Penguasa Serangga

Penguasa Serangga

Transmigrasi.

Kegelapan pekat menyelinap dalam kehingan. Dia terapung dalam irama detak jantung yang mendidih, menyeret sensasinya ke jurang gelap yang dalam. Kesadaran menjadi kabur, orientasi atas dan bawah lenyap, tergantikan oleh kabut tebal yang melingkupinya.

Ketika matanya terbuka, seharusnya cahaya murni membanjiri pandangan dengan kehangatan. Akan tetapi, yang terhampar di hadapannya adalah sebuah kegelapan yang membingungkan, konflik warna dan sinar yang menyilaukan, merajalela hingga membuat rasa pusing semakin menggila.

Dia terhempas tanpa pegangan, berputar dalam pusaran kebingungan yang mencekam. Disorientasi mendadak itu berkecamuk, menjeratnya dalam rasa asing yang menghimpit, menyerang tanpa belas kasihan.

Kemudian tiba hening yang membeku, menunda waktu, hingga akhirnya serbuan cahaya yang tajam itu memudar. Dunia sekali lagi menariknya kembali, meliputi dalam selimut suram yang meneduhkan.

Di momen itu, ia menyadari bahwa keadaannya tak seterburuk yang diperkirakan sebelumnya. Hanya saja, ruangan di sekitarnya kini sedikit lebih suram.

Dengan tekad bulat, ia mencoba bergerak untuk melihat keadaan sekitar, namun pusing yang tiba-tiba menyerang membuatnya seakan berputar-putar.

Ia mengambil nafas dalam-dalam, menenangkan badai di dadanya, berusaha keras mengusir kebingungan yang menyelimuti pikirannya.

Ada sensasi yang tidak biasa merambat sepanjang tubuhnya, seolah ia terdampar dalam sarang yang kokoh, yang menyokongnya dengan pasti.

Terasa ruang sempit melingkar di sekitarnya, kaku dan mengikat, membatasi setiap gerakannya hingga ia merasakan dirinya seperti terkurung dalam gua sempit.

Tangan-tangannya merayap di kegelapan, meraba mencari sebuah petunjuk, memberi gambaran kasar tentang ruang penyekapnya.

Dengan refleks yang tajam, ia mencoba sekali lagi untuk menangkap lebih banyak detail dari situasi di sekitarnya.

Ketegangan perlahan mereda dan ia mulai menyadari bahwa ia terperangkap dalam sebuah ruang yang sempit, dibatasi oleh dinding-dinding yang tak memberi ruang untuk kebebasan.

Gerakan yang dibatasi menimbulkan kemarahan yang bergolak di dalamnya, memicu ledakan tenaga untuk melepaskan belenggu dari tempat itu:

Bam! Bam! Bam!

Tiga hentakan gigih mengejutkan keheningan ruangan yang suram. Tubuhnya, meskipun dihantam reaksi balik yang mencoba merubuhkannya – hampir tersungkur, namun ia tetap tegak, berdiri di permukaan tanah yang bergelombang, penuh bebatuan, dan meresahkan.

"Di mana aku?" bisiknya lirih ke dalam gelap, suaranya bergema pelan, menelusuri setiap sudut mencari petunjuk di balik kelambu kegelapan yang melingkupinya.

Dalam ruangan gelap yang terasa luas – di bawah langit-langit yang menjulang, dikelilingi dinding-dinding kelabu, dan lantai bebatuan – dia terperangkap dalam labirin kebingungan.

Matanya berkelip, tertarik pada sebuah objek panel informasi yang mengambang diudara, seolah menggantung, yang memikat perhatian sejenak.

Tapi ada lebih dari itu, sebuah suara asing mengudara di sekitarnya, menawarkan sambutan dengan kata-kata yang berat dengan misteri.

"[Selamat datang di dunia, HOST sang Ratu Lebah Kecil!]"

"Huh?" keluar suara kaget darinya.

Sebelum dia bisa memahami lebih dalam, ilusi hologram itu menguap ke dalam ketiadaan seperti bayangan yang tak tergenggam. Kemunculan dan kepergiannya yang tiba-tiba itu mengejutkannya, meninggalkan benaknya melayang dalam gumpalan kebingungan.

Kedipan mata yang dia lakukan kali ini tak lagi dipicu oleh rasa terperangah, melainkan merupakan reaksi alami terhadap anomali yang melingkupi sekelilingnya.

Segera, kesadaran tumbuh berakar dalam dirinya, menjalin memori-memori menjadi kesimpulan bahwa mungkin saja apa yang ia saksikan barusan tidak lebih dari bentuk ilusi atau fantasi yang menguasai fikirannya.

Tidak ada siar petunjuk, hanya kegelapan yang mengelilingi dan membenamkannya dalam samudera ketidakpastian.

Panel status yang menari-nari sebelum menghilang tadi telah menyeretnya ke dalam pusaran pertanyaan yang belum terjawab, meninggalkan dirinya hanya dengan secuil pemahaman yang berputar-putar di pusaran kosong informasi.

Dalam belantara kebingungan yang meliputinya, pikirannya terombang-ambing dalam aliran pertanyaan yang tak lazim, seakan-akan ia baru saja terbangun di dalam gua yang hanya diterangi cahaya suram, atau di tempat yang serupa dengan itu.

Namun setelah dia meluangkan waktu untuk mengingat kembali, objek yang dia lewati sebelumnya itu terasa seperti berbentuk telur, dengan kulit kerasnya yang hitam terpencar di sekitarnya, menambah kebingungan dalam mencerna kejadian ini didalam otaknya.

Langkahnya ragu, nalurinya mencoba menenangkan diri, tetapi berbagai pertanyaan terus merayap dalam pikirannya.

Sebagian pikirannya mencoba mengklasifikasikan objek melayang seperti Hologram 3D yang pernah dia lihat sebelumnya sebagai sebuah panel status yang bisa dimengerti, sebuah pesan dengan makna yang tidak jelas.

Dia merenung, sambil pikirannya berusaha mengurai kebingungannya. Seharusnya manusia berasal dari telur, bukan dari Bebek atau serangga.

Dia yakin bahwa dia adalah seorang manusia, bahkan mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang pria paruh baya. Namun, tubuh yang dimilikinya tidak sepenuhnya sesuai dengan keyakinan itu, memicu kebingungan yang tak terbendung.

Dengan gerakan perlahan, ia meraba lengannya, mencoba meresapi setiap bagian, tapi tidak ada kepastian yang jelas.

Sensasi yang dia alami hanya menambah kebingungan dalam pikirannya, menyadarkannya akan ketidakcocokan dalam tubuh manusia yang ia ingat dengan jelas.

Lengan yang biasanya ia kenal dan tangan yang dipenuhi rambut-rambut kasar, kini terasa halus seolah-olah terlindungi oleh suatu benda yang lembut, dan beberapa bagian tubuhnya terasa keras, lebih dari sekedar kulit manusia biasa.

Sensasi yang tidak biasa mengisi dirinya, memaksa untuk mengambil kesimpulan yang tak terelakkan: tubuh ini bukanlah tubuh manusia. Di sisinya ada sesuatu yang hadir, tanpa bentuk yang jelas, tapi pasti bukan wujud manusia biasa.

Semua petunjuk itu memicu ketidakpastian yang menggelitik di dalam dirinya. Ternyata, ia tidak berada dalam tubuh manusia. Dan anehnya, di lubuk hatinya, ia memiliki pemahaman yang tidak sadar bahwa ia adalah Ratu Lebah, seolah-olah pengetahuan itu telah tertanam dalam lapisan bawah kesadarannya dan menggetarkan ke dalamnya.

Bacaan di status panel yang ia lihat sebelumnya, [Ratu Lebah], menciptakan perasaan aneh di dalam dirinya. Seperti ia tahu bahwa mandibulanya harus tetap bersih, atau bahwa telur-telur harus ditempatkan di tempat yang aman.

Pengetahuan yang seharusnya tidak dimiliki oleh manusia biasa, tetapi bagaimanapun juga, hal-hal itu melekat erat dalam ingatannya yang terombang-ambing.

Dalam kehampaan informasi yang meliputinya, langkahnya perlahan membawanya keluar dari ruangan itu. Pikirannya terus dihantui oleh kekacauan informasi yang bertentangan tentang dirinya.

Saat berjalan dengan pelan, sejumput kenangan tentang kehidupan manusia yang seharusnya ia kenal terlintas dalam pikirannya.

Malam sebelumnya, ia ingat betapa bosnya memarahinya saat ia ingin pulang. Dan saat ia pulang, ia mengemudi pulang dengan mobilnya dari pekerjaan kantor yang melelahkan, rutinitas yang dibencinya.

Ia juga teringat senyum palsu yang harus ia tunjukkan saat mendengarkan keluhan istrinya yang tantrum karena tidak mendapatkan tas mewah.

Ia juga teringat sebelum ia tertidur nyenyak, ia sempat minum satu botol bir namun tetap sadar. Sebelum ia melenggang tidur dalam persiapan untuk pekerjaan besok, ia mencium kening istrinya.

Semua memori tentang dirinya datang dengan cepat dan jelas seperti menonton sebuah film.

Dalam kebingungan yang mendalam, kenangan-kenangan itu terhubung dengan jelas. Ia bernama Alexander Sasaki Ryuu, atau sering dipanggil Ryuu, seorang budak korporat yang terperangkap dalam rutinitas hidup kantoran yang toxic. Usianya telah mencapai 47 tahun dan ia terikat dalam ikatan pernikahan yang tidak begitu harmonis.

Ia dilahirkan di Kyoto, Jepang, merupakan perpaduan budaya Jepang-Amerika dengan ibu Jepang dan ayah Amerika, walaupun ia telah menetap di Jepang sejak lahir.

Tengah dilanda kebingungan yang mencekam, pikirannya malah menanam benih keyakinan yang tidak masuk akal:

dia yakin dirinya adalah Ratu Lebah. Fantasi ini membentangkan potret yang mengagumkan—seorang individu hebat dengan insting alami yang tajam, yang memerintah dunia makhluk-makhluk kecil.

"Apa yang sedang terjadi?!" teriaknya, tergulung ombak panik, sambil berusaha keras merangkai kembali potongan-potongan pikiran yang berserak.

Matanya segera menyisir ruangan yang dicakupnya. Mengitari, ia menemukan koridor berdinding gelap penuh lekukan tak terduga.

Namun, di ujung sana, cahaya berani merayap masuk, menerobos kegelapan. Sepertinya ada sesuatu di sana, menarik dia lebih dekat.

Tanpa pikir panjang, langkahnya bergegas mendekati pusaran cahaya tersebut. Namun, tangan terangkat, tak sengaja menyentuh wajahnya sendiri.

Jari-jarinya, dengan ragu, menyusuri kontur dagunya, seolah mencari sinyal yang dapat meneguhkan identitas baru yang tersemat di benaknya.

Namun ia harus mengakui dengan perih, wajah tersebut tetaplah manusiawi, tak memiliki bentuk atau fitur mirip serangga yang ia bayangkan.

Dalam dominasi kebingungan, setiap sentuhan pada wajahnya itu menambah keajaiban yang tak terjelaskan di dalam pikirannya.

Sebagai biasa, wajahnya selalu tertutup janggut dan kumis yang tajam yang kerap ia cukur dengan cermat.

Tetapi kali ini, ia merasakan sensasi yang tak terduga. Kulit wajahnya sungguh terasa halus dan lembut, tanpa jejak bulu-bulu kasar yang biasanya menghiasi.

Sama halnya dengan sebagian besar tubuhnya, semuanya terasa basah dan lengket, menyebabkan keanehan yang tak terduga ini.

"Hah? Aku belum cukur janggut hari ini, bukan? Mengapa wajahku terasa begitu halus dan tidak seperti biasanya? Meskipun aku mencukurnya dengan rapi, tidak mungkin bisa sehalus ini... Apa yang sebenarnya terjadi?!"

Keadaannya semakin panik, napasnya terengah-engah dengan tidak teratur. Berbisik pada dirinya sendiri, ia mencoba menenangkan diri di tengah kekacauan yang tak masuk akal ini.

Memandang ke bawah, ia menyadari tangannya berubah. Ya, bukan lagi sepasang tangan yang besar dan kasar seperti kebanyakan pria, melainkan tangan yang mungil dan lembut, tipikal tangannya seorang wanita.

Lebih mencengangkan, lengan-lengannya kini seakan bertabur pelindung cangkang berwarna kecokelatan.

Lima jari masih bertengger di sana, lengkap, serupa dengan jemari kebanyakan manusia. Tetapi perbedaannya kini jelas; jemari yang sebelumnya gagah kini ramping dan mungil, berakhir dengan cakar-cakar tajam yang melampaui ukuran kuku normal.

Namun, dengan sedikit lebih berhati-hati, cakar itu mungkin bisa dimaklumi—setidaknya memberikan clue kepada dia tentang apa yang sedang berlangsung.

Ryuu mencoba menenangkan dirinya, mengulang mantra dalam hati, "Tenang... tenang… Ini pasti hanya mimpi. Tenang... Akan segera terbangun dari fantasi absurd ini... Biarlah aku menikmati mimpi nyeleneh ini sejenak, jarang-jarang aku mimpi sesuai kenyataan, ha... betul, kan?"

Dia menghirup napas dalam, meraih kembali ketenangannya, dan memulai inspeksi terhadap koridor yang meluas di depannya, menuntun mata ke arah pintu keluar.

Sebelum melesat keluar, ia menahan langkah, membatinkan matanya untuk menyesuaikan diri—ia memastikan setiap indra berpadu, mendalami setiap sudut ruangan dengan penuh ketelitian.

Dinding koridor yang terbuat dari batu ini tampak kokoh, menghiasi pintu masuk berbentuk persegi panjang yang menggugah rasa ingin tahu.

Namun, muncul pertanyaan di benak siapa pun yang memandang: "Apakah ini semua hasil tangan manusia?"

Mata Ryuu, yang tajam, segera tertarik pada sejumlah lubang yang terpahat di pintu masuk, aneh dan misterius, serta celah yang tersembunyi di bagian atas—tapi tak satupun menawarkan petunjuk yang pasti mengenai asal-usulnya.

Dia bergumam pada dirinya sendiri, "Sekarang, tempat apa ini?" Suaranya terdengar halus dan lembut, jauh dari nada maskulin yang biasa mengisi percakapannya.

Kegirangan itu terasa aneh, suaranya kini berubah menjadi melodi feminin yang manis, seolah ia menjadi tokoh wanita dari anime.

Berusaha keras untuk tetap berpikir positif, ia berkeyakinan bahwa ini hanyalah mimpi semata. Akan tetapi, suara lembut yang ia ciptakan saat berbicara memberikan sensasi yang benar-benar baru dan membingungkan.

Namun ia mencoba menyakinkan dirinya sendiri, berkeras bahwa situasi ini hanyalah fragmen dari sebuah mimpi, yang seharusnya memberinya kelegaan meskipun nada bicaranya sekarang ini mengingatkannya pada karakter wanita yang manis dalam cerita anime.

"Hmm... Mimpi yang aneh..." gumamnya sekali lagi, mencoba mencari ketenangan hati di tengah-tengah kabut kebingungan yang kian mengental.

Saat dia berbalik menggelengkan kepalanya dan melangkah ke luar pintu masuk, pemandangan yang dihadapinya jauh melebihi harapannya. Ketika dia melihat ke hutan, dia tak menyangka akan menyaksikan pemandangan begitu indah.

Cahaya matahari menerobos melalui daun-daun pepohonan, seraya disertai oleh riuh rendah kicauan burung.

Suara gemericik air sungai dari kejauhan terdengar jelas. Rerumputan hijau subur melingkupi lapangan kecil di sekelilingnya, menciptakan pemandangan alam yang tenang dan damai.

Namun, saat dia berbalik, tanahnya mulai berubah menjadi bukit-bukit berbatu. Bukit terbesar berdiri di sebelahnya, dengan lereng yang sedikit lebih berbatu dari yang lain.

Pintu masuk yang kasar, terbuat dari batu abu-abu, tertutupi rerumputan yang menjalar menutupi sebagian besar bukit tersebut.

Ryuu merenung sejenak. Apakah mungkin ini tempat perlindungan bawah tanah atau "bunker" yang sudah ditinggalkan lama? Namun, ternyata sudah ditumbuhi oleh alam.

Tetapi, apakah mungkin ada yang membangun "bunker" yang kurang menarik seperti ini hanya dengan batu?

Terpopuler

Comments

coco

coco

pengantar nya mantap Thor..
sastra banget, lebih tepatnya puitis...
kalo bikin novel romantis pasti👍👍

2024-04-17

0

coco

coco

respon chat author...
moga menarik kek novel author lainnya...

2024-04-17

0

矢kaguyume冬

矢kaguyume冬

mantap thor

2024-02-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!