Tak kembali ke kediaman Wiratama.

Dua puluh menit kemudian akhirnya suasana yang menurut Anis begitu mencekam berakhir sudah, kini mereka telah selesai makan malam, dan kini Anis telah kembali ke kamar tamu kamar yang ia tempati semenjak menjadi istri dari seorang Ansenio Wiratama.

Anis yang teringat akan kejadian sore tadi, lantas meraih tas selempangnya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas itu. dengan tatapan sayu Anis menatap barang yang kini berada di genggaman tangannya, sebuah pil kontrasepsi yang baru berkurang satu buah.

"Sepertinya pil ini akan menemani hari hariku." gumamnya lirih.

Cukup lama Anis duduk termenung di tepi tempat tidur, sebelum kemudian ia meraih segelas air putih di atas nakas untuk meminum pil kontrasepsi yang telah ia keluarkan sebelumnya dari kemasannya.

"Aku belum ingin mati cuma cuma di tangan tuan Ansenio." lagi lagi Anis nampak bergumam setelah meminum pil ini tersebut. Menurut Anis, jika ia sampai berani mengandung itu sama saja ia sudah siap kehilangan nyawanya di tangan seorang Ansenio Wiratama, mengingat pesan pria itu yang tidak ingin anaknya sampai terlahir dari rahim seorang wanita seperti dirinya.

Tidak ingin terus kepikiran tentang nasibnya untuk kedepannya, Anis memutuskan untuk merebahkan tubuhnya. Mungkin dengan terlelap ia bisa melupakan takdir hidupnya untuk sejenak, sebelum kemudian kembali terjaga untuk menghadapi kenyataan hidup di depan mata.

Masih di kediaman yang sama namun di kamar yang berbeda, Ansenio tak kunjung dapat memejamkan matanya. bayangan Anis menitihkan air mata di bawah Kungkungannya terus terlintas di benak dan pikirannya.

Demi mengalihkan pikirannya, Ansenio mengeluarkan sebungkus rokok dari laci nakas lalu beranjak menuju balkon kamarnya.

Ansenio Duduk bersandar sembari Menikmati kepulan asap yang berasal dari api rokok yang tersulut di antara kedua jemarinya. Entah sudah berapa batang rokok yang di hisap Ansenio, yang jelas kini asbak yang tadinya masih kosong kini telah di penuhi dengan puntung rokok.

Beberapa jam pun telah berlalu, kini Ansenio berlalu meninggalkan balkon dan kembali ke kamarnya. Sebelum merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Ansenio melirik ke arah jarum jam yang menggantung di dinding kamarnya telah menunjukkan pukul tiga dini hari. Mungkin karena kelelahan atau apalah itu, kini Ansenio telah terlelap dalam tidurnya.

***

Keesokan harinya, Anis telah siap dengan pakaian kerjanya itu pun segera berlalu meninggalkan kamarnya, hendak berangkat kerja. Hari ini Anis sengaja berangkat lebih pagi demi menghindari pertemuan dengan Ansenio. Namun sialnya ban motornya kempes. Dengan perasaan kesal Anis menendang ban motornya yang tengah kempes sehingga membuat kakinya terasa ngilu dan juga keram.

"Argh....." ringis Anis ketika merasa kakinya yang terasa keram sekaligus ngilu secara bersamaan. Kini Mau tidak mau ia harus menggunakan ojek online, bukannya ingin mengirit namun menurut Anis dengan menggunakan sepeda motor ia akan sedikit terhindar dari kemacetan jalanan ibu kota, itulah mengapa ia lebih memilih ojek online dibandingkan taksi Online.

Tak berselang lama setelah melakukan proses pemesanan kini sebuah ojek online sudah berada di depan gerbang rumah mewah milik keluarga Wiratama. Awalnya driver ojek online merasa mungkin ia salah alamat sebab menurutnya sangat tidak mungkin jika pemilik rumah mewah di hadapannya itu memesan ojek online.

"Nona Danisha??." tanya driver ojek online merasa tidak yakin, namun lokasi telah sesuai dengan titik pemesan.

"Iya saya, pak." jawab Anis sebelum kemudian meraih helmet dari tangan si bapak.

"Jarang sekali ada Wanita cantik dan kaya raya mau naik ojek online loh, Non." ucap bapak driver setelah memandang ke arah kediaman mewah milik keluarga Wiratama.

Anis tersenyum.

"Ini bukan rumah saya, saya cuma numpang di rumah ini, pak." ucap Anis apa adanya, sebelum kemudian naik ke atas motor. Kini ojek online tersebut telah berlalu meninggalkan rumah mewah tersebut, menuju ruang sakit tempat Anis bekerja. beberapa saat setelah kepergian Anis mobil Jasen pun tiba di rumah keluarga Wiratama.

Sementara Ansenio yang kini baru saja menyelesaikan sarapan paginya segera menemui Jasen yang baru saja tiba.

"Selamat pagi, tuan." Jasen menundukkan kepalanya.

Ansenio Hanya merespon ucapan selamat pagi dari Jasen dengan sebuah anggukan sekilas, sebelum kemudian pandangannya tertuju pada motor matic milik Anis yang terparkir di garasi bersama dengan deretan mobil mewah miliknya.

"Apa wanita itu tidak berangkat kerja??." gumam Ansenio dengan nada lirih ketika melihat keberadaan motor matic milik Anis.

Merasa penasaran mengapa sampai Anis belum juga berangkat kerja, Ansenio lantas meminta Jasen untuk mengecek keberadaan Anis. Dan tentunya sebagai pria yang memiliki sopan santun, Jasen tak langsung memeriksa Anis di kamarnya melainkan mencari keberadaan ART untuk meminta bantuan mengecek Anis di kamarnya.

Tak berselang lama ART tersebut kembali ke hadapan Jasen dan menyampaikan jika saat ini Anis sudah tidak ada di kamarnya. Selanjutnya, Jasen pun menemui Ansenio untuk menyampaikan kabar tersebut.

"Dia sudah berangkat kerja, tapi kenapa motor bututnya masih ada di sini?? Lalu dengan apa wanita itu berangkat kerja??." Gumam Ansenio ketika mendengar penjelasan dari Jasen. untungnya Jasen mendapat kabar dari ART tadi jika ia tidak sengaja melihat ojek online berhenti di depan gerbang ketika ia hendak membuang sampah tadi. Pada akhirnya jawaban itu pula yang kini diberikan Jasen pada Ansenio.

"Apa, Ojek online??." ulang Ansenio seakan tak percaya ketika mendengar penjelasan singkat dari Jasen.

"Sepertinya begitu tuan." sahut Jasen.

Tidak ingin berlarut-larut memikirkan hal menurutnya tidak penting, Ansenio pun segera beranjak memasuki mobilnya yang pintunya telah di buka oleh Jasen sebelumnya.

**

Di rumah sakit, Anis dibuat panik sendiri ketika adiknya, Anin, mengirim pesan untuk menyampaikan jika sore ini ibunya akan berkunjung ke mes dan rencananya ibunya akan menginap semalam, mengingat letaknya rumahnya berada di pinggiran ibu kota.

"Oh astaga, bagaimana ini??? Sepertinya aku harus meminta izin terlebih dahulu pada tuan Ansenio." lirih Anis dalam hati, dengan perasaan yang mulai panik. Ia takut jika sampai ibunya tahu jika ia tidak tinggal di mes yang disediakan oleh pihak rumah sakit melainkan tinggal di rumah seorang pria yang kini telah menikahinya sebagai pelampiasan dendam semata.

Tidak terasa waktu terus berjalan, kini siang telah berganti dengan gelapnya malam dan sampai dengan pukul delapan malam Anis tak kunjung kembali ke kediaman Wiratama.

"Kemana wanita itu?? Apa dia sudah bosan hidup??." Ansenio yang sejak satu jam yang lalu berada di kamar Tamu mulai tersulut emosi saat Anis tak kunjung kembali.

Hendak menghubungi ponsel Anis, namun tiba-tiba saja notifikasi pesan masuk ke aplikasi hijau miliknya.

"Maaf tuan, sepertinya malam ini saya tidak bisa kembali ke rumah anda, sebab ibu saya tengah menginap di mes. Saya janji, besok setelah ibu saya pulang saya akan segera kembali ke rumah anda." ucap Ansenio dalam hati ketika membaca pesan dari Anis.

Merasa kesal setelah membaca pesan dari Anis, Ansenio lantas menghubungi nomor ponsel anis tapi sayangnya kini nomor tersebut telah berada di luar service area, dan itu semakin memancing kekesalan Ansenio.

Terpopuler

Comments

Syahna Amira sy

Syahna Amira sy

hmmmm... mulai ketagihan dia Ama tubuh Anis...jgn muna bucin baru tau rasa kau ansen....

2024-05-03

0

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖

yaelah, katanya benci koq masih nungguin... ketagihan ya

2024-02-24

2

Alanna Th

Alanna Th

betoel, mbak; aq yg gk brdaya tlh dkhianati swami tp gk bisa bls dendam, namun brharap suatu hari dia akan mnyesal tp sdh trlmbt krn aq sdh brada d tmpt yg tak trjangkau

2024-01-17

0

lihat semua
Episodes
1 Sesuatu yang tidak diinginkan.
2 Kebencian Ansenio Wiratama.
3 Rencana Ansenio Wiratama.
4 Jangan melampiaskan pada keluargaku!!
5 Menikahlah denganku!!!.
6 Meninggalkan kekasih tercinta.
7 Ungkapan hati Anis.
8 Seakan meninggalkan Fitrah kejam.
9 Mulai merasakan penindasan.
10 Membawanya ke hotel.
11 Harga diri.
12 Tak Sengaja bertemu.
13 Kembali melakukannya.
14 Tak kembali ke kediaman Wiratama.
15 Seenak jidatnya.
16 Diary milik mendiang Ananda.
17 Tak tega melihat baby Naya.
18 Tidur di kamar yang sama.
19 Danisha Putri.
20 Pertemuan tak sengaja.
21 Cincin, simbol pernikahan.
22 Memberi penanganan pada baby Naya.
23 Tidur bersama baby Naya.
24 Aneh tapi nyata.
25 Ternyata dia telah menikah.
26 Tak ingin di sentuh.
27 Panggilan Mama.
28 Kompensasi dari Ansenio.
29 Pria baik ????
30 Pengakuan di hadapan Armada.
31 Tak paham dengan perasaan sendiri (Ansenio).
32 Dokter juga manusia.
33 Keteguhan hati seorang Danisha Putri.
34 Penawaran dari mantan mertua.
35 Ingin melakukannya di hotel (Alibi Anis.)
36 Terjebak Sandiwara sendiri.
37 Ternyata ketahuan.
38 Permintaan maaf Anis.
39 Sosok misterius.
40 Permintaan mama Dahlia.
41 Ungkapan hati Anis.
42 Mengajaknya bersama.
43 Meminta izin cuti.
44 Perjalanan kerja.
45 Tidak mungkin sampai jatuh hati padanya.
46 Restoran Favorit Ananda.
47 Penindasan??
48 Merasakan pusing tanpa sebab.
49 Mengandung.
50 Di Landa dilema.
51 Tanpa sadar menunjukkan sikap aneh.
52 Pengakuan di hadapan ibu.
53 kepergian Anis dan kemarahan Ansenio.
54 Kepergian Anis.
55 Merubah rencana.
56 Kedatangan di kampung halaman.
57 Saling merindu.
58 Membantu persalinan.
59 Kenyataan yang menyesakkan dada.
60 Tawaran dari pak kades.
61 Perasaan yang sama.
62 Pengakuan Anis di hadapan kedua orang tua Anis.
63 Seakan memberi pertanda.
64 Yakin akan perasaan sendiri.
65 Peresmian pabrik.
66 Merasakan mual dan pusing.
67 Menemukan dirimu.
68 Akhirnya bertemu.
69 Tinggal bersama.
70 Sakit perut.
71 keterkejutan suster Nana.
72 Calon mantu???
73 Sandiwara seorang Ansenio Wiratama.
74 Kepergok warga.
75 Panggilan baru.
76 Ungkapan hati sepasang kekasih halal.
77 Bisa masuk angin.
78 Kejadian buruk menimpa Anis.
79 Kehilangan sebagian ingatan.
80 Perasaan yang tak lagi sama.
81 Praduga Anis.
82 Ungkapan kebenaran.
83 Keputusan Anis.
84 Mengenang awal pernikahan.
85 Jatuh pingsan.
86 Membuat perhitungan pada Syela.
87 Permintaan maaf Syela.
88 Kesibukan sebagai orang tua.
89 ketahuan berdusta.
90 Vira Natasya.
91 Episode terakhir.
92 Promo Novel Pelampiasan Seorang CEO.
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Sesuatu yang tidak diinginkan.
2
Kebencian Ansenio Wiratama.
3
Rencana Ansenio Wiratama.
4
Jangan melampiaskan pada keluargaku!!
5
Menikahlah denganku!!!.
6
Meninggalkan kekasih tercinta.
7
Ungkapan hati Anis.
8
Seakan meninggalkan Fitrah kejam.
9
Mulai merasakan penindasan.
10
Membawanya ke hotel.
11
Harga diri.
12
Tak Sengaja bertemu.
13
Kembali melakukannya.
14
Tak kembali ke kediaman Wiratama.
15
Seenak jidatnya.
16
Diary milik mendiang Ananda.
17
Tak tega melihat baby Naya.
18
Tidur di kamar yang sama.
19
Danisha Putri.
20
Pertemuan tak sengaja.
21
Cincin, simbol pernikahan.
22
Memberi penanganan pada baby Naya.
23
Tidur bersama baby Naya.
24
Aneh tapi nyata.
25
Ternyata dia telah menikah.
26
Tak ingin di sentuh.
27
Panggilan Mama.
28
Kompensasi dari Ansenio.
29
Pria baik ????
30
Pengakuan di hadapan Armada.
31
Tak paham dengan perasaan sendiri (Ansenio).
32
Dokter juga manusia.
33
Keteguhan hati seorang Danisha Putri.
34
Penawaran dari mantan mertua.
35
Ingin melakukannya di hotel (Alibi Anis.)
36
Terjebak Sandiwara sendiri.
37
Ternyata ketahuan.
38
Permintaan maaf Anis.
39
Sosok misterius.
40
Permintaan mama Dahlia.
41
Ungkapan hati Anis.
42
Mengajaknya bersama.
43
Meminta izin cuti.
44
Perjalanan kerja.
45
Tidak mungkin sampai jatuh hati padanya.
46
Restoran Favorit Ananda.
47
Penindasan??
48
Merasakan pusing tanpa sebab.
49
Mengandung.
50
Di Landa dilema.
51
Tanpa sadar menunjukkan sikap aneh.
52
Pengakuan di hadapan ibu.
53
kepergian Anis dan kemarahan Ansenio.
54
Kepergian Anis.
55
Merubah rencana.
56
Kedatangan di kampung halaman.
57
Saling merindu.
58
Membantu persalinan.
59
Kenyataan yang menyesakkan dada.
60
Tawaran dari pak kades.
61
Perasaan yang sama.
62
Pengakuan Anis di hadapan kedua orang tua Anis.
63
Seakan memberi pertanda.
64
Yakin akan perasaan sendiri.
65
Peresmian pabrik.
66
Merasakan mual dan pusing.
67
Menemukan dirimu.
68
Akhirnya bertemu.
69
Tinggal bersama.
70
Sakit perut.
71
keterkejutan suster Nana.
72
Calon mantu???
73
Sandiwara seorang Ansenio Wiratama.
74
Kepergok warga.
75
Panggilan baru.
76
Ungkapan hati sepasang kekasih halal.
77
Bisa masuk angin.
78
Kejadian buruk menimpa Anis.
79
Kehilangan sebagian ingatan.
80
Perasaan yang tak lagi sama.
81
Praduga Anis.
82
Ungkapan kebenaran.
83
Keputusan Anis.
84
Mengenang awal pernikahan.
85
Jatuh pingsan.
86
Membuat perhitungan pada Syela.
87
Permintaan maaf Syela.
88
Kesibukan sebagai orang tua.
89
ketahuan berdusta.
90
Vira Natasya.
91
Episode terakhir.
92
Promo Novel Pelampiasan Seorang CEO.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!