Sementara itu di Mansion Frederick. Miranda dan kedua orang tuanya sudah pulang. Pertemuan itu sudah didapat suatu kesepakatan jika pernikahan Miranda dan Daniel akan diadakan tiga bulan lagi. Akan tetapi satu bulan lagi akan diadakan acara lamaran.
“Sudah Dan, kamu itu harusnya bersyukur mendapat jodoh Miranda. Sudah cantik, pintar, kaya punya bisnis sendiri dan usia sudah matang dua puluh delapan tahun, pas itu habis menikah langsung program hamil.” Ucap Nyonya Frederick dengan penuh semangat.
“Biar orang orang yang menuduh kamu laki laki tidak normal itu terdiam. Sudahlah yakin pasti lama lama kamu juga akan cinta. Cinta akan tumbuh kalau sering bersama. Tresno jalaran soko kulino kalau orang Jawa bilang.” Ucap Nyonya Frederick lagi. Sedangkan Daniel hanya diam saja.
“Kamu segera siapkan acara lamaran untuk satu bulan lagi. Pesan segala yang dibutuhkan untuk srah srahan. Jangan sampai memalukan keluarga Frederick kamu anak satu satu nya keluarga Frederick.” Ucap Tuan Frederick sambil menatap Daniel yang duduk sambil mengusap usap layar hand phone miliknya.
“Habis itu persiapan untuk acara pernikahan, buat acara pernikahan semeriah mungkin sebaik mungkin, sehebat mungkin.” Ucap Nyonya Frederick masih dengan penuh semangat yang berapi api.
“Mama dan Papa saja yang menyiapkan semuanya.” Ucap Daniel santai.
Daniel yang sebenarnya tidak menyukai Miranda itu akhirnya dengan malas bangkit berdiri dan berjalan menuju ke kamarnya.
“Hmmm semua demi nama keluarga dan demi Bebby agar tetap bisa tinggal di sini. Aku tidak bisa hidup tanpa bocah itu.” Gumam Daniel sambil tersenyum membayangkan betapa hidup dia lebih berwarna semenjak dia membawa Bebby masuk ke dalam Mansion ini.
“Baiklah biar aku yang mengalah demi keluarga.” Ucap Daniel selanjutnya sambil masuk ke dalam kamar nya.
“Hmm tapi kenapa sejak tadi aku tidak melihat Bebby ya..” gumam Daniel setelah sadar sejak tadi tidak melihat sosok Bebby.
“Ahh pasti itu anak ngambek sembunyi di kamarnya.” Gumam Daniel lalu keluar dari kamarnya menuju ke kamar Bebby yang tidak jauh letaknya dari kamarnya.
Sesaat kemudian Daniel yang sudah berada di depan kamar Bebby segera membuka pintu kamar Bebby.
“Beb...” ucap Daniel saat tidak melihat sosok Bebby di kamar .
“Beb, kamu di mana?” teriak Daniel sambil berjalan menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar Bebby.
TOK TOK TOK
“Beb.” Teriak Daniel akan tetapi tidak ada suara sautan dari Bebby. Daniel pun segera membuka pintu kamar mandi. Saat dilihat tidak ada Bebby di dalam kamar mandi Daniel segera melangkah menuju ke tempat pesawat telepon yang ada di dalam kamar Bebby.
“Kok tidak diterima.” Gumam Daniel saat menghubungi nomor hand phone milik Bebby.
Daniel segera melangkah keluar dari Mansion dan berjalan dengan cepat menuju ke garasi mobilnya.
“Ke mana anak itu pergi? Pasti ke rumah Reta atau ke kost Eliza.” Gumam Daniel dalam hati, sambil terus melajukan mobilnya.
Daniel melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju ke rumah Reta. Akan tetapi dia mengalami kekecewaan karena tidak mendapatkan Bebby di sana.
“Masih ada harapan di kost Eliza.” Gumam Daniel dalam hati lagi.
Daniel pun melanjutkan pencariannya menuju ke kost Eliza. Dan Daniel tersenyum saat melihat mobil milik Bebby parkir di halaman kost.
Daniel yang sudah tahu kamar Eliza pun segera melangkah menuju ke kamar Eliza. Beberapa mahasiswi penghuni kost yang berada di luar kamar menatap kagum sosok Daniel.
TOK TOK TOK
Daniel mengetuk ngetuk pintu kamar Eliza. Dan tidak lama kemudian pintu itu terbuka muncul sosok Eliza. Daniel melonggokkan kepalanya ke dalam kamar dan dia tersenyum senang dan lega hatinya saat melihat sosok Bebby di dalam kamar Eliza.
“Kamu itu bikin khawatir Papa saja.” Ucap Daniel sambil melangkah masuk ke dalam kamar lalu duduk di samping Bebby sambil memeluk tubuh Bebby dari samping.
“Om Daniel itu memang keren, tampan, ganteng. Dokter lagi. Tapi mosok mau menikah sama anaknya sendiri. Dari pada sama Bebby anak Om sendiri, mending sama Eliza, Om. Eliza mau kok punya sugar daddy macam Om Dan he... he... he..” ucap Eliza sambil tertawa kecil.
“Tidak boleh Eliza... Kamu juga gila!” teriak Bebby sambil cemberut dan memeluk tubuh sang Papa dari samping dengan posesif.
“Kalian berdua memang gila.” Ucap Daniel sambil memencet hidung mancung Bebby.
“Gini nich Beb, Papa akan menikah dengan Miranda itu demi kebaikan kita bersama. Papa yang sudah hampir empat puluh tahun belum memiliki istri menjadi omongan orang. Oma dan Opa jadi pusing tensi naik terus.” Ucap Daniel selanjutnya dengan nada serius.
“Dan lebih dari pada itu, demi kamu Beb, agar kita tetap bersama, jika Papa tidak mau menerima perjodohan dengan perempuan pilihan Oma dan Opa. Kita akan dipisahkan kamu akan dikirim ke suatu tempat..” ucap Daniel selanjutnya.
“Hiks.. hiks... hiks.. aku mau dikirim ke mana Pa? Ke panti ya Pa? Oma kalau marah pasti mengancam aku mau dikirim ke panti. Hiks.. hiks...” ucap Bebby sambil menangis tersedu sedu. Sejak dia masih kecil selalu dirakit takuti oleh Nyonya Frederick jika Bebby nakal dan malas dikirim ke panti asuhan yang banyak pekerjaan dan diberi sedikit makanan.
“Sepertinya lebih dari pada itu dech Beb. Kamu akan dikirim ke rumah sakit jiwa.” Gumam lirih Eliza yang didengar oleh Bebby.
“Sama kamu!” teriak Bebby sambil melotot ke arah Eliza.
“Ayo sekarang kita pulang. Papa sedih merasa sepi kalau tidak ada kamu.” Ucap Daniel sambil mengusap usap puncak kepala Bebby.
“Kamu ikut di mobil Papa saja, biar mobil kamu diambil sopir nanti.” Ucap Daniel lagi.
“Pa. Tapi aku minta syarat.” Ucap Bebby dengan serius sambil menatap Daniel.
“Apa?” tanya Daniel dan Eliza secara bersamaan.
“Papa nikahnya dengan perempuan itu setelah aku lulus kuliah ya..” ucap Bebby sambil tersenyum manis
“Hah?” suara Daniel dan Eliza secara bersamaan.
Di saat Daniel dan Eliza masih terbelalak kaget dengan syarat yang diajukan oleh Bebby. Terdengar suara dering hand phone di saku kemeja Daniel. Daniel pun segera mengambil hand phone miliknya.
“Itu pasti akal akal kamu Beb, kamu pasti akan dilama lamain lulusnya, dan bisa bisa jadi mahasiswi abadi.” Bisik lirih Eliza pada Bebby, di saat Daniel sedang melihat layar hand phone miliknya.
Tampak kening Daniel mengerut melihat layar hand phone miliknya.
“Kenapa Pa? Siapa yang menelepon?” tanya Bebby yang melihat ekspresi wajah Sang Papa saat melihat layar hand phone milik nya.
“Entahlah nomor asing.” Gumam Daniel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments