Daniel pun segera melangkah menuju ke tempat tidur.
“Kapan mulai merasa pusing?” tanya Daniel sambil duduk di tepi tempat tidur sambil menyiapkan alat alat medisnya.
“Sebenarnya sejak sebelum Kak Dan pulang, tapi karena ingin tetap menemani Kak Dan makan aku tahan pusing nya, tapi setelah Kak Dan pusing nya semakin parah aku ga kuat.” Ucap Miranda dengan suara lirih.
“Aku periksa tensi kamu.” Ucap Daniel sambil meraih lengan Miranda untuk dipasang sabuk. Miranda pun memberikan dengan senang hati lengannya bahkan dia menarik lengan baju hingga terlalu tinggi pangkal lengan dan ketek mulus nya sudah terpampang jelas.
Daniel mengusap wajahnya dengan kasar dengan satu telapak tangannya. Efek obat perangsang yang dia minum sudah mulai bereaksi.
“AC kamar ini mati apa?” tanya Daniel yang belum curiga dia sudah minum obat perangsang.
Sambil menahan rasa tidak karuan Daniel masih mencoba mengukur tekanan darah Miranda.
“Normal.” Gumam Daniel. Daniel lalu mengambil stetoskop. Melihat hal itu Miranda semakin senang dengan cepat dia membuka kancing baju bagian depannya. Miranda yang sudah sengaja tidak memakai braa itu dua bukitnya segera tampak menjulang.
“Maaf Kak, aku kalau sedang pusing dan kalau mau tidur lepas braa..” ucap Miranda malah sambil semakin membusungkan dadanya.
Daniel tidak bisa berkata kata hanya bisa menelan saliva nya. Dia pun sudah tidak bisa lagi berkonsentrasi memeriksa dengan stetoskopnya. Miranda yang sudah paham tidak membuang buang kesempatan jari jari mulusnya membelai tangan kekar Daniel. Dan dia arahkan telapak tangan Daniel agar menjamah bukit kembar nya yang sudah meronta ronta minta dijamah.
Tangan Daniel masih saja diam memegang stetokopnya yang berada di atas dada Miranda. Tubuh Daniel semakin terasa panas dan nafas dia sudah mulai memburu. Rasanya ingin melepas semua baju dan menerkam perempuan di depannya itu, akan tetapi masih ada sebagian otaknya yang sadar dan dia menahan dirinya.
“Hmm dia belum berpengalaman meskipun sudah diberi obat perangsang masih saja pasif... Atau memang dia tak punya gairah pada perempuan, apa dosis obat kurang..” gumam Miranda dalam hati lalu tangan dia terulur memeluk leher Daniel dan mengarahkan kepala Daniel agar mendekat pada wajahnya dan Miranda terus berusaha agar wajah Daniel berada di atas dadanya yang sudah dia busungkan tinggi tinggi, rasa rasanya dua bukit kembarnya itu begitu ingin dilumat oleh Daniel.
“Hah.. !” teriak Daniel dan berusaha menarik kepalanya.
“Aku rasa kamu tidak sakit!” teriak Daniel lagi lalu segera melangkah pergi meninggalkan kamar tamu itu.
“Kurang ajar.” Gumam Daniel sambil terus melangkah dengan cepat menuju ke ruang kerjanya.
“Mungkin dia sudah memberi aku obat di air minimum tadi.” Gumam Daniel sambil mencari cari obat penawar.
Daniel segera minum obat penawar dan minum air mineral sebanyak banyak. Dan tiba tiba pintu ruang kerja terbuka dan muncul sosok Miranda.
“Kak aku benar benar pusing.” Ucap Miranda yang di tangannya membawa alat medis Daniel yang tadi dia tinggalkan begitu saja.
“Hmm air apa yang kamu berikan aku tadi?” tanya Daniel sambil menatap tajam wajah Miranda.
“Air mineral.” Jawab Miranda sambil menunduk tidak berani menatap wajah Daniel.
“Kamu beri obat perangsang menambah gairah.” Ucap Daniel dengan nada tinggi
“Tidak Kak, itu tidak mungkin.” Ucap Miranda berkilah.
“Jangan bohong, aku bisa melakukan test .” Ucap Daniel masih dengan nada tinggi.
“Kamu akan menjebakku agar aku mengakui bayi yang kamu kandung itu.” Ucap Daniel lagi sambil menatap perut datar Miranda.
“Kak Dan menfitnah aku hiks hiks hiks..” ucap Miranda dan mulai berakting terisak isak menangis.
“Tidak usah bersandiwara. Aku punya bukti kuat jika kamu saat ini sudah hamil dengan laki laki lain. Aku tahu kamu periksa di klinik mana.” Ucap Daniel lagi.
“Hiks.. Hiks... Hiks.” Suara isakan tangis Miranda semakin menjadi jadi.
“Aku akan membatalkan pernikahan kita.” Ucap Daniel dengan mantap
“Kak maafkan aku, aku tidak mencintai laki laki itu. Aku dipaksa oleh laki laki itu aku akan menggugurkan bayi ini tapi klinik itu menolak hiks hiks hiks..” ucap Miranda bohong.
“Please Kak jangan batalkan pernikahan kita Hiks.. Hiks.. “ ucap Miranda yang kini terduduk di lantai karena lemas tidak menyangka rencananya gagal total bahkan Daniel sudah mengetahui kehamilannya.
“Tidak bisa aku harus tetap membatalkan.” Ucap Daniel sambil melangkahkan kaki.
“Hiks.. Hiks.. tapi tolong ya Kak jangan bilang bilang kalau aku sudah hamil hiks.. Hiks.. “ ucap Miranda sambil menangis terisak isak bahkan dia bersimpuh di kaki Daniel.
“Hmm .. sekarang pergi dari sini! Atau aku akan tunjukkan bukti kehamilan kamu pada Mama!” perintah Daniel dan Daniel melangkah menuju ke kamarnya.
Miranda bangkit berdiri dan segera lari dari ruang kerja Daniel dan segera menuju ke kamar untuk meringkasi barang barangnya dan dia segera pulang.
Nyonya Frederick yang melihat Miranda pulang segera berlari menuju ke kamar Daniel.
“Daaaannn, apa yang sudah terjadi kenapa tiba tiba Miranda pulang malam malam sementara dia dalam kondisi sakit.” Ucap Nyonya Frederick yang mendatangi Daniel di kamarnya.
“Bagaimana kalau ada apa apa di jalan. Kita yang harus bertanggung jawab.” Ucap Nyonya Frederick lagi.
“Kita tidak cocok Ma, dan batalkan pernikahan itu!” ucap Daniel lalu menutup pintu kamar rapat rapat.
“Belum apa apa kok tidak cocok.” Ucap Nyonya Frederick yang masih berdiri di depan pintu.
“Apa jangan jangan yang dibilang orang orang itu benar apa ya, Daniel tidak suka pada perempuan.” Gumam Nyonya Frederick dalam hati.
“Hah! Pusing aku! Teriak Nyonya Frederick selanjutnya.
"Dannn buka pintunya!" teriak Nyonya Frederick sambil mengetiuk ngetuk pintu kamar Daniel. Namun pintu kamar itu tetap tertutup rapat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments