Dia tidak bisa memahami bagaimana dia bisa menjadi wanita serangga yang mengeluarkan telur. Rasa jijik dan kebencian memenuhi pikirannya saat menyadari perubahan yang terjadi padanya.
Awalnya, perasaan setelah mengeluarkan telur tidaklah terlalu aneh baginya, karena sekarang tubuhnya telah berubah menjadi seorang wanita serangga.
Namun, kepribadiannya sebagai pria manusia membuatnya merasa panik dan penuh kebencian terhadap keadaan ini. Ia terjebak dalam tubuh serangga wanita, yang sekarang merupakan kenyataan bagi dirinya.
Plok....
Tubuhnya terjatuh ke tanah dengan keras, terbaring lemas di atas rerumputan yang tinggi. Air mata mengalir dari wajahnya yang penuh dengan keputusasaan.
"Apa-apaan ini sungguh diluar nalar! Aku baru saja terlahir sebagai serangga didunia ini, dan aku sudah mengeluarkan sebuah telur! Haiz.... Takdirku tidak terbantahkan, benar-benar sial..."
Ryuu mencoba mencubit tubuhnya dengan kuat, berharap bahwa ini hanya sebuah mimpi buruk, tetapi rasa sakit yang dirasakannya membuatnya menyerah pada kenyataan yang tak terhindarkan.
Saat ini, dia adalah manusia yang terjebak dalam tubuh Serangga Humanoid.
Dikarenakan fakta bahwa dunia ini adalah kenyataan yang harus ia terima sekarang sebagai monster serangga dengan gender wanita, Ryuu merasa terhimpit oleh keputusasaan yang melanda pikirannya. Ia merasa seperti hidupnya telah menjadi sebuah ironi yang tragis, terjebak dalam keadaan yang tak terduga.
Setelah rebahan di atas rerumputan dengan perasaan yang kacau, Ryuu akhirnya mengambil keputusan untuk menghadapi kenyataan ini dengan kepala tegak.
Ia mengambil napas panjang, mencoba menguatkan dirinya sendiri dalam keputusasaannya.
"Hidupku benar-benar absurd..." bisiknya dengan nada sedih, menggambarkan betapa sulitnya baginya untuk menerima takdir yang telah ia hadapi.
Matanya terpaku pada telur misterius yang terletak di hadapannya. Ia merasa curiga dan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Telur itu terasa keras dan hangat saat ia memegangnya dengan hati-hati.
Sejauh ini, telur itu masih belum menetas, tetapi Ryuu tidak bisa menghilangkan perasaan cemas yang menghantuinya.
Ia bergumam dengan hati-hati, "Bagaimana jika ada monster aneh keluar di dalam telur ini? Apakah mereka akan menyerangku jika menetas?" Ketakutan melanda pikirannya, namun Ryuu menyadari bahwa ia harus menghadapi semua kemungkinan yang ada.
Meskipun ukuran telur sebesar bola basket itu tampak menakutkan, Ryuu berusaha mengatasi rasa takutnya dan siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi.
Seketika itu, sebuah pemikiran tertanam di dalam pikiran Ryuu, "Mungkin akan baik-baik saja. Kan? Lagipula, aku adalah Ratu Lebah Kecil sekarang; seharusnya aku memiliki sarang. Benar, bukan?" Dia merasa yakin bahwa sebagai seorang Ratu Lebah, dia harus memiliki tempat perlindungan yang aman dan nyaman untuk kelangsungan hidupnya sebagai entitas 'monster'.
Ryuu merasa tergesa-gesa untuk mencari sarang yang cocok baginya. Malam telah tiba dengan kesungguhan yang gelap.
Dia melihat sekelilingnya, mencari tempat yang lebih terlindung daripada puncak bukit yang terbuka. Pikirannya menolak untuk membayangkan tidur di tempat terbuka, sendirian di tanah, di mana monster dapat menyergapnya sewaktu-waktu.
Dia merasa sangat lelah. Matanya mampu melihat dengan jelas dalam cahaya rendah, mungkin lebih baik dari sebelumnya saat ia masih menjadi manusia. Namun, dia tidak yakin apakah dia bisa melihat setiap monster atau bahkan hewan buas yang mungkin mengintainya.
Ryuu menyadari bahwa dia perlu beristirahat. Dia tidak bisa tetap terjaga sepanjang malam. Lingkungan sekitarnya memang berbahaya, tetapi dia harus tetap waspada. Dia menyadari bahwa jika dia tidak tidur, dia akan mengorbankan dirinya sendiri.
Tubuhnya yang lelah merasakan kelemahan yang mendalam. Dia memahami bahwa dia perlu menemukan tempat yang aman untuk beristirahat.
Meskipun perasaan kekhawatirannya masih ada, dia harus melawan rasa takutnya dan mencari tempat perlindungan.
Namun setelah menatap Telur dihadapannya itu, terdapat dorongan nalurinya yang tak bisa ia abaikan. Ia merasakan keinginan kuat untuk melindungi telurnya, meskipun ia juga menyadari bahwa melindungi dirinya sendiri adalah hal yang lebih penting pada saat ini.
"Naluri seorang ibu, ya?" desisnya dengan kekesalan.
"Ya, begitulah faktanya! Aku telah menjadi seorang ibu, bukan hanya ibu biasa. Aku adalah seorang ibu monster!" Perasaan campur aduk memenuhi hati Ryuu, sekaligus membuatnya semakin terbebani dengan peran barunya.
Dengan emosi yang tak terbendung, Ryuu berputar dan memulai langkah kembali ke dalam hutan. Ia memilih sebuah pohon yang berada dekat dengannya, sehingga ia dapat mengawasi telurnya dengan lebih baik.
Beruntung, di pinggir hutan yang dekat dengan bukit berbatu, masih terdapat pohon-pohon yang tinggi. Ryuu menemukan satu pohon yang menjanjikan. Pohon itu memiliki batang yang tebal dan beberapa cabang yang lebar di bagian atasnya.
Dengan hati-hati, Ryuu memanjat pohon tersebut. Ia berusaha membuat dirinya nyaman di antara cabang-cabang yang lebat. Pohon itu memberikan alas yang cukup lebar dan cabang-cabang yang kuat, sehingga Ryuu tidak khawatir akan patah karena beban tubuhnya.
Di atas pohon tersebut, Ryuu merasa lebih aman. Ia duduk dengan tegak, memandangi telurnya yang terletak di dekatnya.
Ryuu berpikir untuk mengikat dirinya pada batang pohon atau menggunakan tanaman merambat yang ia miliki sebelumnya, tetapi ia menyadari bahwa tanaman merambat telah hilang dalam perjalanannya.
Selain itu, tanaman merambat tersebut terlalu pendek untuk mencapai batang pohon dengan aman.
Namun, ada sebuah lubang kecil di kanopi di atasnya, memungkinkan Ryuu untuk melihat langit malam.
"Indah sekali! Kurasa didunia ini belom tercemar polusi udara.. "
Ia menatap langit dengan penuh kagum, terpesona oleh keindahan bintang-bintang yang bersinar. Sejenak, ia melupakan semua kekhawatiran dan stres yang ia alami hari ini.
Begitu ia memandangi langit, Ryuu menyadari bahwa bulan di dunia ini tampak lebih besar daripada di dunia sebelumnya. Ia mulai menyimpulkan bahwa ia mungkin tidak berada di bumi lagi, melainkan di dunia fantasi yang baru baginya.
Meskipun hal ini tidak mengganggu pikirannya secara signifikan, Ryuu mulai
mempertimbangkan kemungkinan bahwa ia telah meninggalkan dunianya sendiri.
Ryuu yakin bahwa monster seperti yang ia temui tidak ada di dunia sebelumnya. Begitu pula dengan kemampuannya untuk melihat tampilan status panel yang sesekali muncul di depan matanya.
