Mengejar Cinta Dokter Anton
Drap...Drap...Drap...
Suara langkah kecil milik Dinda sedang menyusuri koridor Rumah Sakit, dengan derai air mata nya yang terus berjatuhan tak membuat langkahnya bisa terhenti. Bagaimana tidak kabar yang ia dengar telah membuat hatinya benar-benar terasa sakit dan mungkin saja tidak bisa menerima kenyataan yang sedang ia alami.
"Sus dimana keberadaan pasien atas nama Andreas?" Ucap Dinda yang tak kuasa menahan kesedihannya.
"Maaf pasien atas nama Andreas sudah di bawa ke ruang jenazah mba." Ucap seorang suster disana.
"Apa!!" Tubuh Dinda langsung lemas seketika mendengar kata jenazah, kakinya juga tiba-tiba tidak mampu berdiri dia menjatuhkan dirinya di atas lantai Rumah Sakit, dia tidak peduli dengan orang-orang yang kini sedang memperhatikannya.
"Yang sabar ya Mba!!" Ucap Suster itu yang langsung segera berlalu dari hadapan Dinda.
"Dre.....Kamu sudah berjanji akan terus bersamaku, tapi kenapa kamu pergi!!! Kenapa!!! Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi....??? Andreas kembalilah untukkuuuuuu!!!" Dinda berteriak dan menangis histeris disana, bagaimana tidak satu Minggu lagi dia akan menikah dengan Andreas tapi kekasihnya malah mengalami kecelakaan yang sampai merenggut nyawanya.
Disana seorang wanita paruh baya langsung berlari saat mendapati putrinya yang sedang duduk terkulai di atas lantai.
"Dinda sadar Nak!!! Jangan kamu seperti ini sayang, kamu harus kuat...kasihan Andreas disana!" Ucap Ibunya sambil mengoyang-goyangkan badan putrinya, dia berharap putrinya akan segera terbangun. Tapi nyatanya Dinda tak mampu menopang kekuatan badannya yg begitu sangat lemah.
Dinda akhirnya dilarikan ke ruang pemeriksaan untuk mendapat penanganan, disana Ibunya meminta pertolongan agar segera ada Dokter yang membantunya.
"Sus tolong panggilkan Dokter, tolong putri saya!"
"Tunggu sebentar ya Bu, akan segera saya panggilkan!" Dengan cepat seorang suster disana segera menuju ke sebuah ruangan milik Dokter Anton.
"Dok, maaf ada pasien yang mengalami pingsan di ruangan pemeriksaan." Ucap suster di sana Anton pun langsung melihat kearah suster yang sedang berdiri di hadapannya.
"Baiklah saya akan segera kesana!'' Dengan cepat Anton segera mengambil Stetoskop di mejanya yang langsung ia kalungkan dilehernya. Dengan langkah seribu Anton berjalan menuju pasiennya, baginya pasien adalah nomor satu dari pekerjaannya sebagai Dokter.
Keluarga Dinda yang melihat kedatangan seorang Dokter pun langsung berlari menghampirinya.
"Dok, tolong putri saya!"
"Baik Bu, sabar ya, saya akan segera memeriksa putri anda!" Anton pun segera mendekat kearah Dinda yang sedang terbaring di bet tempat tidur Rumah Sakit itu dengan keadaan tak sadarkan diri.
Anton segera memasang Stetoskop ke telinganya dan tangan kanannya mulai memeriksa pasien.
"Kenapa pasien bisa pingsan? Ada yang bisa menjelaskan?"
"Putri saya baru saja mendapatkan kabar bahwa calon suaminya baru saja mengalami kecelakaan dan meninggal dunia Dok!" Dengan suara parau Bu Sinta menjelaskannya.
"Sebentar lagi pasien akan siuman, tolong jangan biarkan pasien sendiri, dia butuh di dampingi agar dia tidak begitu syok nantinya!" Ucap Anton disana.
Benar saja lambat laun Dinda sudah mulai siuman, dia mulai mendengar orang-orang di sampingnya sedang berbicara, matanya sedikit demi sedikit mulai terbuka. Walau samar-samar kini Dinda sudah melihat dengan jelas siapa saja orang-orang di sekelilingnya.
Akhirnya dia pun mulai tersadar kembali dengan apa yang telah terjadi dia pun langsung terbagun dari tempat tidurnya.
"Andreassssssss!!!!! Jangan tinggalkan aku, aku tidak sanggup hidup tanpamu!!! Dengan teriakan kerasnya Dinda melepaskan semua kepedihannya. Tatapannya sangat kosong, air matanya tak luput mengiringi kesedihannya, suara Dinda sungguh menyayat hati, disana Dinda langsung menoleh ke arah Ibunya.
"Ibu, Andreas akan bangun lagi kan Bu? Dia akan bangun untukku? Dia sangat mencintaiku Bu, dia tidak mungkin pergi begitu saja tanpa berpamitan denganku!!! Bu tolong, bawa aku menemui Andreas!!"
Semua orang disana sungguh tak tega melihat keadaan Dinda yang mulai sudah kehilangan kendali tak terkecuali Ibunya, disana Anton masih berdiri menatap ke arah pasien yang bernama Dinda, dia tahu perasaan Dinda bagaimana saat ini. Dia sering melihat pemandangan di depannya bahkan hampir disetiap harinya.
"Sus, tolong berikan suntikan penenang untuk pasien!"
"Baik Dok!" Segera suster itu mengambil suntikan untuk memberikan obat penenang untuk pasien.
Benar saja, setelah di beri obat penenang Dinda langsung merasakan ngantuk dan mulai tertidur, disana dia terlihat seolah lepas dari kesedihannya.
Semua orang disana mulai bisa bernafas lega untuk sesaat, dan harus memikirkan bagaimana nanti yang akan terjadi pada Dinda setelah siuman.
Anton pun segera meninggalkan pasien, dia harus menangani pasien yang lainnya. Dalam langkahnya menuju ke ruang prakteknya dia mulai teringat pada wanita yang tadi sangat histeris memanggil nama kekasihnya yang sudah tiada.
"Bagaimana dengan aku, melepas cinta Tania saja sungguh sangat berat bagaimana dengan wanita itu yang setiap hari harus meratapi kepergian orang yang dia sayang dan bahkan dia tidak akan bisa bertemu denganya lagi?
"Dok, sudah banyak pasien yang menunggu anda!" Ucap seorang suster yang mengagetkan lamunan Anton.
"Baiklah, kita mulai prakteknya lagi, ada berapa pasien hari ini?"
"Sekitar 20 pasien dok!"
Akhirnya Anton di sibukan lagi dalam tugas rutinnya setiap hari, tanpa lelah dia terus menyelesaikan tugasnya.
Akhirnya praktek hari ini sudah selesai, Anton segera melirik ke arah jam tangan yang ia kenakan, disana sudah menunjukan pukul 4 sore.
"Sus, sudah tidak ada pasien kah?"
"Sudah tidak ada Dok, semua sudah selesai dan jam praktek Dokter juga sudah habis."
Saat ini Anton masih menyandang sebagai Dokter umum, tapi dia sedang melanjutkan studi spesialisnya, dia mengambil jurusan kedokteran jiwa atau yang kerap disebut psikiatri yang ia cita-citakan sejak dulu.
Akhirnya Anton membereskan peralatan kerjanya, dia ingin segera pulang ke rumahnya, dari semenjak kejadian waktu itu, dia sekarang pindah dari tempat kerjanya yang dulu ketempat yang baru, dia ingin melupakan Tania dan semua yang mengingatkan tentang masa lalunya.
Kurang sedikit lagi studinya juga akan segera selesai, nantinya dia akan resmi bergelar sebagai Dokter Spesialis jiwa.
**
Sementara itu Dinda yang sudah mulai bisa tenang sedang mengikuti proses pemakaman kekasihnya, dengan derai air mata yang tak henti Dinda belum bisa merelakan cintanya pergi, separuh nafasnya bahkan belahan jiwanya kini sudah pergi membawa separuh hatinya untuk selamanya.
Tatapannya sungguh kosong menatap kekasihnya yang sudah mulai di semayamkan, tapi dia tiba-tiba tersenyum dalam tangisnya.
"Andreas kamu datang....Kamu tidak meninggalkanku...jadi kamu tidak benar-benar meninggalkanku??" Dinda segera berlari mengikuti halusinasinya yang melihat Andreas ada di sana dan sedang melambaikan tangan pada dirinya.
"Andreas tunggu aku!" Dinda tidak memperdulikan orang-orang yang memanggilnya dia tetap berlari menuju ke Andreas.
"Dinda tunggu!!" suara Ibu Sinta berteriak memanggil Dinda yang berlari tanpa tujuan, dengan susah payah akhirnya Ibunya bisa mengejar putrinya, dengan cepat Bu Sinta segera memegang bahu Dinda untuk segera menyadarkan halusinasi putrinya.
"Dinda sadar Nak....Sadar!! Andreas sudah pergi, relakan dia!"
"Tidak Bu, Andreas masih hidup dia tadi memanggil namaku!! Tadi dia lari kesana, aku akan ikut dengannya!!"
"Sadar Nak....!! Dengan erat Ibu Sinta segera memeluk putrinya, dia tidak tega melihat putrinya seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
reza indrayana
Lanjutan kisah Evan & Alena nich .. to apa eoesode berikutnya ada kisah Evan -Alana sekeluarga yg bikin penasaran ...
2024-03-07
1
Nunik Wahyuni
Baru baca tiba tiba ada tokoh baru Dinda 😅😅😅thorrr aku hadir iahh 💃💃😍😍
2024-02-27
1
Sri Wardoyo
saya sangat suka gaya penulisannya yg tdk bertele tele, semangat semoga selalu sukses
2024-02-09
1