Tanpa Kepastian

"Tak akan ada cinta yang lainnn, ku pastikan cintaku hanya untukmu huoooo", Nathan bernyanyi dengan suara merdunya jangan lupakan dengan senyuman yang terus tersungging di wajah tampannya, ia terus menolehkan wajahnya ke samping wanita cantik yang saat ini duduk manis di sampingnya, ia tak henti mengecup lembut punggung tangan sang pujaan hati.

Mendapatkan perlakuan seperti itu dari sang kekasih hati membuat Kirana tersipu malu, sama halnya dengan Nathan gadis itu juga tidak bisa berhenti memancarkan senyuman bahagia dari wajahnya, sungguh dia merasa sebagai wanita yang paling bahagia saat ini

Akhirnya mobil yang dikendarai Nathan telah sampai di depan gerbang kos Kirana, lelaki itu keluar duluan dan membukakan pintu untuk Kirana, Kirana turun dari mobil dan langsung memeluk erat tubuh Nathan

"Terimakasih untuk malam ini Nathan, sungguh aku sangat bahagia karena kamu mau menyempatkan waktumu datang kemari menemuiku", ujar Nathan bahagia karena di tengah kesibukannya Nathan masih menjadikan dia prioritas utama

Nathan tersipu dengan ucapan sang kekasih, ia lalu mengusap lembut pucuk kepala sang kekasih tidak lupa juga memberikan kecupan di kening Kirana

"Sama sama sayang, kebahagiaanmu adalah segalanya bagiku, jika itu untuk senyummu maka aku bersedia mengorbankan seisi dunia ini Ana", ujar Nathan sambil menatap Kirana dengan penuh cinta

Kirana lalu memutuskan untuk pamit masuk ke dalam karena hari sudah semakin larut,Nathan tidak langsung masuk ke dalam mobil ia tetap menunggui hingga Kirana masuk ke dalam, sebelum Kirana melangkahkan kedua kakinya kedalam Nathan lalu lebih dulu berpesan

"Ana, jangan lupa besok pagi aku akan menjemputmu, berangkatlah lebih awal besok aku ingin mengajakmu sarapan dulu", pesan Nathan

"Siap Pak Bos!", jawab Kirana sambil memberikan kedua jempolnya pada Nathan

Ia lalu segera berlari masuk ke dalam kost an, begitu Kirana sudah tidak terlihat lagi Nathan segera masuk ke dalam mobil ia dengan segera menyalakan mesin mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang

*************

Keesokan harinya Nathan sudah bangun lebih awal,pemuda itu langsung mengecek ponselnya lalu dengan cepat ia mencari kontak Kirana dan menelponnya,cukup lama hingga akhirnya Kirana menjawab panggilan dari Nathan

"Halo,Dengan Kirana Daneswari disini", sahut Kirana di seberang dengan suara khas orang yang baru bangun tidur

"Ana! Ini aku Nathan,bangunlah ini sudah jam 5 pagi lekaslah bangun dan bergegas untuk sholat shubuh dulu", ujar Nathan

"Oh kamu Nath? Hem baiklah aku akan bangun sekarang,aku matikan dulu yaa", sahut Kirana

Nathan lalu mematikan telponnya ia tersenyum gemas menatap layar ponselnya

"Dasar Ana kalau tidak aku telpon dia pasti akan terlambat sholat shubuh", ucap Nathan masih dengan menatap lekat wallpaper ponselnya yang merupakan foto dirinya bersama Kirana

Yaa begitulah seorang Nathan,meskipun ia dan Kirana berbeda,namun Nathan tidak pernah lupa mengingatkan Kirana untuk melakukan kewajibannya sebagai seorang muslim.

Setelah melakukan sholat shubuh Kirana langsung bersiap di depan meja rias,menyapukan make up tipis pada wajahnya yang memang sudah cantik natural,ia menggunakan lipstik berwarna coral pada bibir indahnya,warna favorit Nathan.

Rencananya pagi ini Kirana dan Nathan akan berjalan jalan pagi,lalu menyantap bubur ayam yang merupakan sarapan favorit keduanya.

"Halo Nath aku sudah siap,kamu dimana?", tanya Kirana pada Nathan diseberang sana

"Keluarlah sayang,aku sudah berada di depan kos kosanmu", sahut Nathan

Kirabaa seketika menyambar tas yang berada diatas ranjangnya ia berlari keluar dan benar saja mobil Nathan sudah terparkir manis didepan gerbang

Setelah mengunci kamar kosan,Kirana langsung berjalan keluar menghampiri Nathan yang kini sudah berdiri di depan mobilnya

"Selamat Pagi Ana ku,kamu cantik sekali pagi ini sayang", ujar Nathan lalu mencium pucuk tangan Kirana

"Hem kamu ini,ayo kita berangkat sekarang Nath,kamu tahu kan bagaimana galaknya Dokter Danu", sahut Kirana sambil mempergakan ekspresi wajah marah ala Dokter Danu.

Nathan lalu membukakan pintu mobil untuk Kirana dan mempersilahkan gadis itu masuk lebih dulu,baru ia berlari masuk kedalam mobil.

"Kita berangkat sekarang ya Nona", ujar Nathan dengan tersenyum lebur ke arah Kirana

Mobil berjalan perlahan dengan suasana sekitar yang masih belum terlalu padat,maklum baru jam 6 pagi.

"Kita mau kemana Nath?', tanya Kirana

"Hem,sebentar sepertinya aku ingin makan gudeg saja,bagaimana kamu mau?", tanya Nathan yang di angguki oleh Kirana

Nathan mengemudikan mobilnya menuju penjual gudeg langganannya,letaknya tidak jauh dari malioboro.

Seperti biasa Nathan akan turun duluan lalu membukakan pintu untuk Kirana,ritual yang tidak pernah dilewatkan setiap kali mereka jalan bersama.

Nathan jalan bergandengan dengan Kirana,mereka langsung memesan makanan di tempat yang kebetulan agak rame karena memang ini jam sarapan.

Setelah menunggu beberapa menit,akhirnya Nathan dan Kirana mendapatkan makanan mereka,keduanya duduk di pojokan yang agak sepi,sengaja agar bisa lebih tenang katanya.

Mata Nathan berbinar melihat makanan yang ada di depannya,namun lebih berbinar kala melihat wajah ayu Kirana yang kini berada tepat di depan matanya.

Kirana tentu saja sadar akan hal itu,ia tetep memilih menyantap makanannya cuek

"Nath,kamu itu mau makan aku apa mau makan gudeg?", tanya Kirana tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan yang kini tengah ia santap.

"Hehe ,aku pengennya makan kamu juga Ana!! Habis kamu cantik sekali", ujar Nathan sambil mencubit gemas pipi Kirana

"Dasar Kamu ya,nikahi aku dulu baru kamu bisa memakanku", ujar Kirana santai kayak di pantai

GLEG rasanya hati Nathan mendengar ucapan Kirana,menikah? Tentu saja ia sangat ingin menikahi gadis yang ada di depannya ini,tapi tembok yang terbentang diantara mereka sangat tinggi dan Nathan belum menemukan solusi untuk merobohkan tembok itu.

Nathan langsung diam seribu bahasa,ia memilih fokus untuk menyantap makanannya,tidak ada kata yang keluar dari bibirnya

Kirana juga sama,gadis itu sebetulnya paham dengan apa yang dirasakan Nathan,jadi dia juga memilih diam,menghabiskan makanan yang sebenarnya sudah tidak berselera lagi untuk dia santap sekarang.

Setelah beberapa menit,akhinrya keduanya menghabiskan makanan itu Kirana langsung berdiri diikuti Nathan yang mengikut dibelakangnya

Setelah membayar makanan yang mereka santap,kedua sejoli itu lalu berjalan bersama menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka makan

Nathan masih membukakan pintu untuk Kirana,meski tidak ada kata apapun yang lolos dari bibirnya,begitupun Kirana ia juga sudah membisu sejak tadi

Mobil telah melaju dengan keheningan di dalamnya,sesekali Nathan melirik ke arah Kirana yang kini tampak sibuk memandang keluar kaca.

"Ana?", panggil Nathan pelan

"Iya", sahut Kirana tanpa mengalihkan pandangannya dari jalanan

"Hem,kamu jadi langsung mengambil program spesialis setelah magangmu selesai?", tanya Nathan

"Sepertinya begitu", jawab Kirana datar

"Dimana kamu berencana melanjutkan pendidikan spesialismu? Bukankah lebih baik jika kamu bekerja jadi Dokter umum hingga 2 tahun dulu baru ambil spesialis?", ujar Nathan

"Aku ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat Nathan,aku tidak ingin membuang buang waktu hanya untuk sesuatu yang aku sudah tahu akan seperti apa ujungnya", sahut Kirana datar namun sukses menusuk ke dalam hati Nathan

Lelaki itu langsung menepikan mobilnya,membuat Kirana agak terganggu

"Ana,apa kamu marah denganku? Katakanlah jika memang kamu marah", ujar Nathan menatap serius Kirana

"Untuk apa aku marah? Untuk hal apa aku marah? Kamu itu ada ada saja'', sahut Kirana kesal

"Tapi kenyataannya begitu Ana,sejak tadi kamu diam,setelah kamu mengatakan kata kata menikah kamu langsung diam", sahut Nathan

"Yang diam kamu apa aku? Bukankah kamu yang memilih diam membisu tidak menjawab apa apa,saat aku mengatakan begitu tadi? Lalu kenapa sekarang menyalahkanku? Lagipula kamu memang selalu seperti itu kan? Kamu selalu diam saat aku berbicara mengenai masa depan hubungan kita,aku sudah paham itu,sudahlah akhiri saja percakapan yang tidak berguna ini", ujar Kirana kesal namun masih ia tutupi

Nathan hanya bisa terdiam,ia tidak bisa membantah apa apa lagi,lagipula benar apa yang di katakan Kirana,memang dia selalu membisu tiap kali Tamara membahas mengenai masa depan mereka.

Nathan melanjutkan perjalanannya,sepanjang jalan ia dan Kirana hanya saling diam,hingga tidak terasa mereka sudah sampai di parkiran rumah sakit tempat Kirana magang

Nathan akan keluar untuk membukakan pintu untuk Kirana,namun gadis itu sudah turun lebih dulu.

Kirana melangkah keluar tanpa mempedulikan Nathan,gadis itu seolah menganggap Nathan tidak ada bersamanya

"Ana! Tunggu!", teriak Nathan sambil berjalan menyusul Kirana,ia meraih pergelangan tangan kanan Kirana

"Tunggu Ana,kamu jangan ngambek begini,baiklah aku salah sayang aku salah,maafkan aku ya", ujar Nathan memelas

"Kamu tidak salah,aku juga tidak salah tidak ada yang salah", ujar Kirana datar lalu melepaskan tangan Nathan dan berlalu begitu saja

Nathan hanya bisa menghela nafas kasar memandang langkah Kirana yang makin menjauh darinya,pria itu lalu berjalan kembali ke dalam mobilnya

Nathan mengemudikan mobilnya dengan kencang meninggalkan parkiran rumah sakit,tanpa ia sadari Kirana sebenarnya masih mengamati dia sejak tadi,gadis itu sembunyi agar tidak ketahuan kalau ia mengawasi Nathan.

"Maafkan Aku Nath", ujar Kirana senduh

Kirana lalu melanjutkan langkahnya naik ke ruangan tempat ia bekerja,ia meletakkan barangnya dengan lesu,tentu saja semua itu tak lepas dari pandangan Syifa

"Kenapa kamu Ki? Semalam habis kencan,tadi juga habis kencan kok kusut gitu mukanya", ujar Syifa

"Entahlah Syif,aku bingung semakin hari aku merasa segalanya berantakan buatku dan Nathan,tidak ada kejelasan dalam hubungan kami Syif", jawab Kirana senduh

Syifa memandang iba pada sang sahabat,Ya Syifa mengerti bagaimana beratnya hubungan Kirana dan Nathan

Sedangkan ia saja yang hanya berbeda pendapat dengan sang pacar bisa menjadi satu masalah besar,apalagi Nathan dan Kirana yang jelas jelas perbedaannya sangat besar.

"Ki? Bagaimana pendapat orang tuamu? Apa Pak Mayor menyetujui hubunganmu dengan Nathan?", tanya Syifa pelan

Kirana melirik malas ke arah Syifa,sialan pertanyaan macam apa itu,Dasar Syifa

"Ayah akan setuju kalau Athan mengikutiku menjadi seorang muslim Syif,tapi itulah masalahnya,Nathan tidak bisa meninggalkan Tuhannya dan akupun tidak ingin merebutnya dari Tuhannya", jawab Kirana

"Lalu kalau sudah tahu begitu,kenapa kamu masih pertahankan? Kirana,sainganmu itu Tuhan,Tuhan ingat itu", ujar Syifa berusaha memberi solusi

"Aku tahu Syif,tapi aku tidak bisa mengakhiri semuanya begitu saa,aku dan NAthan kami sudah lama bersama,sudah lebih dari 10 tahun Syif,aku sangat mencintai dia Syif", ujar kirana senduh

Syifa menghela nafas panjang mendengar jawaban Kirana,gadis itu bingung harus menjawab apa

"Kirana,kamu itu cantik ,seorang Dokter,ayahmu seorang Jenderal,bundamu juga seorang Dokter dan punya rumah sakit lagi,diluaran sana aku yakin banyak pemuda muslim yang mengantri mendapatkanmu Ki", ujar Syifa

"Tapi mereka bukan Nath syif! NAthan adalah satu satunya lelaki yang kucintai setelah ayahku!!", ucap Kirana agak kesal

"Hem yasudahlah Ki,terserah kamu saja", sahut Syifa pasrah

*********************

Sementara itu Nathan yang sekarang sudah sampai di dalam kamar hotel tempat ia menginap kini tengah duduk termangu di atas ranjang.

Lelaki itu menatap layar ponselnya yang menunjukkan beberapa foto foto dirinya dan Kirana sejak mereka masih sekolah SMP,SMA,KULIAH hingga sekarang

Nathan menggeser geser foto foto tersebut ia tersenyum,pikirannya kini menerawang ke beberapa waktu yang lalu saat pertemuan pertamanya dengan Kirana

*FLASHBACK ON*

Nathan yang tengah menjalani MOS itu berjalan marah menghampiri seorang kakak kelas yang sepertinya tengah merundung seorang gadis yang juga seorang siswa yang tengah menjalani MOS sama seperti dirinya.

"Lepaskan Dia!!", ujar Nathan sambil menghempas kasar tubuh seorang siswa lelaki yang tengah merundung gadis itu

"Hey! Apa apan kau anak baru! Menyingkirlh!! Kau menggangguku!", ujar siswa itu kesal

"Kau yang apa apaan?! Hanya karena kau senior lalu berusaha merundung gadis ini?!", ujar Nathan kesal sambil menatap ke arah gadis yang hanya bisa terdiam menahan air matanya itu.

"Kau tidak tahu siapa akua ya?! Aku Nathaniel Adhiwiguna! Papa ku donatur terbesar di sekolah ini tahu?! Dan kamu?! Berani beraninya kamu tidak sopan padaku,pergilah!!", ujar Nathan congkak

Kedua bocah lelaki itu pun akhirnya menyingkir,mereka tidak ingi cari gara gara dengan Nathan

"Hey,kemarilah jangan menangis,kamu sudah aman sekarang", ucap Nathan hangat

Gadis itu akhirnya mengangkat kepalanyA,ia menatap sekeliling dan beralih menatap Nathan

"Terimaksih,kamu sudah menolongku", ucap gadis itu

DEGG rasanya jantung Nathan bergetar hebat saat melihat wajah ayu gadis yang dia bela itu,bagaimana bisa gadis remaja bisa secantik ini,Nathan diam membisu ia terpana dengan kecantikan gadis di depannya

"Siapa namamu? Apa kamu juga siswa baru sepertiku?", tanya Gadis itu pelan

"Ah aku? Aku hemm namaku adalah Nathaniel Baswara Adhiwiguna,aku juga siswa baru sepertimu, kalau kamu siapa namamu?", tanya Nathan gugup

"Kirana Maharani Daneswari, namamu panjang sekali aku harus memanggilmu apa?", tanya Kirana

"Nama yang indah ,seindah orangnya", ujar Nathan keceplosan,ia lalu dengan cepat memukul bibirnya,hingga membuat Kirana terkekeh

"Hehe kamu bisa memanggilku Nath", ucap Nathan

"Nath? Seperti itukah orang orang memanggilmu?", tanya Kirana

"Bukan orang orang,tapi hanya kamu seorang,hanya kamu yang boleh memanggilku dengan panggilan itu", ujar Nathan dalam hati

"Ah baiklah,Nath senang berkenalan denganmu", ucap Kirana dengan senyuman manisnya yang membuat remaja puber seperti Nathan makin menggila

"Aku juga senang berkenalan denganmu Ana", sahut Nathan

"Ana? Siapa itu?", tanya Kirana heran

"Itu adalah nama panggilan yang aku berikan padamu,Ana kamu setuju kan?", tanya Nathan antusias

Kirana hanya menggeleng geleng saja dengan tingkah bocah lelaki di depannya ini,namun sejujurnya ia juga senang tapi dia tutupi karena malu.

"Nath dan Ana begitulah kita saling mengenal sekarang,setuju kan?", ucap Nathan memastikan

"Hem iya aku setuju,Nath", ucap Kirana malu malu

"Hehe baiklah Ana", sahut Nathan tak kalah malu malu

"Oh ya Ana,kedepannya jangan diam saja saat ada orang yang mengaganggumu,atau kalau kamu tidak berani kamu bisa mengadukannya padaku,biar aku atasi saja mereka", ucap Nathan jumawa.

Kirana hanya tersipu saja dengan penuturan Nathan,pipi gadis remaja itu bahkan kini memerah seperti kepiting rebus yang baru saja matang.

Alih alih menjawab,gadis remaja itu malah berlari dari hadapan Nathan,sungguh ia tidak ingin Nathan melihat wajahnya yang memerah begini

"Ana! Tunggu aku! Mau kemana kamu? Kok aku kamu tinggal sih?", ujar Nathan sambil berlari mengejar Kirana

Namun gadis itu cuek saja,ia terus berlari sambil memegangi pipinya dengan menggunakan kedua tangannya

*FLASHBACK OFF*

Nathan tersenyum senyum sendiri saat teringat dengan masa itu,masa masa terindah dimana ia bertemu pertama kali dan langsung jatuh cinta pada saat itu juga dengan Kirana

"Tak terasa sudah 10 tahun berlalu Ana,dan sejak saat itu hingga kini aku masih mencintaimu Ara,aku masih sangat mencintaimu,bahkan tiap hari rasa cintaku makin dalam padamu Ana,tidak sedikitpun rasa cintaku padamu berkurang Ana,tidak walau hanya setitik dan seterusnya akan seperti itu Ana", ucap Nathan tulus tanpa sedikitpun dusta dimatanya

Lelaki itu lalu mengusap usap laayar ponsel dan mengecupnya penuh kasih,seolah Kirana benar benar berada dihadapannya sekarang.

Namun ekspresi wajah Nathan tiba tiba berubah senduh,tanpa ia sadari setetes aid mata lolos dari netra indahnya tanpa disuruh.

"Tapi bagaimana kedepannya Ana? Bagaimana dengan hubungan kita? Sedangkan diantara kita tidak ada yang mau mengalah,sungguh menikah denganmu,lalu hidup menua bersamamu adalah impian terindah dalam hidupku Ana"

"Aku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana hidupku jika tanpa dirimu,aku tidak akan sanggup Ana,bagiku namamu itu sudah terukir abadi dalam hatiku,aku lebih baik mati daripada hidup tanpamu,tapi bagaimana caRanya kita bisa bersama? Tembok itu terlalu tinggi untuk kita panjat, haruskah aku mengalah? Meninggalkan keyakinanku untuk bersamamu? ", ujar Nathan panjang lebar,ia sedih memikirkan nasib hubungannya dengan Kirana

Lelaki itu lalu merobohkan tubuhnya diatas ranjang hotel,matanya menatap lirih ke arah langit langit kamar

"Ana oh Kirana kekasihku,belahan jiwaku,satu satunya cinta dalam hidupku", ujar Nathan senduhh

**********************

Di rumah sakit,Kirana baru saja menyelesaikan pekerjaannya ia kini merasa sangat lelah

Gadis itu menyandarkan kepalanya pada kursi didalam ruangannya,lalu memejamkan matanya perlahan

Tidak lama Dokter Danu terlihat memasuki ruangan itu,ia tersenyum melihat anak didiknya itu yang kini wajahnya terlihat sangat damai.

"Ekhem ekheem", ujar Dokter Danu yang sukses mengagetkan Kirana

Seketika gadis itu pun terbangun gelagapan dari posisinya tadi,ia lalu berdiri tegak.

"Eh Dokter,sudah malam begini kok Dokter belum pulang sih? Betah banget dirumah sakit", ucap Kirana ngasal

"Yaa lagipula dirumah juga saya tidak ada siapa siapa yang menunggu,jadi ya sudah lebih baik kan saya dirumah sakit dulu,siapa tahu ada pasien yang tiba tiba membutuhkan penanganan saya", ujar Dokter Danu santai

"Ih Dokter jahat ya? Sama aja Dokter ngarep ada pasien yang kritis dong? Hayo loh ngaku Dokter", ucap Kirana menggoda sang Dokter

Dokter Danu gelagapan duh harus menjawab apa dia

"Enggak,bukan begitu maksud saya Kirana,auh sudahlah jangan dibahas lagi kan saya jadi lupa tujuan saya kemari itu apa", ujar Dokter danu berusaha tetap cool di depan Kirana

"Oh,ada tujuannya to,saya pikir Dokter mau marahin saya lagi", ujar Kirana ngasal

Dokter Danu hanya menggeleng geleng saja,ia sejujurnya gemas dengan tingkah Kirana

"Kirana,magangmu kurang 5 bulan lagi kan?", tanya Dokter Danu yang mendapat anggukan dari Kirana

"Jadi bagaimana? Kamu sudah mendaftar sekolah spesialis yang saya rekomendasikan?", tanya Dokter Danu

"Hem sebenarnya saya sudah mendaftar diam diam beberapa hari yang lalu Dok,karena proses pendaftarannya panjang jadi saya memutuskan mulai lebih awal,tapi sejujurnya saya masih bingung", ucap Kirana

"Bingung kenapa lagi?", tanya Dokter Danu heran

"Kejauhan ga sih Dok? Itu kan sekolah nya di LA itu artinya nanti saya jauhan sama ayah dan bunda dan Nathan", ucap Tamara pelan di akhir

"KIRANA,bisa bersekolah disana adalah impian semua orang dan kamu adalah salah satu yang beruntung kalau kamu diterima disana,kalau kamu lulus pendidikan spesialis disana kamu akan mudah mendapatkan pekerjaan di berbagai rumah sakit bahkan di luar indonesia pun kamu masih akan sangat mudah bekerja di rumah sakit besar jika kamu menyelesaikan pendidikanmu disana,jadi pikirkan baik.baik, saya menyarankan kamu karena kamu itu cerdas kamu Dokter yang hebat di masa depan'', ucap Dokter Danu coba membujuk Kirana

"Hem baiklah dok, akan saya pikirkan baik baik saya juga akan mendengarkan nasehat anda dengan baik", jawab Kirana lalu tersenyum hangat pada Dokter Danu

Dokter Danu balas tersenyum pada Tamara,Dokter muda yang kini berusia 34 tahun itu berlalu dari hadapan Kirana

Selepas kepergian Dokter Danu,wajah Kirana terlihat senduh tatapannya Nanar

"NATH,apa yang harus aku lakukan? Apakah aku bisa berjauhan denganmu? Bagaimana dengan masa depan hubungan kita?", ujar Kirana senduh

TBC

*mohon kritik dan saran ya untuk karya yang lebih baik lagi kedepannya

Terpopuler

Comments

Itha Fitra

Itha Fitra

smoga kirana gk jd murtad krn cinta

2024-02-15

0

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

☺👍

2023-11-12

0

Luke fon Fabre

Luke fon Fabre

Aku suka karakter tokohnya! Semoga ceritanya semakin berkembang ☺️

2023-10-28

1

lihat semua
Episodes
1 Ana dan Nath
2 Tanpa Kepastian
3 ABSTRAK
4 Tidak akan mendapat restu
5 Aku Milikmu [ 21+ ]
6 Rencana Perjodohan
7 Rencana Jahat
8 Awal sebuah Perpisahan
9 Runtuh
10 Runtuh [ part 2 ]
11 Harus Melangkah
12 Syarat dari Papi
13 Kepergian Kirana
14 Kirana sudah pergi, Nathaniel
15 Keputusan Nathan
16 Perubahan Nathaniel
17 Nathan ingin menghancurkan Baswara
18 3 Tahun Berselang
19 Setelah 5 Tahun
20 Keenan, semangatku
21 Mama Keenan
22 Kamu baik-baik saja,kan?
23 Amarah dari Mami Felicya
24 Kondisi Nathan
25 Janji dari Mami
26 Liburan sederhana
27 Bertemu orang dari masa lalu
28 Luka di hati Kirana
29 Perjuangan Kirana tanpa Nathan
30 Kedatangan Dokter baru
31 Bayi Besar
32 Yang Nathan butuhkan
33 Nevan jadi pengganti
34 Taman Bermain
35 Alergi Udang
36 Mengurus Nathan
37 Hanya Kirana yang dia mau
38 Parfum Papa
39 Benci tapi Rindu
40 Ulang Tahun Papa
41 Kue Ulang Tahun
42 Segera bawa Kirana
43 Mengandung dan Melahirkan bukanlah sebuah Dosa
44 Keenan salinan Nathan
45 Sebuah Tawaran
46 Aku Harus apa sekarang?
47 Hilangnya sebuah kebanggaan
48 Halangan
49 Darah lebih Kental daripada Air
50 Keputusan Kirana
51 Keenan mau diajak ke Jakarta
52 Selamat Tinggal Kirana dan Keenan
53 Smoothies
54 Tiba di Jakarta
55 Makan Malam Keluarga
56 Menggantikan Richard
57 Terguncang
58 Maafkan Papi
59 Amarah Kirana
60 Aku yang berdosa
61 Perjalanan ke Bogor
62 Drop
63 Semangat Hidup Nathan
64 Sebuah Kebenaran
65 Perjuangan
66 Segala Kesalahpahaman itu lenyap
67 Aku Disini
68 Lepasnya Rindu itu
69 Terimakasih, Dokter Aidan
70 Bucin
71 Kamu Harus sembuh
72 Berhak Bahagia
73 LDR
74 Memohon
75 Sebagai Dokter dan Pasien
76 Doakan Papa
77 Sebuah Tatto
78 Pemiliknya
79 Kabur
80 Ada aku disini
81 Mandi
82 Ketahuan?
83 Mengingatmu
84 Bukan Keinginan Nathan
85 Masih Sulit untuk Menerima
86 Sesuap
87 Janji
88 Sudah Pernah Merasakan
89 Nathan Berhak Tahu
90 Sosok Papa dalam pikiran Keenan
91 Sebuah Kunci
92 Harus Rajin Terapi
93 Terapi yang menyebalkan
94 Harus Pulang
95 Keenan marah sama Mama
96 Keenan Siap bertemu Papa
97 Tidak Tenang
98 Pertemuan Pertama Ayah dan Anak
99 Keenan takut sama Paman
100 Nathan Harus Tahu
101 Papa
102 Bermimpi
103 Nathan ingin pergi
104 Jangan Menangis, Papa
105 Perbedaan
106 Menempel dengan Papa
107 Keenan anak yang kritis
108 Berjuang bersama
109 Nanti Kirana ku ambil
110 Penentangan dari Herlangga
111 Rewel
112 Kesempurnaan
113 Pilihan ada di tanganmu
114 Nathan dan Keenan
115 Karena Terlalu mencintai ciptaannya
116 Ulang Tahun Keenan yang ke 5
117 Yang akan mengalah?
118 Mulai membaik
119 Berdamainya Ayah dan Anak
120 Pulang
121 Cara untuk merobohkan benteng
122 Biar Aku Yang Mengalah, ikuti caramu
123 Insecure nya Nathan
124 Melamarmu
125 Setelah belasan Tahun lamanya
126 Hari Baru Bersamamu
127 Keenan bucinnya Papa
128 Rumah Impian Kirana
129 Masih tidak terasa nyata
130 Pengasuh baru untuk Keenan
131 Anugerah
132 Harta Terindah
133 Biarkan Hama itu Menghilang
134 Ingin Berguna
135 Ngidam ala Kirana
136 5 Bulan berselang
137 Cepatlah besar, Matahariku
138 Malaikat
139 Amarah Nathan
140 Rasa sakit Kirana
141 Hukuman untuk Keenan
142 Ceroboh
143 Palsu
144 Kirana Menghilang
145 Pencarian terhadap Kirana
146 Dendam
147 Mama Erina
148 Upaya Penyelamatan
149 Berakhirnya Dendam
150 Pesan Terakhir
151 Pilihan yang sulit
152 Menyalahkan diri sendiri
153 Cintanya Papa
154 Cinta yang sempurna
155 Waktu
156 Terimakasih karena kembali
157 Pulang
158 Aku mohon bantu aku
159 Taman Bermain
160 Apapun akan diusahakan
161 Berobat
162 Keegoisan Kirana
163 Ulang Tahun Keenan dan Kayla
164 Tidak akan ada cinta setulus Nathan
165 Dari Nathan, untuk Kirana
166 Gelato
167 Dewasa karena keadaan
168 Hanya Rindu
169 Mama Sibuk Terus
170 Kangen Kamu
171 Aroma Tubuhnya
172 Final Chapter
173 I LOVE YOU IN EVERY UNIVERSE
174 Bonus Chapter 1
175 Bonus Chapter 2
176 Bonus Chapter 3
177 Bonus Chapter 4
178 Bonus Chapter 5
179 Bonus Chapter ( Keajaiban? )
180 Bonus Chapter ( Kejutan di Bali )
181 Bonus Chapter ( Pantai )
182 Bonus Chapter ( Ulang Tahun Perusahaan )
183 Bonus Chapter ( Pernikahan )
184 EPILOG
Episodes

Updated 184 Episodes

1
Ana dan Nath
2
Tanpa Kepastian
3
ABSTRAK
4
Tidak akan mendapat restu
5
Aku Milikmu [ 21+ ]
6
Rencana Perjodohan
7
Rencana Jahat
8
Awal sebuah Perpisahan
9
Runtuh
10
Runtuh [ part 2 ]
11
Harus Melangkah
12
Syarat dari Papi
13
Kepergian Kirana
14
Kirana sudah pergi, Nathaniel
15
Keputusan Nathan
16
Perubahan Nathaniel
17
Nathan ingin menghancurkan Baswara
18
3 Tahun Berselang
19
Setelah 5 Tahun
20
Keenan, semangatku
21
Mama Keenan
22
Kamu baik-baik saja,kan?
23
Amarah dari Mami Felicya
24
Kondisi Nathan
25
Janji dari Mami
26
Liburan sederhana
27
Bertemu orang dari masa lalu
28
Luka di hati Kirana
29
Perjuangan Kirana tanpa Nathan
30
Kedatangan Dokter baru
31
Bayi Besar
32
Yang Nathan butuhkan
33
Nevan jadi pengganti
34
Taman Bermain
35
Alergi Udang
36
Mengurus Nathan
37
Hanya Kirana yang dia mau
38
Parfum Papa
39
Benci tapi Rindu
40
Ulang Tahun Papa
41
Kue Ulang Tahun
42
Segera bawa Kirana
43
Mengandung dan Melahirkan bukanlah sebuah Dosa
44
Keenan salinan Nathan
45
Sebuah Tawaran
46
Aku Harus apa sekarang?
47
Hilangnya sebuah kebanggaan
48
Halangan
49
Darah lebih Kental daripada Air
50
Keputusan Kirana
51
Keenan mau diajak ke Jakarta
52
Selamat Tinggal Kirana dan Keenan
53
Smoothies
54
Tiba di Jakarta
55
Makan Malam Keluarga
56
Menggantikan Richard
57
Terguncang
58
Maafkan Papi
59
Amarah Kirana
60
Aku yang berdosa
61
Perjalanan ke Bogor
62
Drop
63
Semangat Hidup Nathan
64
Sebuah Kebenaran
65
Perjuangan
66
Segala Kesalahpahaman itu lenyap
67
Aku Disini
68
Lepasnya Rindu itu
69
Terimakasih, Dokter Aidan
70
Bucin
71
Kamu Harus sembuh
72
Berhak Bahagia
73
LDR
74
Memohon
75
Sebagai Dokter dan Pasien
76
Doakan Papa
77
Sebuah Tatto
78
Pemiliknya
79
Kabur
80
Ada aku disini
81
Mandi
82
Ketahuan?
83
Mengingatmu
84
Bukan Keinginan Nathan
85
Masih Sulit untuk Menerima
86
Sesuap
87
Janji
88
Sudah Pernah Merasakan
89
Nathan Berhak Tahu
90
Sosok Papa dalam pikiran Keenan
91
Sebuah Kunci
92
Harus Rajin Terapi
93
Terapi yang menyebalkan
94
Harus Pulang
95
Keenan marah sama Mama
96
Keenan Siap bertemu Papa
97
Tidak Tenang
98
Pertemuan Pertama Ayah dan Anak
99
Keenan takut sama Paman
100
Nathan Harus Tahu
101
Papa
102
Bermimpi
103
Nathan ingin pergi
104
Jangan Menangis, Papa
105
Perbedaan
106
Menempel dengan Papa
107
Keenan anak yang kritis
108
Berjuang bersama
109
Nanti Kirana ku ambil
110
Penentangan dari Herlangga
111
Rewel
112
Kesempurnaan
113
Pilihan ada di tanganmu
114
Nathan dan Keenan
115
Karena Terlalu mencintai ciptaannya
116
Ulang Tahun Keenan yang ke 5
117
Yang akan mengalah?
118
Mulai membaik
119
Berdamainya Ayah dan Anak
120
Pulang
121
Cara untuk merobohkan benteng
122
Biar Aku Yang Mengalah, ikuti caramu
123
Insecure nya Nathan
124
Melamarmu
125
Setelah belasan Tahun lamanya
126
Hari Baru Bersamamu
127
Keenan bucinnya Papa
128
Rumah Impian Kirana
129
Masih tidak terasa nyata
130
Pengasuh baru untuk Keenan
131
Anugerah
132
Harta Terindah
133
Biarkan Hama itu Menghilang
134
Ingin Berguna
135
Ngidam ala Kirana
136
5 Bulan berselang
137
Cepatlah besar, Matahariku
138
Malaikat
139
Amarah Nathan
140
Rasa sakit Kirana
141
Hukuman untuk Keenan
142
Ceroboh
143
Palsu
144
Kirana Menghilang
145
Pencarian terhadap Kirana
146
Dendam
147
Mama Erina
148
Upaya Penyelamatan
149
Berakhirnya Dendam
150
Pesan Terakhir
151
Pilihan yang sulit
152
Menyalahkan diri sendiri
153
Cintanya Papa
154
Cinta yang sempurna
155
Waktu
156
Terimakasih karena kembali
157
Pulang
158
Aku mohon bantu aku
159
Taman Bermain
160
Apapun akan diusahakan
161
Berobat
162
Keegoisan Kirana
163
Ulang Tahun Keenan dan Kayla
164
Tidak akan ada cinta setulus Nathan
165
Dari Nathan, untuk Kirana
166
Gelato
167
Dewasa karena keadaan
168
Hanya Rindu
169
Mama Sibuk Terus
170
Kangen Kamu
171
Aroma Tubuhnya
172
Final Chapter
173
I LOVE YOU IN EVERY UNIVERSE
174
Bonus Chapter 1
175
Bonus Chapter 2
176
Bonus Chapter 3
177
Bonus Chapter 4
178
Bonus Chapter 5
179
Bonus Chapter ( Keajaiban? )
180
Bonus Chapter ( Kejutan di Bali )
181
Bonus Chapter ( Pantai )
182
Bonus Chapter ( Ulang Tahun Perusahaan )
183
Bonus Chapter ( Pernikahan )
184
EPILOG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!