RATAUKA Bagian 1

Di tengah hamparan biru, kumenatap langit

Yang mulai menari, menyambut mentari terbit

Lalu kutanya pada awan-awan berarak tinggi

Akankah kupulang berperahu penuh ikan lagi?

Saat lentera fajar Sang Mahesa mulai terangkat ke angkasa, sebuah perahu layar berpenumpang tiga orang tampak naik-turun sambil melaju perlahan di antara deburan ombak, mengarungi Selat Pariung yang menghubungkan Pulau Swarnara dan Jayandra.

Tampak kedua penumpang, Sthira dan Nirya duduk berhadap-hadapan di sisi kiri dan kanan perahu. Minata si pemuda berambut biru duduk di buritan perahu, sesekali menggerakkan kemudi dengan kedua tangannya. Ia bersiul riang dan merdu, ditingkahi sayup-sayup kicauan burung-burung camar laut dari kejauhan. Sesekali, ada pula beberapa burung berbulu putih itu yang melintas, menyejukkan pemandangan sebagai tambahan angin laut sejuk yang berhembus cukup bagus ke timur.

Ya, bahkan angin dan gelombang lautpun seakan mendukung perjalanan ketiga insan ini. Mungkinkah Sang Mahesa memang mengutus mereka menjatuhkan murkanya pada Antapada?

Pemikiran itulah yang lantas membuat Nirya merasa sesak dan gelisah. Gadis itu buka suara, “Mina... eh, Sabailuha, apa yang membuatmu tertarik ikut dalam misi kami? Padahal Sthira belum banyak menerangkan padamu tentang tujuan, hasil yang diharapkan dan dampak rentetan bencana ini bagi Antapada.”

“Panggil aku Minata saja,” jawab pemuda aneh bermata dwiwarna biru-hijau itu. “Lagipula, aku tak perlu banyak alasan untuk ikut. Di manapun ada pergolakan besar, di sanalah aku muncul untuk mengacaukan keadaan. Aku suka menyaksikan dunia di sekitarku terbakar, lalu kubanjiri semua itu dengan airku.”

“Tuh ‘kan? Pikiran Minata sudah sejalan dengan kita, aku tak perlu berpanjang-lebar menerangkan ini-itu lagi,” ujar Sthira seraya mengangkat bahu serta kedua tangannya.

Nirya protes, “Tapi tetap saja dia harus tahu...”

“Aku sudah membahasnya dengan Sthira saat kau masih ketiduran tadi,” sela Minata sambil mengedipkan mata hijaunya. “Terus terang, sebagai sesama juru kunci gunung berapi aku tahu letusan Gunung Barkajang itu tak alami. Lantas aku sengaja menunggu di Kota Nurbaiti dan mencuri dengar pembicaraan tiap orang di kedai satu-satunya dekat pelabuhan itu.”

Sthira menyimpulkan, “Pantas saja dia membuntuti kita ke pelabuhan, lalu menyelamatkan kita dari keroyokan para pendekar sakti itu.”

Si gadis petualang pemula mendengarkan semua itu dengan mulut ternganga. Mau bilang apa lagi, pertarungan di dermaga kemarin malam telah melemaskan fisiknya yang jauh dari kata perkasa. Yang paling mengerikan, ia tidur di antara dua pria muda, apapun bisa terjadi saat itu. Untunglah Sthira dan Minata lebih mementingkan misi dengan memastikan kehormatan Nirya, rekan mereka yang penting ini tetap terjaga.

Menyadari hal itu, pikiran dan hati Nirya kini bagai terombang-ambing seperti perahu yang ia tumpangi ini. Sthira selalu tampak gagah dalam keadaan apapun, namun sikap diam seribu bahasanya dan sorot matanya yang selalu mengarah ke tujuan misinya seperti elang mengintai mangsa membuat pemuda Kalingga itu tampak kaku seperti patung. Seakan Sthira membangun benteng pertahanan di sekeliling hatinya, membuat dirinya seakan beku, kebal terhadap kehangatan apapun yang ingin menyelusupi relung jiwanya.

Sebaliknya, Minata selalu tersenyum tiap kali pandangan Nirya tertuju padanya. Debar jantung gadis itu jadi sedikit lebih keras, diterpa badai pesona aneh, cenderung supranatural. Pertanyaannya, apakah Minata sering menggunakan pesona dewatanya pada banyak gadis lainnya? Apakah dia sungguh tertarik, atau dia bakal hanya menjadikan Nirya salah satu “gadis taklukkan”-nya saja?

Saat Nirya membuka mulut untuk bicara dengan Minata, tiba-tiba si rambut biru menunjuk ke depan. “Nah, kita sudah hampir sampai! Itulah rumahku.”

Hampir bersamaan, Nirya dan Sthira berbalik badan. Tatapan mata Nirya lantas tertuju pada sebuah gunung yang menjulang di atas sebuah pulau di kejauhan. Hampir tak ada tumbuhan yang tumbuh di pulau itu, karena debu vulkanik yang dipancarkan tiap kali gunung ini meletus selalu terbuang ke dalam laut. Anehnya, tampak asap yang tak henti-hentinya mengepul dari mulut kawah gunung berapi itu.

“I-itu... Gunung Ratauka?” pekik Nirya.

“Ya. Ratauka mungkin adalah satu-satunya pulau yang seluruhnya adalah gunung berapi di dunia, tak cocok dijadikan rumah makhluk apapun juga,” papar Minata dengan sorot mata penuh minat. “Tapi itu tak apa buatku, selama aku bisa menyelam dan menjelajah lautan, ke manapun aku mau. Aku kemari hanya untuk lewat saja, memastikan gunung ini belum akan meletus dalam waktu dekat.”

Sthira bertanya, “Lantas bagaimana dengan asap itu?”

“Gunung Ratauka selalu aktif, magma yang dikandungnya selalu bergerak dan berletupan. Letupan-letupan cepat itulah yang keluar dalam bentuk asap lewat mulut kawah.”

Nirya dan Sthira terpana mendengarkan penuturan Minata itu. Gunung Ratauka selalu tampak tak stabil dan bisa meletus kapan saja. Namun si juru kunci berambut biru itu malah santai berkelana kemana-mana, baik lewat darat maupun laut.

Lagipula, kalaupun meletus, segala benda yang disemburkan Ratauka tak akan banyak merusak laut di sekitarnya. Ancaman nyata hanyalah asap debu vulkanik yang mungkin bakal mengganggu kehidupan di semenanjung barat Pulau Jayandra, mengingat gunung-pulau ini lebih dekat ke Jayandra daripada ke Pulau Swarnara.

Makin dekat ke Ratauka, gunung itu tampak menjulang makin tinggi, menutupi latar belakangnya. Keringat dingin mulai bercucuran di dahi Nirya. Betapa tidak, kini gadis itu merasa bagai sedang mengendap-endap, lewat dekat sesosok raksasa yang sedang tidur mendengkur. Bagaimana jika “raksasa” itu terbangun dan murka, menghujani Nirya-Sthira dengan asap panas, semburan lava dan batu-batu berapinya?

Parahnya, Nirya baru sadar bahwa mereka sedang bersama orang yang paling mampu “membangunkan raksasa tidur” itu kapan saja. Ia dan Sthira belum tahu seperti apa bentuk Sabailuha, begitu pula ukuran dan kekuatannya. Kalau sampai Minata berkhianat, tak berubah wujud atau meledakkan gunungpun, dua pendekar amat tangguhpun belum tentu menang bila bertarung di perahu atau di dalam air,

Untunglah Minata tak menunjukkan gelagat apapun. Tatapannya malah terpaku terus ke depan, ke cakrawala di kejauhan. Ia malah berseru, “Nirya, Sthira! Lihat ke sana!”

Kedua pendekar muda lantas menoleh ke arah yang ditunjuk Minata. Titik-titik yang tak terhitung jumlahnya tampak merayap dari ujung cakrawala, mendekat ke arah gunung-pulau. Lama-kelamaan, titik-titik itu terlihat makin besar, dan baru tampak jelas bentuknya.

“I-itu... armada kapal laut!” seru Sthira di puncak keterkejutannya.

