Tidur di kamar yang sama.

Kini Baby Naya telah berada di gendongan Anis. Menatap wajah baby Naya dalam kondisi sedekat ini membuat Anis teringat akan sosok Ananda. wajah Baby Naya memang sangat mirip dengan wajah ibunya, memiliki bola mata yang indah serta bulu matanya yang lentik, semakin membuat baby Naya begitu mirip dengan mendiang Ananda.

"Kamu sangat cantik sayang, wajahmu sangat mirip sekali dengan ibumu." puji Anis. Namun sepersekian detik kemudian Anis seolah menyesali ucapannya saat melihat wajah mama Dahlia yang kini berubah sendu.

"Wajah Baby Naya memang sangat mirip dengan wajah ibunya." kata Mama Dahlia membenarkan ucapan Anis.

"Maafkan saya, nyonya, saya tidak bermaksud membuat anda bersedih." Anis merasa tak enak.

Mama Dahlia mengusap lembut punggung Anis seolah ingin menyampaikan jika saat ini ia baik baik saja, dan Anis tidak perlu merasa bersalah karena ucapannya barusan.

"Baby Naya memang secantik wajah ibunya, akan tetapi kamu pun tak kalah cantik, Anis." tutur mama Dahlia turut mengungkapkan kenyataan yang ada.

Anis hanya tersenyum kaku mendengarnya karena mama Dahlia bukan orang pertama yang mengatakan wajahnya begitu cantik, bahkan di luar sana tidak sedikit pria maupun wanita yang mengakui kecantikannya dan itu sama sekali tidak membuat Anis berbangga hati dan juga besar kepala.

"Ehmt....." deheman seseorang Sontak mengalihkan perhatian Anis dan juga mama Dahlia ke sumber suara.

"Ansen..." seru mama Dahlia ketika menyadari keberadaan putranya berdiri di ambang pintu.

Berbeda dengan mama Dahlia yang kini mengulas senyum ketika menyadari keberadaan Ansenio, Anis justru merasa panik karena saat ini ia telah lancang menggendong baby Naya padahal sebelumnya Ansenio telah melarangnya bahkan untuk sekedar berada dekat dengan putrinya. Anis lantas mengembalikan baby Naya pada Mama Dahlia, sementara mama Dahlia yang paham akan situasi segera mengambil alih baby Naya dari gendongan Anis.

Anis nampak melangkah menjauhi boks baby Naya, tak ingin mendapatkan amukan dari ayah dari bayi itu.

"Nyonya, saya ke kamar dulu." pamit Anis dan mama Dahlia mengiyakannya dengan anggukan sekilas.

Setibanya di kamar Anis masih di Landa rasa cemasnya, cemas jika Ansenio akan kembali mengamuk karena ia sudah lancang menggendong putrinya.

Tak berselang lama, suara pintu kamar terbuka membuat Anis Sontak menoleh ke sumber suara. Anis menelan ludahnya dengan susah payah ketika melihat tubuh tegap Ansenio yang kini berdiri di ambang pintu kamarnya.

Ansenio menatap Anis dengan tatapan tak terbaca dan itu semakin membuat tubuh Anis seakan membeku dibuatnya, apalagi kini pria itu mulai menutup pintu kamar kemudian mengayunkan langkahnya mendekat ke arah Anis.

"Maafkan saya, tuan, karena sudah berani melanggar perintah anda, tapi saya berani bersumpah bahwa saya sama sekali tidak berniat jahat pada anak anda." ucap Anis ketika menyadari Ansenio kini mengayunkan langkah ke arahnya.

"Untuk kali ini saya percaya padamu, tapi jika kamu sampai terbukti memiliki niat jahat pada anak saya, saya pastikan kamu tidak akan bisa menikmati udara di muka bumi ini lagi." Anis hanya bisa menelan ludahnya ketika mendengar ancaman Ansenio. Meskipun ia tidak memiliki niatan sedikit pun berbuat jahat pada bayi itu namun Anis tetap merasa bergidik ngeri mendengar ancaman dari Ansenio.

Setelahnya, Ansenio pun berlalu meninggalkan kamar tamu yang kini ditempati oleh Anis, hendak menuju kamarnya, yang masih berada di lantai yang sama.

Malam harinya, setelah melewati makan malam yang cukup mencekam menurutnya, kini Anis telah kembali ke kamarnya.

Duduk di sofa sembari membuka akun sosial media miliknya adalah pilihan Anis sebelum mengistirahatkan tubuhnya.

Ceklek.

Kedatangan Ansenio di kamarnya membuat Anis dengan cepat memutar otak untuk coba mengingat akan kesalahan yang telah di buatnya sehingga pria itu sampai menyambangi kamarnya.

"Apa saya telah melakukan suatu kesalahan, tuan??."

Bukannya menjawab, Ansenio justru melanjutkan langkahnya menuju ke arah tempat tidur lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur milik Anis.

"Apa yang anda lakukan, tuan??." tanya anis dengan wajah bingung.

"Apa kau tidak bisa menggunakan matamu dengan baik sehingga kau tidak dapat melihat apa yang sedang saya lakukan??"

"Saya juga tahu jika anda sedang tidur, tapi maksud saya kenapa anda tidur di sini??."

Pertanyaan Anis sontak memancing pandangan Ansenio terarah padanya.

"Rumah ini milikku termasuk kamar ini, jadi saya berhak tidur di manapun yang saya inginkan." cetus Ansenio, dan Anis hanya bisa diam tak menyanggah ucapan pria itu sebab apa yang dikatakannya benar adanya. rumah ini adalah milik Ansenio Wiratama sementara ia hanya menumpang.

Setengah jam kemudian, Anis beranjak dari sofa hendak mengambil sebuah bantal serta selimut sebelum kemudian mengistirahatkan tubuhnya di sofa.

Baru saja hendak meraih bantal namun pergerakan Anis telah dicegat oleh Ansenio.

"Maaf tuan, saya hanya ingin mengambil bantal." kata anis yang berpikir jika Ansenio marah karena berpikiran ia akan mengganggu kenyamanan pria itu.

Ansenio bisa menebak jika Anis hendak tidur di sofa.

"Oh...jadi kau ingin kita melakukannya di sofa, begitu?? baiklah Tidak masalah jika itu yang kau inginkan." kata Ansenio seraya bangkit dari tempat tidur.

Menyadari arah ucapan Ansenio kini Anis sadar jika malam ini ia akan kembali menjadi pelampiasan pria itu di r*njang.

"Bukan begitu tuan, tadinya saya berpikir anda pasti tidak akan merasa nyaman tidur ser*njang dengan saya maka dari itu saya berpikir akan lebih baik jika malam ini saya tidur di sofa saja." jawab Anis apa adanya.

Tidak ingin moodnya berubah karena berdebat, Ansenio pun mulai menc*um bibir mungil Anis. selama beberapa hari tinggal bersama dengan Ansenio Anis merasa layaknya wanita j*lang yang di datangi ketika dibutuhkan jasanya, namun begitu Anis tak dapat berbuat banyak selain pasrah dan berharap suatu saat nanti Ansenio merasa bosan padanya dan membuangnya begitu saja dengan begitu ia akan bebas dari perlakuan Ansenio yang menurutnya semena mena pada dirinya.

"Sebentar tuan !!." Anis menghentikan pergerakan Ansenio ketika hendak melakukan hal lebih dan tentunya hal itu mampu memancing kekesalan Ansenio yang n*fsu nya sudah di ubun ubun. Namun begitu pria itu membiarkan Anis turun dari tempat tidur, seraya menatap punggung wanita itu yang kini melangkah ke arah nakas.

"Memangnya apa yang sedang kau cari??." tanya Ansenio ketika Anis tak kunjung menemukan apa yang tengah dicarinya.

"Saya sedang mencari pil kontrasepsi yang kemarin anda berikan, seingat saya kemarin menaruhnya di dalam laci tapi kenapa sekarang malah tidak ada." beritahu Anis .

"Sudah, tidak perlu mencarinya karena saya tidak punya waktu untuk menunggumu berlama lama di situ." ucapan Ansenio mampu mengalihkan perhatian Anis ke arahnya.

"Tapi tuan, bagaimana jika saya sampai hamil??." Anis sengaja melontarkan seperti itu karena ia tahu betul Ansenio tidak menginginkan seorang anak dari rahimnya.

"Tidak perlu dipikirkan, lagi pula jika sampai itu terjadi, apa susahnya tinggal di gugurkan saja beres." kata Ansenio asal bicara saking kesalnya menunggu Anis terlalu lama.

Deg.

Jantung Anis serasa di hujam ribuan belati.

Hati siapa yang tidak terasa nyeri jika mendengar kalimat seperti itu, bahkan sebelum kehadiran bayi di dalam rahimnya Ansenio sudah menyusun rencana dengan sangat matang menurutnya.

Tanpa sepatah katapun Anis kembali menuju tempat tidur.

Terpopuler

Comments

Syahna Amira sy

Syahna Amira sy

mulut enteng bgt KL ngomong....Mao make badan'a doank dasar lelaki durjana

2024-05-03

1

Alinta Natasha

Alinta Natasha

laah anjiir mau digugurij

2024-03-11

0

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

kejamnya si Ansen, gak takut dia bakal kena karma ya

2024-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 Sesuatu yang tidak diinginkan.
2 Kebencian Ansenio Wiratama.
3 Rencana Ansenio Wiratama.
4 Jangan melampiaskan pada keluargaku!!
5 Menikahlah denganku!!!.
6 Meninggalkan kekasih tercinta.
7 Ungkapan hati Anis.
8 Seakan meninggalkan Fitrah kejam.
9 Mulai merasakan penindasan.
10 Membawanya ke hotel.
11 Harga diri.
12 Tak Sengaja bertemu.
13 Kembali melakukannya.
14 Tak kembali ke kediaman Wiratama.
15 Seenak jidatnya.
16 Diary milik mendiang Ananda.
17 Tak tega melihat baby Naya.
18 Tidur di kamar yang sama.
19 Danisha Putri.
20 Pertemuan tak sengaja.
21 Cincin, simbol pernikahan.
22 Memberi penanganan pada baby Naya.
23 Tidur bersama baby Naya.
24 Aneh tapi nyata.
25 Ternyata dia telah menikah.
26 Tak ingin di sentuh.
27 Panggilan Mama.
28 Kompensasi dari Ansenio.
29 Pria baik ????
30 Pengakuan di hadapan Armada.
31 Tak paham dengan perasaan sendiri (Ansenio).
32 Dokter juga manusia.
33 Keteguhan hati seorang Danisha Putri.
34 Penawaran dari mantan mertua.
35 Ingin melakukannya di hotel (Alibi Anis.)
36 Terjebak Sandiwara sendiri.
37 Ternyata ketahuan.
38 Permintaan maaf Anis.
39 Sosok misterius.
40 Permintaan mama Dahlia.
41 Ungkapan hati Anis.
42 Mengajaknya bersama.
43 Meminta izin cuti.
44 Perjalanan kerja.
45 Tidak mungkin sampai jatuh hati padanya.
46 Restoran Favorit Ananda.
47 Penindasan??
48 Merasakan pusing tanpa sebab.
49 Mengandung.
50 Di Landa dilema.
51 Tanpa sadar menunjukkan sikap aneh.
52 Pengakuan di hadapan ibu.
53 kepergian Anis dan kemarahan Ansenio.
54 Kepergian Anis.
55 Merubah rencana.
56 Kedatangan di kampung halaman.
57 Saling merindu.
58 Membantu persalinan.
59 Kenyataan yang menyesakkan dada.
60 Tawaran dari pak kades.
61 Perasaan yang sama.
62 Pengakuan Anis di hadapan kedua orang tua Anis.
63 Seakan memberi pertanda.
64 Yakin akan perasaan sendiri.
65 Peresmian pabrik.
66 Merasakan mual dan pusing.
67 Menemukan dirimu.
68 Akhirnya bertemu.
69 Tinggal bersama.
70 Sakit perut.
71 keterkejutan suster Nana.
72 Calon mantu???
73 Sandiwara seorang Ansenio Wiratama.
74 Kepergok warga.
75 Panggilan baru.
76 Ungkapan hati sepasang kekasih halal.
77 Bisa masuk angin.
78 Kejadian buruk menimpa Anis.
79 Kehilangan sebagian ingatan.
80 Perasaan yang tak lagi sama.
81 Praduga Anis.
82 Ungkapan kebenaran.
83 Keputusan Anis.
84 Mengenang awal pernikahan.
85 Jatuh pingsan.
86 Membuat perhitungan pada Syela.
87 Permintaan maaf Syela.
88 Kesibukan sebagai orang tua.
89 ketahuan berdusta.
90 Vira Natasya.
91 Episode terakhir.
92 Promo Novel Pelampiasan Seorang CEO.
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Sesuatu yang tidak diinginkan.
2
Kebencian Ansenio Wiratama.
3
Rencana Ansenio Wiratama.
4
Jangan melampiaskan pada keluargaku!!
5
Menikahlah denganku!!!.
6
Meninggalkan kekasih tercinta.
7
Ungkapan hati Anis.
8
Seakan meninggalkan Fitrah kejam.
9
Mulai merasakan penindasan.
10
Membawanya ke hotel.
11
Harga diri.
12
Tak Sengaja bertemu.
13
Kembali melakukannya.
14
Tak kembali ke kediaman Wiratama.
15
Seenak jidatnya.
16
Diary milik mendiang Ananda.
17
Tak tega melihat baby Naya.
18
Tidur di kamar yang sama.
19
Danisha Putri.
20
Pertemuan tak sengaja.
21
Cincin, simbol pernikahan.
22
Memberi penanganan pada baby Naya.
23
Tidur bersama baby Naya.
24
Aneh tapi nyata.
25
Ternyata dia telah menikah.
26
Tak ingin di sentuh.
27
Panggilan Mama.
28
Kompensasi dari Ansenio.
29
Pria baik ????
30
Pengakuan di hadapan Armada.
31
Tak paham dengan perasaan sendiri (Ansenio).
32
Dokter juga manusia.
33
Keteguhan hati seorang Danisha Putri.
34
Penawaran dari mantan mertua.
35
Ingin melakukannya di hotel (Alibi Anis.)
36
Terjebak Sandiwara sendiri.
37
Ternyata ketahuan.
38
Permintaan maaf Anis.
39
Sosok misterius.
40
Permintaan mama Dahlia.
41
Ungkapan hati Anis.
42
Mengajaknya bersama.
43
Meminta izin cuti.
44
Perjalanan kerja.
45
Tidak mungkin sampai jatuh hati padanya.
46
Restoran Favorit Ananda.
47
Penindasan??
48
Merasakan pusing tanpa sebab.
49
Mengandung.
50
Di Landa dilema.
51
Tanpa sadar menunjukkan sikap aneh.
52
Pengakuan di hadapan ibu.
53
kepergian Anis dan kemarahan Ansenio.
54
Kepergian Anis.
55
Merubah rencana.
56
Kedatangan di kampung halaman.
57
Saling merindu.
58
Membantu persalinan.
59
Kenyataan yang menyesakkan dada.
60
Tawaran dari pak kades.
61
Perasaan yang sama.
62
Pengakuan Anis di hadapan kedua orang tua Anis.
63
Seakan memberi pertanda.
64
Yakin akan perasaan sendiri.
65
Peresmian pabrik.
66
Merasakan mual dan pusing.
67
Menemukan dirimu.
68
Akhirnya bertemu.
69
Tinggal bersama.
70
Sakit perut.
71
keterkejutan suster Nana.
72
Calon mantu???
73
Sandiwara seorang Ansenio Wiratama.
74
Kepergok warga.
75
Panggilan baru.
76
Ungkapan hati sepasang kekasih halal.
77
Bisa masuk angin.
78
Kejadian buruk menimpa Anis.
79
Kehilangan sebagian ingatan.
80
Perasaan yang tak lagi sama.
81
Praduga Anis.
82
Ungkapan kebenaran.
83
Keputusan Anis.
84
Mengenang awal pernikahan.
85
Jatuh pingsan.
86
Membuat perhitungan pada Syela.
87
Permintaan maaf Syela.
88
Kesibukan sebagai orang tua.
89
ketahuan berdusta.
90
Vira Natasya.
91
Episode terakhir.
92
Promo Novel Pelampiasan Seorang CEO.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!