Kehilangan

Semalaman David berada di kamar kedua buah hatinya. Ia bahkan tidur disana karena tidak sanggup untuk tidur di kamarnya sendiri karena disana ada banyak kenangannya bersama Hana. Di saat suami dan kedua buah hatinya tertidur Hana hanya bisa memandangi ketiganya dengan pilu karena ia tidak bisa menyentuh mereka. Entah apa yang sedang Tuhan rencanakan padanya sehingga saat ini rohnya masih saja berada di dunia. Tapi Hana yakin jika semua itu ada alasannya meski ia tidak tahu untuk apa.

"Selama aku masih ada disini aku akan selalu berada di samping kalian semua..." ucapnya sambil mandang keluarga kecilnya sendu.

Ya... meski saat ini ia tidak dapat menyentuh mereka tapi setidaknya ia masih bisa mengawasi keluarganya dan menjaga mereka. Untuk itu mau tidak mau Hana merasa bersyukur. Tak terasa pagi hari pun tiba... Mama Alin bangun terlebih dahulu dan segera menuju ke kamar cucunya. Semalam karena kelelahan ia tertidur sangat lelap sehingga ia tidak terbangun untuk mengecek keadaan kedua cucunya itu. Saat membuka kamar kedua cucunya dapat ia lihat jika bukan hanya kedua bocah itu yang tengah tertidur tapi juga David. Mama Alin sejenak termangu. Hatinya seketika sedih saat melihat wajah-wajah sendu yang tengah tertidur itu.

Ia tahu... kehilangan Hana adalah pukulan terberat bagi David dan kedua anaknya. Bahkan mama Alin sendiri masih belum bisa mempercayai hingga saat ini jika Hana memang benar-benar telah tiada. Karena tidak tega akhirnya mama Alin membiarkan David dan kedua anak untuk tetap tertidur. Kemudia ia pun pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan dibantu para Artnya. Raven terbangun terlebih dahulu dari pada sang papa dan kakaknya Vina. Bocah itu langsung merengek mencari sang mama. Tampaknya ia lupa kejadian kemarin di pemakaman. David yang mendengar suara Raven langsung terbangun dan menenangkan sang putra. Namun bukannya tenang bocah itu malah semakin menangis histeris saat Hana tidak juga menemuinya.

"Mammaaa!" serunya kencang.

"Cup... cup... tenang sayang..." ucap David yang pusing hendak menjelaskan apa pada balita itu.

Ia hanya bisa berusaha untuk menggendong Raven dengan sebelah tangannya yang tidak terluka dan berusaha untuk membujuknya. Tangisan Raven membuat Vina terbangun juga. Gadis kecil itu mengusak matanya yang masih mengantuk dan berusaha untuk sepenuhnya terbangun. Tak lama mama Alin datang dengan tergopoh mencemaskan Raven yang suara tangisnya terdengar kencang hingga keluar kamar.

"Sini biar mama yang menenangkan Raven, Vid..." ucapnya sambil mengambil alih Raven dari gendongan David yang terlihat kuwalahan.

David pun pasrah karena ia hanya bisa menggunakan satu tangannya saat ini sehingga ia memang sangat kesusahan. Setelah dibujuk oleh mama Alin perlahan Raven menjadi tenang. Sementara Vina yang sudah benar-benar terbangun menuruti perintah David untuk mandi. Sedang David sendiri kembali ke kamarnya juga untuk membersihkan diri. Tanpa seorang pun sadari jika sedari tadi Hana tengah memperhatikan mereka dari sudut ruangan. Seharian ini semua anggota keluarga David tidak bersemangat dalam menjalani hari mereka. Kehilangan Hana sangat memukul mereka semua. Sementara itu di tempat lain Nami tengah menjalani kehidupannya sebagai ibu baru.

Ia tampak kerepotan dalam mengurus buah hatinya karena ini pertama kalinya baginya. Ditambah lagi suami dan mertuanya sama sekali tidak membantunya. Benny bahkan sering marah dan melakukan kekerasan pada Nami saat mendengar suara tangis anaknya. Meski kini Benny sudah mau bekerja membantu ayahnya untuk mengurus usaha milik orangtuanya itu tapi kebiasaan buruknya masih juga ia lakukan. Mabuk dan pergi ke tempat hiburan malam selalu ia lakukan sepulang dari tempat usaha ayahnya itu dengan alasan stres dengan tangisan putrinya setiap kali ia pulang kerja. Padahal Nami sudah berusaha untuk menjadi seorang ibu dan istri yang baik bagi putri dan suaminya. Namun semua usahanya sama sekali tidak dihargai. Bahkan uang belanja sehari-hari malah dipegang oleh ibu mertuanya.

Alhasil Nami sama sekali tidak pernah memegang uang untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Hal ini membuat Nami semakin tertekan. Apa lagi sudah tiga hari ini putri semata wayangnya demam. Ia sangat kebingungan karena tidak memiliki uang untuk memeriksakan putrinya ke bidan desa. Sebab uang tabungannya saat dulu sebelum menikah dengan Benny sudah habis. Ya... selama ini untuk memenuhi kebutuhan pribadinya Nami diam-diam menggunakan uang tabungannya itu saat ia ada kesempatan keluar rumah. Lastri hanya memberinya makan dan kebutuhan pokok lainnya untuk dirinya dan juga putrinya. Sudah dua hari Benny tidak pulang ke rumah dengan alasan ke luar kota demikian juga dengan ayah mertuanya.

Kali ini Nami memberanikan diri untuk meminta uang pada Laksmi untuk memeriksakan kondisi putrinya itu. Ia takut jika putrinya terlambat ditangani dan akan berakibat buruk sebab kondisi bayi itu yang masih rentan.

"Bu... bolehkah saya minta uang untuk memeriksakan Rani?" tanya Nami takut-takut.

"Periksa apa lagi hah? perasaan bocah itu sering sekali periksa... memang kamu itu ibu yang tidak becus Nami!" sentak Lasmi.

"Ta... tapi Rani saat ini sedang demam bu... aku takut jika terjadi apa-apa padanya..."

"Halah... cuman demam kan? ga usah dibuat heboh deh... beri saja obat penurun panas, bereskan?" sungut Lasmi jengkel.

"Tapi bu... ini sudah tiga hari, dan aku juga sudah memberinya obat turun panas..." ungkap Nami cemas.

"Udah ga usah drama... terus aja kasih obat turun panas itu nanti juga sembuh! sekarang jangan ganggu... ibu mau istirahat tadi capek pulang arisan sama ibu-ibu pejabat" sahut Lasmi enteng sambil berjalan meninggalkan Nami yang tengah pucat karena tidak berhasil mendapatkan uang.

Dengan gemetar Nami menggendong putrinya menuju ke rumah bu Rahmi untuk meminta bantuan. Sebenarnya ia sudah sangat malu karena sudah sering meminta bantuan dari wanita itu. Tapi apa mau dikata, saat ini keselamatan putrinya lah yang paling utama. Ia menekan rasa malunya demi Rani putrinya itu.

Tok... tok... tok...

"Assalamualaikum... bu... bu Rahmi!" panggil Nami sambil menggendong Rani yang semakin demam.

"Waalaikum salam... ya sebentar..." terdengar suara bu Rahmi setelah beberapa saat.

"Ya Allah Nami! apa yang terjadi nak?" seru bu Rahmi saat melihat wajah Nami yang pucat sambil menggendong Rani.

"Ra... Rani demam bu... sa... saya tidak punya uang untuk membawanya periksa..." ungkap Nami dengan derai air mata.

"Ya sudah... ayo ibu antar ke bidan desa sebelum terlambat!" seru bu Rahmi.

Ia pun segera masuk ke dalam rumah untuk mengambil dompet dan mengunci rumah. Lalu ia segera mengeluarkan motor kebanggaannya untuk membawa Nami dan Rani ke bidan desa. Selama perjalanan Nami menangis sambil melantunkan do'a agar putrinya selamat. Sementara bayi itu kini telah kejang akibat panasnya yang semakin tinggi.

"Ya Allah nak..." tangis Nami semakin deras saat menyadari jika sekarang bayinya kejang.

"Bu... bisa lebih cepat? Ra... Rani kejang!" seru Nami agar bu Rahmi bisa mendengar suaranya.

"Iya Nami!" sahut bu Rahmi tidak membantah.

Wanita itu langsung mempercepat laju motornya meski itu sulit karena motornya yang sudah tua. Tak berapa lama mereka akhirnya sampai di rumah bidan desa. Dengan cepat Nami turun dari motor dan bergegas mengetuk pintu rumah bidan desa. Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan memanggil namanya akhirnya bidan desa pun keluar dari dalam rumahnya. Saat memeriksa kondisi Rani, bidan desa sangat terkejut apa lagi ternyata bayi itu sudah demam selama tiga hari. Oleh karena itu sang bidan pun menyuruh Nami untuk langsung membawa Rani ke rumah sakit. Dengan kembali diantar oleh bu Rahmi, Nami pun langsung membawa putrinya itu ke rumah sakit dengan rujukan bidan desa.

Ditengah kegelapan malam, kedua wanita beda usia itu melaju dengan motor butut bu Rahmi membelah kesunyian. Jarak desa mereka dengan rumah sakit terdekat cukup jauh. Hal itu membuat Nami semakin cemas akan kondisi putrinya. Dan setelah berjuang selama hampir satu jam di perjalanan dengan medan yang cukup sulit akhirnya mereka pun sampai di rumah sakit. Rani pun segera dibawa ke ruang IGD untuk mendapatkan penanganan. Nami sama sekali tidak dapat menahan tangisnya saat melihat sang putri yang terus kejang saat ditangani oleh dokter. Namun ia tidak dapat berbuat apa-apa selain berdo'a untuk keselamatan Rani.