Nirya menimpali, “Mereka membentuk pagar betis, seolah tengah menghadang kita!”

Sebaliknya, Minata malah bertutur datar, “Kalian perlu tahu, sebenarnya mereka bukan di sini untuk menghadang kalian.”

“A-apa maksudmu, Minata?” Sthira cepat-cepat bangkit dan menghunus goloknya. “Jangan berbelit-belit, bung! Sudah jelas mereka membentuk pagar betis!”

Si mata dwiwarna mengangkat sebelah tangannya. “Kenali dulu bendera kapal-kapal itu. Itu adalah lambang Kerajaan Jayandra. Sebelum Gunung Barkajang meletus, aku sempat memata-matai Jayandra sebagai Sabailuha. Ternyata mereka sedang melakukan persiapan untuk menyerang Swarnara secara mendadak. Bencana di Ringidatu, apalagi hingga menyebabkan Raja Tanakara tewas jadi kebetulan yang cantik bagi Jayandra. Dengan begini, mereka akan merebut Swarnara seperti mengambil gula-gula dari tangan bayi.”

Sthira dan Nirya tercengang. Tak sedikitpun mereka menyangka, aksi untuk mengakhiri perang besar antar pulau malah membuka jalan yang lebar, lurus dan bebas hambatan bagi tercapainya ambisi salah satu negeri. Misi mereka adalah menjaga negeri-negeri di Antapada tetap merdeka, tak berminat untuk saling menjajah, apalagi saling menghancurkan. Masalahnya, yang terjadi adalah yang sebaliknya.

“Karena itulah, aku sengaja membawa kalian kemari, agar kalian menyadari akibat sesungguhnya dari misi ‘penghancuran demi perdamaian’ itu.”

Sthira menggelengkan kepalanya. “Apapun akibatnya, satu-satunya jalan untuk memperbaikinya adalah dengan meneruskan misi kami ini hingga tuntas. Kau masih berminat untuk membantu kami, bukan?”

“Tentu saja,” jawab Minata mantap.

“Tapi apa yang bisa kita lakukan untuk menembus Armada Jayandra? Kita ini hanya tiga orang manusia biasa!” Kedua tangan Nirya memegangi sisi kiri-kanan pelipis kepalanya.

“Apa kalian lupa? Aku ini jauh melebihi ‘biasa’. Sthira, ambil alih kendali. Maju perlahan-lahan, aku akan membukakan jalan untuk kalian. Biar kalian saksikan sendiri kekuatan Sabailuha. Bila jalan sudah terbuka dan aku berteriak ‘maju!’, kalian teroboslah secepatnya!”

Tanpa menunggu tanggapan kedua rekannya, Minata si pemuda berambut biru terjun ke dalam laut, masih menyandang pedangnya dan berpakaian lengkap.

Melihat Minata tak kunjung keluar dari air, Nirya menjulurkan tubuhnya ke haluan perahu. Permukaan air laut yang semula hanya bergelombang kini mulai bergejolak.

Jauh di depan perahu Nirya dan Sthira, satu sosok raksasa menyeruak keluar dari permukaan laut, menyemburkan air ke segala arah. Tubuh atas makhluk itu berwujud seorang pria manusia berlengan enam. Kepalanya mirip kepala naga bercula badak, dengan rambut biru panjang terurai seperti serumpun rumput laut. Tubuh bawahnya seperti tubuh naga laut raksasa, memanjang ke ujungnya berupa sirip ikan paus.

Dengan amat lantang manusia-naga itu berseru ke arah deretan kapal layar. “Armada Jayandra! Putar haluan dan kembali ke negeri kalian kalau masih ingin pulang dengan utuh! Kalau tidak, aku, Sabailuha akan meluluh-lantakkan kalian semua tanpa ampun!”

Di haluan kapal berbendera merah yang paling besar tampillah seorang pria bertubuh amat kekar dan berpenampilan amat gagah. Usianya kira-kira tiga puluh tujuh tahun, dan ia mengenakan seperangkat zirah perang berwarna keemasan.  Rambut pendeknya yang berwarna keperakan seakan berdiri tegak menantang langit, tak senada dengan kumis-janggut hitamnya yang tercukur rapi. Warna kulitnya agak gelap, tanda ia telah banyak sekali terpapar matahari setiap hari.

