyum gembira terpancar di wajahnya. Dia merasa puas dengan pencapaian ini, meskipun masih banyak yang harus dia capai.
Namun, ada sesuatu yang berbeda pada Yuji. Wajahnya terlihat sedih saat dia mengucapkan, "Mohon maaf ratuku, sepertinya aku belum Level Up."
Ryuu melirik Yuji, merasa iba melihat kekecewaan di matanya. Namun, dia tahu bahwa Yuji telah memberikan kontribusi yang besar dalam pertempuran melawan monster macan tutul ini. Meskipun Ryuu mungkin telah membunuh monster ini dengan lebih banyak kontribusi, dia merasa bahwa Yuji juga berhak mendapatkan lebih banyak pengalaman. Namun, sistem ini tidak sepenuhnya adil. Ryuu menerima lebih banyak XP dari Yuji, seperti yang dia duga sebelumnya.
"Ah... Itu sangat disayangkan...," Balas Ryuu. "Kalau begitu, mungkin yang terbaik untuk sekarang adalah kita mengeluarkan darahnya di sini. Sebelum membawanya kembali ke perkemahan kita, akan merepotkan nantinya jika ada monster buas dengan indra penciuman tajam yang mengikuti kita jika kita tidak mengeluarkan darahnya. Jadi, bagaimana menurutmu?" tanya Ryuu dengan penuh ketegasan.
Yuji terkesima dengan kata-kata Ryuu yang penuh strategi dan kecerdikan. Matanya terbelalak saat dia melihat mulut Ryuu terbuka lebar, memperlihatkan mandible serangganya yang menyeramkan.
"Oh!! Pemikiran ratuku memang jenius dan luar biasa! Anda memang benar-benar pantas dengan julukan 'Ratu' Oh Ratuku yang mulia!" seru Yuji dengan penuh kekaguman.
Meskipun masih canggung dalam peran barunya sebagai ratu, Ryuu mencoba menjawab dengan senyuman canggung.
"Huh...? Ano... Ahh... Yaa... Terima kasih. Kalau begitu, kumohon keluarkan darahnya dengan cepat sebelum matahari terbenam," ucapnya dengan suara lirih namun penuh keputusan.
Yuji segera berlutut berlebihan di hadapan Ryuu, menunjukkan penghormatannya yang tulus. "Tidak perlu berterima kasih kepadaku, Ratuku. Itu adalah fakta. Anda memang pantas menyandang gelar sebagai Ratu karena kejeniusan anda. Ahem! Sesuai perintah anda, aku akan mengerjakan yang anda perintahkan. Oh, Ratuku yang mulia!!"
"Umm... Ba... Baik..." balas Ryuu dengan senyuman canggung, masih terheran-heran dengan penghormatan yang diberikan Yuji kepadanya.
Yuji menganggukkan kepalanya dengan hormat, kemudian ia berjongkok dan membelah tubuh Monster Macan tutul dengan pedangnya.
Dia mencari pembuluh darah di dalam tubuh monster tersebut dan membelahnya dengan hati-hati. Darah segar mulai mengalir deras, mengeluarkan aroma yang menggugah selera bagi Yuji dan Ryuu.
Di tengah pertimbangannya, Ryuu merasakan kehausan yang tak terelakkan. Lidahnya pun menjulur keluar, menyerupai ular predator yang siap untuk menerkam mangsanya. Namun, ia sadar bahwa ini adalah hal yang normal sebagi makhluk Non-human terutama dalam hutan belantara, di mana mereka harus memburu atau diburu.
Tindakan selanjutnya adalah memutuskan apakah mereka harus menggali lubang untuk menyembunyikan mayat Macan tutul tersebut.
Namun, karena kehausan yang melanda, Ryuu memilih untuk tidak memperdulikannya. Setelah semua, lapar adalah dorongan alami yang tidak bisa diabaikan. Dengan niat baik, Ryuu melangkah mendekat untuk membantu Yuji mengangkat mayat yang berat itu.
Dalam keadaan yang tak terduga, Ryuu berusaha membantu mengangkat beban macan tutul yang telah diangkat oleh Yuji.
Namun, yang mengejutkan, sang ratu turut membantu Yuji. Hal ini membuat Yuji langsung protes kepada ratunya dengan nada serius, "Eh? Apa yang Anda lakukan, Ratuku?! Ini adalah tugas saya sebagai seorang pria dan prajurit setiamu! Seorang ratu rupawan seperti Anda tidak pantas untuk melakukan pekerjaan fisik yang berat seperti ini, karena ini adalah pekerjaan seorang pria. Mohon biarkan saya yang mengerjakan pekerjaan yang mudah ini. Selain itu, Anda sudah banyak membantu saya sebelumnya melawan Monster ini, dan saya melihat Anda sepertinya kelelahan. Jadi, mohon duduklah dan beristirahatlah terlebih dahulu, Oh Ratuku yang mulia..."
Ryuu mendengar ucapan serius dari Yuji, yang menatapnya dengan tajam. Ryuu tidak pernah berpikir bahwa ia benar-benar dianggap sebagai wanita lemah oleh Prajurit Vanguardnya, Yuji.
Dulu, saat ia masih hidup sebagai manusia, terutama sebagai manusia jantan, ia selalu mengerjakan pekerjaan fisik yang berat dan sudah terbiasa dengan itu. Namun, semenjak dia tertransmigrasi ke dunia ini sebagai serangga humanoid betina, terutama di hadapan Yuji sang Prajurit Vanguardnya yang telah ia lahirkannya ke dunia ini, Yuji benar-benar memperlakukan Ryuu sebagai wanita lemah yang perlu dilindungi.
Namun, Yuji tidak tahu akan fakta bahwa sebenarnya di dalam tubuh Ryuu terdapat jiwa seorang pria tua berusia 47 Tahun yang sudah menikah, memiliki istri didunianya yang lama sebagai manusia.
Ryuu merasa dilema karena harus berpura-pura menjadi wanita lemah di hadapan Yuji demi menjaga rahasianya tetap terjaga.
Ryuu mengikuti perintah putranya, Yuji, dengan canggung. Dalam kegelapan hutan yang menyelimuti mereka, mayat monster macan tutul yang mereka angkat menjadi bayangan yang menakutkan. Namun, bagi Ryuu, bayangan terbesar adalah kejijikan yang mungkin dilihat Yuji dalam dirinya.
"Duduklah, ratuku," ujar Yuji dengan suara yang lembut namun tegas. Ryuu merasa canggung dengan panggilan itu, terutama karena ia takut akan tatapan aneh dari putranya. Meskipun terberat bagi Ryuu, ia patuh dan duduk beberapa langkah dari putranya yang masih sibuk dengan mayat monster itu.
Senyuman hangat dari Yuji membuat Ryuu merasa jijik akan dirinya sendiri. Ia cepat mengalihkan perhatian dengan menawarkan makanan. "Kau pasti lapar. Makanlah terlebih dahulu, biarkan aku yang mengurus sisa makanan buruan ini."
"Eh? Sungguh…Ratuku?" desis Yuji dengan heran.
"Tentu, itu tidak masalah bagiku. Lagipula, memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan prajurit merupakan tugas sang ratu, bukan?"
Ryuu menjawab dengan omong kosong, berusaha meredakan kecemasannya.
Meskipun begitu, Yuji tetap menatapnya dengan tatapan aneh yang membuatnya merasa lega. Tapi sebenarnya, Yuji memiliki hak untuk menyicipi hasil buruannya.
"Benar...Benar.. baik..." gumam Yuji, suaranya gemetar karena terpancar kebaikan ratunya. Prajurit Vanguard ini seketika menundukkan kepalanya, tetesan air mata mengalir di wajahnya.
Ia sengaja menundukkan wajahnya agar sang ratu tidak melihatnya menangis. Yuji merasa tersentuh oleh perhatian Ratunya yang begitu detail kepadanya.
Hati dan pikiran Yuji berkobar-kobar, semakin bertekad untuk melindungi sang ratu. Ia tidak ingin meninggalkan sisi ratunya.
Dengan tiga pasang tangan yang dimilikinya, ia menggunakan satu pasang tangannya untuk mengelap air mata yang mengalir diwajahnya yang menyeramkan.
Ketika Yuji melakukan gerakannya yang aneh itu ketika yang sedang mengelap air matanya, membuat Ryuu semakin bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Ryuu dengan kebingungan yang jelas terlihat di matanya.
Namun, Yuji tidak kekurangan alibi yang masuk akal. Dengan cepat, dia menjawab, "Ano... Umm... Ah! Banyak darah hewan ini yang tidak sengaja terciprat ke wajahku sehingga mataku perih saat ini, Ratuku." Alasan yang cukup membuat Ryuu memberikan pengertian.
"Oh, begitu. Yah, silahkan makan terlebih dahulu," kata Ryuu dengan nada santai.
"B... Baik, Ratuku!" sahut Yuji dengan antusiasme yang agak mengerikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments