Kecelakaan

Bidan desa yang melihat jika wajah Nami sudah pucat langsung ikut memapah Nami ke ruang persalinan. Setelah meletakkan Nami di tempat tidur bidan desa pun segera memeriksa keadaan Nami. Sementara bu Rahmi kembali keluar untuk mengambil tas milik Nami.

"Pembukaannya sudah sempurna ya bu... jadi saya akan mempersiapkan untuk memulai prosedur persalinan..." ucap sang bidan.

"Apa ibu ingin didampingi suami atau keluarga?" tanya sang bidan karena ia tahu jika Nami menantu pak Lurah.

"Nami tadi sendirian di rumah bu bidan... kedua mertuanya sedang keluar kota karena sedang melayat begitu juga dengan suaminya yang baru tadi sore keluar kota karena pekerjaan..." terang bu Rahmi yang sudah kembali masuk ke ruang bersalin sambil membawa tas Nami.

Tentu saja alasan yang dikatakan oleh bu Rahmi itu sepenuhnya bohong. Sebab kedua mertua Nami saat ini sedang ada di rumah dan tengah tertidur nyenyak. Sedangkan Benny... pria itu saat ini pasti tengah mabuk di tempat hiburan malam. Bu Rahmi mengatakan hal itu karena tidak ingin dianggap menyebarkan aib dan memfitnah keluarga pak Lurah. Terlebih Nami juga nanti yang akan menjadi korban pelampiasan kemarahan mereka. Kedua netra Nami tampak berkaca-kaca saat mendengar perkataan bu Rahmi. Ia tahu jika wanita paruh baya itu tengah melindunginya. Bidan desa itu tidak lagi bertanya dan mulai membantu proses persalinan Nami.

Selama proses itu bu Rahmi sama sekali tidak pernah meninggalkan Nami. Dia juga selalu memberikan semangat agar Nami kuat untuk melahirkan anak pertamanya itu. Dan setelah 30 menit berjuang akhirnya lahirlah putri pertama Nami. Bayi merah itu lahir sehat dengan tangisan yang sangat keras. Membuat Nami merasa bahagia dan lega meski ia kehabisan tenaga. Begitu juga bu Rahmi, ia sangat bersyukur Nami dapat melalui proses persalinannya dengan selamat. Setelah proses persalinan selesai, bu Rahmi pun berinisiatif untuk menghubungi Lasmi ibu Benny. Karena ia hanya memiliki nomer ponsel wanita itu saja. Lasmi yang mendengar Nami yang sudah melahirkan sangat terkejut pasalnya ia takut jika aib keluarganya yang mengusir Nami ke gudang belakang diketahui oleh warga.

Alih-alih merasa senang dan berterima kasih karena mendengar kabar kelahiran cucu pertamanya, Lasmi malah langsung mengancam bu Rahmi agar tidak berbicara yang tidak-tidak karena membiarkan Nami menjalani proses persalinannya sendirian. Tak ingin menambah masalah, bu Rahmi pun menurut. Setelah menutup ponselnya Lasmi pun membangunkan suaminya dan kelahiran cucu mereka. Dan karena sibuk mengancam bu Rahmi, Lasmi sampai lupa menanyakan jenis kelamin cucu pertamanya itu.

"Cepat telfon Benny dan suruh dia menyusul ke rumah bidan desa!" titah pak Handi saat keduanya dalam perjalanan menuju ke rumah bidan desa.

Lasmi pun langsung menuruti perintah suaminya. Namun sampai tiga kali panggilan Benny tidak juga mengangkatnya. Dengan kesal Lasmi pun menghubungi Parjo pemuda luntang lantung yang selalu berkeliaran bersama Benny. Dan benar saja tak lama setelah panggilan ke dua akhirnya Parjo pun menjawab. Dan ternyata dia memang sedang bersama Benny di sebuah kafe remang-remang yang ada di desa sebelah. Lasmi pun menyuruh Parjo agar memberitahu Benny bahwa istrinya sudah melahirkan.

Tak lama Lasmi dan pak Handi pun sampai di rumah bidan desa. Di sana keduanya mendapati Nami yang sedang menyusui anaknya. Tak pelak wajah bahagia tampak dari kedua orang itu karena sudah mendapatkan seorang cucu. Meski agak kecewa karena yang lahir adalah cucu perempuan. Satu jam setelah kedatangan kedua orangtuanya, Benny akhirnya datang bersama Parjo. Sama seperti kedua orangtuanya, Benny pun terlihat bahagia melihat putrinya telah lahir. Dan setelah berbulan-bulan, Benny kembali berlaku lembut pada Nami.

Di tempat lain...

Hana dan David berencana untuk pergi liburan bersama kedua orangtua David dan kedua anak mereka. Apa lagi ini bertepatan dengan anniversary pernikahan papa Bima dan mama Alin. Biasanya keduanya merayakan anniversary pernikahan mereka dengan makan malam bersama dengan anggota keluarga di restoran. Namun kali ini David mengajak kedua orangtuanya bersama keluarga kecilnya untuk merayakannya di villa sekaligus liburan bersama sebab bertepatan dengan libur sekolah Vina. Hal ini tentu saja membuat papa Bima dan mama Alin langsung menyetujuinya. Apa lagi ini liburan pertama mereka sejak kelahiran Revan. Karena mereka akan berlibur di villa keluarga, tak banyak yang mereka persiapkan.

Vina sejak awal sudah sangat antusias sebab gadis kecil itu sudah pernah dibawa ke sana sehingga ia memiliki tempat favorit untuk berkunjung. Keseruan dan kebahagiaan menghiasi keluarga itu selama mereka berlibur disana. Dan setelah tiga hari mereka pun kembali pulang. Di dalam perjalanan tak henti-hentinya Vina berceloteh dengan sang adik yang masih belum bisa bicara. Meski begitu sepertinya Vina bisa memahami bahasa bayi sang adik. Hal ini tentu saja membuat semua orang dewasa terkekeh sekaligus takjub dengan kedekatan kakak beradik itu yang bisa saling memahami meski dengan bahasa yang berbeda.

Liburan kali ini David dan papa Bima memutuskan untuk menggunakan satu mobil dan tidak membawa sopir keluarga. Mereka benar-benar ingin menghabiskan waktu bersama sehingga papa Bima rela saling bergantian untuk menyetir. Setelah satu jam papa Bima menyetir, kini giliran David yang menggantikannya. Saat ini mereka sudah berada di pertengahan jalan pulang. Karena perkiraan waktu tempuh dari villa ke rumah kurang lebih dua jam. Tidak diduga cuaca yang sedari pagi cerah mendadak mendung ketika David mengemudikan mobilnya sampai di perbatasan kota. Para wanita dan anak-anak sudah tertidur di kursi belakang. Sementara papa Bima duduk di samping David yang tengah mengemudi.

"Papa kalau capek tidur aja..." tawar David yang melihat wajah lelah sang papa.

"Ga Vid... nanti kamu ngantuk kalau nyetir sendiri" tolah papa Bima.

"Ga pa... lagi pula sebentar lagi kita sampai di rest area jadi aku bisa beli kopi buat jaga-jaga..."

"Kalau begitu baiklah... tapi kamu hati-hati ya... jangan ngebut kita udah mau pulang jadi ga usah buru-buru..." ucap papa Bima akhirnya yang memang entah mengapa sangat merasa mengantuk.

"Iya pa..." sahut David singkat.

Tak lama papa Bima benar-benar tertidur. Dan David berkonsentrasi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat mereka hampir sampai di sebuah rest area tiba-tiba saja dari arah belakang mobil yang ditumpangi oleh David dan keluarga ditabrak dengan sangat kencang. Suasana jalan tol yang lengang membuat hal itu sangat mengejutkan David. Ia langsung berusaha untuk mengendalikan mobilnya. Sementara para penumpang lain langsung terbangun. Bahkan Revan langsung menangis karena terkejut. Vina tampak linglung dalam dekapan omanya. Sedang Hana berusaha menenangkan Revan.

"Ada apa Vid?" tanya papa Bima kaget.

"Entah pa... tiba-tiba mobil dibelakang menabrak kita..." belum sempat David melanjutkan ucapannya tiba-tiba mobil mereka kembali ditabrak dari belakang.

"Astaga!" seru mama Alin sambil memeluk Vina cucunya.

"Ada yang ingin mencelakai kita..." ucap papa Bima menyadari jika mobil dibelakang mereka sengaja menabrak mereka.

Lagi... mobil dibelakang mereka yang merupakan sebuah truk barang menabrak mereka. Kali ini tabrakannya lebih keras hingga membuat mobil yang dikemudikan oleh David terguling dan jatuh dengan posisi terbalik miring ditengah jalan. Menyadari jika mereka tidak akan dibiarkan lolos begitu saja, David dan papa Bima berusaha untuk keluar dari dalam mobil sebelum mobil penabrak mereka kembali melakukan aksinya. Keduanya juga berusaha untuk mengeluarkan mama Alin, Vina, Hana dan juga Revan. Untung mama Alin dan Vina bisa keluar dengan mudah. Namun tidak dengan Hana dan Revan. Sebab ternyata kaki Hana terjepit kursi pengemudi yang berada di depannya. Wanita itu juga terluka dikepala karena tadi saat mobil terguling kepalanya terbentur atap mobil saat melindungi Revan dalam pelukannya.

Apa lagi posisi mobil yang miring membuat tubuh Hana semakin terjepit. David berusaha meraih Revan terlebih dahulu agar ia bisa meraih tubuh istrinya. Begitu Revan bisa keluar dari dalam mobil tiba-tiba mobil penabrak kembali menghantam mobil yang masih berisi Hana. Papa Bima hanya sempat meraih tubuh David yang sedang menggendong Revan agar tidak ikut tersambar truk. Dan kali ini truk penabrak itu terus melaju pergi seiring dengan terlihatnya beberapa mobil yang hendak melintas. Mobil-mobil yang baru datang pun berhenti saat melihat mobil yang ringsek ditengah jalan. Mereka segera memberikan pertolongan dengan mengeluarkan Hana dari dalam mobil.