“Apa-apaan ini, Sabailuha!?” Suara pria berambut perak itu menggelegar. “Bukankah kau telah bersumpah di hadapan Sang Mahesa, Sang Angkara dan Sang Srisari bahwa kau tak akan pernah ikut campur dalam pertempuran apapun di wilayahmu ini? Aku, Laksamana Begarwana dari Jayandra menuntutmu!”

“Benar, aku memang telah mengucapkan sumpah itu,” jawab Sabailuha dengan suara lebih berat, lebih membahana. “Tapi itu kulakukan karena aku menyesal telah membuat armada kedua belah pihak luluh-lantak dalam pertempuran antara Jayandra dan Swarnara dua abad yang lalu. Kini, kalian tidak sedang bertempur, bukan? Bahkan musuh kalian tak kelihatan di manapun. Kalian tahu, ini tandanya Swarnara sedang tidak siap sama sekali. Negeri Jayandra ingin mengambil kesempatan emas dalam kesempitan dan melalap Swarnara dengan mudah. Jadi aku, Sabailuha takkan membiarkan kalian melakukannya!”

Ilustrasi: Contoh kapal Armada Swarnara (dan Jayandra) - Referensi dari Kapal Lancang Kuning asal Riau.

Episodes
1 Prolog BARKAJANG
2 RINGIDATU Bagian 1
3 RINGIDATU Bagian 2
4 NURBAITI Bagian 1
5 NURBAITI Bagian 2
6 NURBAITI Bagian 3
7 RATAUKA Bagian 1
8 RATAUKA Bagian 2
9 RATAUKA Bagian 3
10 RATAUKA Bagian 4
11 WULANTRA Bagian 1
12 WULANTRA Bagian 2
13 WULANTRA Bagian 3
14 Peta, Daftar Tokoh dan Daftar Istilah
15 SRIWEDARI Bagian 1
16 SRIWEDARI Bagian 2
17 SRIWEDARI Bagian 3
18 MEGASWARI Bagian 1
19 MEGASWARI Bagian 2
20 MEGASWARI Bagian 3
21 MEGASWARI Bagian 4
22 DANURAH Bagian 1
23 DANURAH Bagian 2
24 DANURAH Bagian 3
25 DANURAH Bagian 4
26 DANURAH Bagian 5
27 IDHARMA Bagian 1
28 IDHARMA Bagian 2
29 IDHARMA Bagian 3
30 IDHARMA Bagian 4
31 IDHARMA Bagian 5
32 IDHARMA Bagian 6
33 DABONGSANG Bagian 1
34 DABONGSANG Bagian 2
35 DABONGSANG Bagian 3
36 DABONGSANG Bagian 4
37 DABONGSANG Bagian 5
38 TUBAR'E Bagian 1
39 TUBAR'E Bagian 2
40 TUBAR'E Bagian 3
41 TUBAR'E Bagian 4
42 TUBAR'E Bagian 5
43 TUBAR'E Bagian 6
44 TUBAR'E Bagian 7
45 TUBAR'E Bagian 8
46 APUKONDAO Bagian 1
47 APUKONDAO Bagian 2
48 APUKONDAO Bagian 3
49 APUKONDAO Bagian 4
50 APUKONDAO Bagian 5
51 Trivia Quiz 1!
52 YAMKORA Bagian 1
53 YAMKORA Bagian 2
54 YAMKORA Bagian 3
55 YAMKORA Bagian 4
56 YAMKORA Bagian 5
57 YAMKORA Bagian 6
58 YAMKORA Bagian 7
59 YAMKORA Bagian 8
60 WATAS Bagian 1
61 WATAS Bagian 2
62 WATAS Bagian 3
63 WATAS Bagian 4
64 WATAS Bagian 5
65 WATAS Bagian 6
66 WATAS Bagian 7
67 Trivia Quiz 2 dan Pengumuman!
68 DANTONU Bagian 1
69 DANTONU Bagian 2
70 DANTONU Bagian 3
71 DANTONU Bagian 4
72 DANTONU Bagian 5
73 DANTONU Bagian 6
74 DANTONU Bagian 7
75 DANTONU Bagian 8
76 DANTONU Bagian 9
77 HAMENTANE Bagian 1
78 HAMENTANE Bagian 2
79 HAMENTANE Bagian 3
80 HAMENTANE Bagian 4
81 MANTIKEI Bagian 1
82 MANTIKEI Bagian 2
83 MANTIKEI Bagian 3
84 MANTIKEI Bagian 4
85 MANTIKEI Bagian 5
86 MANTIKEI Bagian 6
87 MARDANI Bagian 1
88 MARDANI Bagian 2
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Prolog BARKAJANG
2
RINGIDATU Bagian 1
3
RINGIDATU Bagian 2
4
NURBAITI Bagian 1
5
NURBAITI Bagian 2
6
NURBAITI Bagian 3
7
RATAUKA Bagian 1
8
RATAUKA Bagian 2
9
RATAUKA Bagian 3
10
RATAUKA Bagian 4
11
WULANTRA Bagian 1
12
WULANTRA Bagian 2
13
WULANTRA Bagian 3
14
Peta, Daftar Tokoh dan Daftar Istilah
15
SRIWEDARI Bagian 1
16
SRIWEDARI Bagian 2
17
SRIWEDARI Bagian 3
18
MEGASWARI Bagian 1
19
MEGASWARI Bagian 2
20
MEGASWARI Bagian 3
21
MEGASWARI Bagian 4
22
DANURAH Bagian 1
23
DANURAH Bagian 2
24
DANURAH Bagian 3
25
DANURAH Bagian 4
26
DANURAH Bagian 5
27
IDHARMA Bagian 1
28
IDHARMA Bagian 2
29
IDHARMA Bagian 3
30
IDHARMA Bagian 4
31
IDHARMA Bagian 5
32
IDHARMA Bagian 6
33
DABONGSANG Bagian 1
34
DABONGSANG Bagian 2
35
DABONGSANG Bagian 3
36
DABONGSANG Bagian 4
37
DABONGSANG Bagian 5
38
TUBAR'E Bagian 1
39
TUBAR'E Bagian 2
40
TUBAR'E Bagian 3
41
TUBAR'E Bagian 4
42
TUBAR'E Bagian 5
43
TUBAR'E Bagian 6
44
TUBAR'E Bagian 7
45
TUBAR'E Bagian 8
46
APUKONDAO Bagian 1
47
APUKONDAO Bagian 2
48
APUKONDAO Bagian 3
49
APUKONDAO Bagian 4
50
APUKONDAO Bagian 5
51
Trivia Quiz 1!
52
YAMKORA Bagian 1
53
YAMKORA Bagian 2
54
YAMKORA Bagian 3
55
YAMKORA Bagian 4
56
YAMKORA Bagian 5
57
YAMKORA Bagian 6
58
YAMKORA Bagian 7
59
YAMKORA Bagian 8
60
WATAS Bagian 1
61
WATAS Bagian 2
62
WATAS Bagian 3
63
WATAS Bagian 4
64
WATAS Bagian 5
65
WATAS Bagian 6
66
WATAS Bagian 7
67
Trivia Quiz 2 dan Pengumuman!
68
DANTONU Bagian 1
69
DANTONU Bagian 2
70
DANTONU Bagian 3
71
DANTONU Bagian 4
72
DANTONU Bagian 5
73
DANTONU Bagian 6
74
DANTONU Bagian 7
75
DANTONU Bagian 8
76
DANTONU Bagian 9
77
HAMENTANE Bagian 1
78
HAMENTANE Bagian 2
79
HAMENTANE Bagian 3
80
HAMENTANE Bagian 4
81
MANTIKEI Bagian 1
82
MANTIKEI Bagian 2
83
MANTIKEI Bagian 3
84
MANTIKEI Bagian 4
85
MANTIKEI Bagian 5
86
MANTIKEI Bagian 6
87
MARDANI Bagian 1
88
MARDANI Bagian 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!