Ia merasa perlu untuk mencari tahu lebih banyak tentang dunia ini dan bagaimana ia dapat memanfaatkan informasi yang ia peroleh dari status panel tersebut.
Dia merasakan kehangatan malam yang menyelimuti tubuhnya, tapi hatinya masih terasa dingin. Dia memandang langit yang gelap, matahari telah lama terbenam, dan bintang-bintang mulai muncul satu per satu.
"Hmm... Pasti ada manusia di suatu tempat dunia ini juga, kan? Atau setidaknya beberapa spesies yang cerdas. Mungkin elf atau kurcaci, siapa yang tahu dunia fantasi macam apa yang aku datangi?" gumamnya dalam keheningan malam.
Namun, keraguan menyelimuti pikirannya. Bagaimana jika orang-orang di dunia ini melihatnya sebagai monster? Meskipun bentuknya humanoid, tetapi tetap saja, ia terlihat seperti makhluk yang menakutkan.
Ryuu menghela nafas dalam-dalam dan mencoba mencari posisi yang lebih nyaman. Udara semakin dingin, tapi suhu masih dalam batas toleransinya. Dia membiarkan pikirannya melayang, merenung tentang nasibnya yang tak terduga.
"Apakah aku harus menjalani sisa hidupku sebagai monster serangga seperti ini?" bisiknya pada dirinya sendiri. Dia mengangkat kedua tangannya yang berwarna coklat-kehitaman, dan melihat jari-jarinya yang kecil dan dilengkapi dengan cakar yang tajam.
Ryuu tahu bahwa dia telah berubah menjadi monster humanoid yang menyeramkan.
"Huff..." Ryuu menghela nafas panjang, mencoba mendapatkan sedikit kelegaan. Setelah segudang pikiran yang membebani pikirannya, dia membutuhkan waktu untuk bersantai sejenak.
"Hah..." Dia melepaskan napas perlahan, merasakan ketegangan di tubuhnya yang perlahan mereda. Dia memutuskan untuk duduk di bawah pohon yang tinggi, mencari ketenangan dalam hutan yang gelap.
"Oke, mari kita mulai. Apa yang kuketahui tentang diriku saat ini?" gumamnya pada dirinya sendiri, mencoba merangkai potongan-potongan kebenaran yang dia sadari.
Dia menyadari bahwa dia bukan lagi manusia, tetapi sekarang menjadi monster humanoid yang disebut 'Ratu Lebih Kecil'. Itu adalah fakta yang tak terbantahkan.
Namun, Ryuu merasa bahwa ada lebih dari itu. Dia merenung dalam keheningan, mencoba mencari pemahaman lebih dalam tentang dirinya yang baru.
Namun seketika itu kobaran emosi meliputi dirinya, ia mengepal tangannya dengan keras, lalu menghantam batang pohon dengan kekuatannya, merasakan rasa sakit di tangannya, tetapi dia tidak peduli. Ini adalah cara baginya untuk mendapatkan ketenangan.
Bam!
Bam!
Bam!
Setelah merasakan pelampiasan dan meredakan kemarahan di dalam dirinya, Ryuu kembali membalikkan tubuhnya, memejamkan matanya.
Dia merasakan pohon yang keras di belakangnya, merasakan kenyamanan dalam keheningan malam.
Dia menarik napas dalam-dalam, merasa dirinya semakin rileks. Dia merengkuh tubuhnya di permukaan pohon, membiarkan pikiran-pikiran stressnya perlahan-lahan menghilang.
Dia mendengarkan suara hutan, suara angin yang berbisik, dan perlahan-lahan terlelap dalam tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Himawan Wawan
menarik
2023-12-13
1
𝑲𝒂𝒊, 𝒚𝒂𝟔𝟒❄📕
Lanjut thor semangat ya nulisnya jangan lupa di update ya.
2023-12-11
2