Perawat yang membantu menyuruh Nami untuk menunggu di luar ruangan agar dokter bisa melakukan tindakan. Dengan lunglai Nami pun menurut dan menunggu di depan ruang IGD dengan cemas. Bu Rahmi pun berusaha untuk menguatkan Nami sambil menggenggam tangan wanita muda itu untuk memberikan kekuatan. Bibir kedua wanita itu tak henti-hentinya berdo'a agar Rani bisa melewati masa kritisnya. Entah sudah berapa lama Nami menunggu di luar ruang IGD bersama bu Rahmi hingga akhirnya dokter yang merawat putrinya itu keluar dari ruangan IGD. Melihat dokter yang merawat putrinya keluar, Nami pun langsung mendekat bersama bu Rahmi.

"Bagaimana dok... bagaimana keadaan putri saya?" tanya Nami cemas.

Apa lagi saat ini terlihat jika wajah sang dokter terlihat tidak baik-baik saja. Membuat wanita muda itu merasakan hal buruk telah terjadi pada putrinya.

"Sebelumnya kami minta maaf bu... kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menolong adik Rani, tapi Tuhan berkehendak lain... adik Rani tidak bisa kami selamatkan..."

"Tidaak! dokter bohongkan? putri saya pasti selamat... iya kan?" racau Nami tak ingin mempercayai pendengarannya saat ini.

Sementara bu Rahmi hanya menangis sambil berusaha untuk memeluk Nami dan menenangkan wanita yang baru saja kehilangan buah hatinya itu.

"Tenanglah Nami... Rani sudah tenang dan tidak akan merasakan sakit lagi..." ucap bu Rahmi dengan tenggorokan yang tercekat.

Wanita paruh baya itu tidak bisa menahan rasa sedihnya. Ia seakan diingatkan kembali dengan kejadian bertahun-tahun yang lalu saat ia juga berada dalam posisi yang sama dengan Nami saat ini. Dimana di hari itu ia kehilangan dua orang yang paling berharga di dalam hidupnya dalam sebuah kecelakaan. Rasa sakit yang ia rasa akibat luka-lukanya karena kecelakaan itu tidak sebanding dengan rasa sakit akibat kehilangan suami dan putrinya. Melihat Nami ia seakan melihat cerminan dirinya saat itu. Oleh karena itu ia berusaha untuk mendampingi dan menguatkan Nami. Setelah melalui prosedur rumah sakit dengan bantuan bu Rahmi yang membayarkan biaya administrasi rumah sakit akhirnya Nami bisa membawa jasad putrinya untuk pulang.

Raung sirine ambulans mengejutkan warga desa saat membawa jenazah Rani ke rumah pak Lurah. Pagi yang damai seketika heboh saat warga desa melihat mobil ambulans itu lewat. Mereka penasaran akan ke mana mobil ambulans itu pergi. Dan alangkah terkejutnya mereka saat mobil itu berhenti di depan rumah pak Lurah yang berhalaman luas. Ditambah lagi Nami yang turun sendirian beberapa saat setelah mobil itu berhenti dan para petugas yang turun lebih dulu. Bu Rahmi memang tidak ikut dalam mobil ambulans karena harus membawa motornya.

Keterkejutan tidak hanya melanda para warga tapi juga pak Lurah dan istrinya. Sebab mereka yang masih terlelap langsung kaget dan terbangun akibat suara sirine ambulans yang memekakkan telinga. Dengan tergopoh-gopoh mereka keluar dari dalam rumah untuk melihat apa yang terjadi. Dan saat melihat sebuah ambulans sudah terparkir di halaman rumah mereka, keduanya langsung merasa lemas. Fikiran buruk tentang putra mereka langsung terbayang.

"Jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Benny pak..." kata Laksmi cemas.

Pak Handi tidak menanggapi perkataan istrinya itu dan langsung pergi keluar untuk memeriksa. Betapa terkejutnya ia dan Laksmi saat melihat Nami yang baru saja turun dari dalam mobil ambulans dan melihat seorang perawat laki-laki yang membawa sesuatu di dalam gendongannya yang terbungkus kain putih.

"Ada apa ini Nami?" tanya pak Handi pada menantunya itu.

"Rani meninggal pak Lurah..." jawab bu Rahmi yang sudah berada disamping Nami.

Sementara wanita itu sendiri hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan ayah mertuanya itu. Tampak sekali wajah sebab dan pucat Nami karena terus-terusan menangis sejak dari rumah sakit.

Terpopuler

Comments

Cliks Zuan

Cliks Zuan

Boom/Bomb/

2024-01-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!