Setelahnya mereka mengantarkan David dan yang lainnya ke rumah sakit. Mereka terpaksa dibawa dengan mobil yang berbeda karena tidak mungkin menunggu ambulans. Papa Bima dan mama Alin menjaga Vina dan Revan yang sedari tadi menangis dan mencari mama mereka. Sementara David bersama istrinya. Ia tak menyangka jika liburan mereka berakhir tragedi. Di rumah sakit Hana langsung mendapatkan perawatan begitu juga dengan David yang ternyata juga mendapatkan luka di kepala dan juga lengannya. Bahkan pria itu mengalami retak pada tulang lenganya namun sedari tadi ia tidak merasakan sakitnya.

Sementara papa Bima dan yang lainnya hanya mendapatkan luka ringan. Hana yang mendapatkan luka paling parah langsung dibawa ke ruang operasi karena ternyata luka di kepalanya cukup parah. David tampak lemas di depan ruang operasi dengan lengan di gips dan mengenakan arm sling. Dua jam operasi yang dijalankan oleh dokter untuk menyelamatkan nyawa Hana. Namun sayang, wanita itu tidak dapat bertahan hingga dokter mengumumkan waktu kematiannya.

Dunia David langsung runtuh saat dokter mengatakan jika Hana tidak dapat diselamatkan. Papa Bima langsung memeluk putranya demi memberikan kekuatan. Sedang mama Alin hanya bisa menangis lirih disamping brangkar tempat kedua cucunya berbaring. Ya... Vina dan Revan memang ditempatkan di ruang rawat inap meski mereka hanya terluka kecil. Sebab para orangtua tidak bisa membawa mereka berdua kembali ke rumah saat Hana tengah dioperasi. Rasanya mama Alin ingin pingsan jika tidak mengingat kedua cucunya itu. Hana memang menantunya, tapi wanita itu sudah seperti putri kandungnya sendiri selama ini.

Di sisi lain...

Hana mengerjapkan matanya perlahan... ia merasakan dirinya begitu ringan hingga seakan tubuhnya mudah melayang ditiup angin. Sesaat ia mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi. Ia ingat jika tadi mobil yang ditumpanginya bersama keluarganya ditabrak dengan brutal oleh seseorang.

"Mas David... Vina... Revan... Papa... Mama..." disebutnya satu persatu orang-orang yang paling disayanginya itu.

Kecemasan langsung melandanya. Bagaimana nasib orang-orang yang ia sayangi itu sekarang? batinnya cemas. Ia pun berusaha untuk bangun dari tidurnya. Ia cukup terkejut saat menyadari jika saat ini ia berada di sebuah ruangan kosong. Tunggu... tidak... tidak sepenuhnya kosong... karena ia baru menyadari jika disebelahnya ada brangkar-brangkar lain yang berjejer berisi pasien. Pasien? jika pasien kenapa mereka tidak diberi sekat seperti pada ruang perawatan biasa? Lagi pula kenapa ia bisa berada di ruang perawatan biasa sedang suaminya orang berada?

Hana menjadi semakin bingung dan takut saat melihat pasien-pasien yang berada disampingnya tertutup kain putih. Bukan sebatas dada atau separuh badan... tapi seluruhnya. Hingga ia tidak bisa melihat wajah-wajah mereka.

Deg!

"Ini..." batin Hana sambil menggelengkan kepalanya menolak percaya.

Hana mengucek matanya dan mencoba untuk melihat apa yang ada dihadapannya itu mimpi semata, tapi apa yang dilihatnya benar-benar nyata.

"Tidak... ini bukan kamar mayatkan?" batinnya lagi monolog.

Tapi sekuat apa pun ia menyangkal akhirnya harus dipatahkan kenyataan karena tak lama ia melihat dua orang perawat datang sambil berbincang seolah tak melihat Hana disana.

"Kasihan ya mayat korban kecelakaan tadi... padahal anaknya masih kecil-kecil..." ucap salah satu perawat.

"Iya... kabarnya mereka baru pulang liburan..." sambung yang lain.

Hana tak lagi bisa mendengar kelanjutan dari perbincangan keduanya karena kini dirinya tengah mengira-ngira siapa yang mereka bicarakan barusan. Hana semakin terkejut saat salah satu perawat membuka kain penutup salah satu mayat.

Deg!

"Tidaak!" seru Hana.

Ia pun langsung menangis sejadi-jadinya saat melihat wajah pucat diatas brangkar yang merupakan wajahnya sendiri.

"Tidaak! aku belum mau mati... aku tidak boleh mati Tuhan..." raungnya tanpa ada yang bisa mendengarnya.

Hana menangis tergugu saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri tubuhnya yang penuh luka tengah dibersihkan.

"Tidak... Vina... Revan... mas David..." serunya sambil terus menangis.

Tak lama ia melihat tubuhnya dibawa keluar ruangan oleh perawat. Hana pun langsung berlari dan mengikuti mereka. Sampai di depan ruangan ia melihat David suaminya yang terluka di dahinya dan mengenakan arm sling sedang menangis tersedu disamping jasadnya. Disana juga ada papa Bima yang berusaha untuk menguatkan David.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!